Essay 3: Wawancara Tentang Disonasi
Kognitif
Psikologi Inovasi
Tugas 3 Wawancara Tentang Disonasi Kognitif
Maliqazuhra Iqbal (21310410003)
Dosen pengampu: Dr. Arundati Shinta, M.A.
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Menurut Solomon
(2009) teori disonansi kognitif menyatakan bahwa ketika seseorang berhadapan
dengan situasi yang tidak konsisten (disonan) antara sikap atau perilakunya,
maka akan melakukan suatu tindakan untuk mengatasi situasi “disonan’ melalui
perubahan sikap atau perilakunya.Teori disonan menjelaskan mengapa evaluasi
terhadap produk cenderung meningkat setelah membeli produk. Misalnya saya
mengerti merokok tidak baik bagi kesehatan (elemen kognitif), tapi saya tetap
merokok. (perilakunya disonan dengan elemen). Kemudian seseorang berusaha
menemukan cara agar mengurangi disonansi, misalnya dengan cara merubah perilaku
‘mengurangi atau berhenti merokok. Implikasi teori disonansi dalam perilaku
konsumen bahwa seseorang aktif mencari penjelasan yang mendukung keputusan
pembelian yang telah dilakukanya, sehingga pemasaran harus memberikan penguatan
yang mendukung keputusannya
Menurut WHO(2019), Terdapat
lebih dari 22000 orang meninggal dunia karena penggunaan atau terpapar asap
tembakau setiap harinya. Rokok mengandung lebih dari 7000 bahan kimia termasuk
setidaknya 250 zat berbahaya
Festinger
mengemukakan bahwa terdapat empat sumber yang menyebabkan disonansi kognitif,
yaitu: inkonsistensi logika, nilai budaya, perilaku kepatuhan, & pengalaman
di masa lampau. Inkonsistensi logika merupakan logika pemikiran, argumentasi,
atau alasan yang saling bertentangan, nilai budaya adalah perbedaan nilai
budaya yang berlaku di dalam kognisi individu, perilaku kepatuhan bermakna
pendapat mayoritas yang dipaksakan kepada kognisi individu dengan pendapat yang
berbeda, sedang pengalaman di masa lampau artinya perbedaan yang didapatkan
dari kognisi masa kini dengan pengalaman masa lalu
Identitas
Subjek
Inisial :
HRP
Jenis
kelamin :
Laki- laki
Usia :
20 tahun
Pekerjaan :
Mahasiswa
Pelaksanaan Wawancara
Hari / tanggal :
Sabtu, 14 Oktober 2023
Pukul :
15.45 - 16.30 WIB
Tempat :
Coffee Shop, Banda Aceh
Isi Wawancara
Saya melakukan
wawancara dengan seorang perokok yang bernama HRP. HRP berusia 20 tahun dan
telah merokok selama satu tahun terakhir. Ia menghabiskan 2-3 bungkus rokok per
hari.
Q: Sejak kapan Anda
mulai merokok?
A: Saya mulai merokok
sekitar setahun yang lalu. Saat itu, saya sedang mengalami beberapa masalah.
Saya merasa stres dan tertekan. Merokok membuat saya merasa lebih tenang dan
tidak kepikiran akan masalah yang saya hadapi.
Q: Berapa banyak
rokok yang Anda habiskan dalam sehari?
A: Saya biasanya
menghabiskan 2-3 bungkus rokok per hari. Itu sekitar 20-30 batang rokok.
Q: Mengapa Anda
merokok begitu banyak?
A: Saya merasa
merokok membuat saya lebih tenang dan rileks. Saat saya sedang stres atau
merasa tertekan, merokok membantu saya untuk melepaskan sejenak dari masalah
yang saya hadapi.
Q: Apakah Anda tahu
bahwa merokok berbahaya bagi kesehatan?
A: Ya, saya tahu.
Saya tahu bahwa merokok dapat menyebabkan berbagai penyakit, seperti kanker,
penyakit jantung, dan stroke.
Q: Apakah Anda ingin
berhenti merokok?
A: Saya ingin
berhenti merokok, tetapi saya merasa sulit untuk melakukannya. Merokok sudah
menjadi kebiasaan bagi saya. Saya juga merasa bahwa merokok membantu saya untuk
mengatasi stres dan tekanan.
Kesimpulan
Kasus HRP menunjukkan
bagaimana disonansi kognitif dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan
seseorang sulit untuk berhenti merokok. HRP mengetahui bahwa merokok berbahaya
bagi kesehatan, tetapi ia tetap merokok karena merokok membuatnya merasa lebih
tenang dan tidak kepikiran akan masalah yang dihadapinya. Hal ini menimbulkan
disonansi kognitif, yaitu perasaan tidak nyaman dan tekanan psikologis.
Untuk mengurangi
disonansi tersebut, HRP menggunakan berbagai strategi. Salah satunya adalah
dengan memodifikasi kognisi yang dimilikinya. Strategi yang digunakan HRP untuk
mengurangi disonansi adalah dengan memodifikasi perilakunya. Selain merokok, HRP
juga mulai mengonsumsi Vape. Hal ini dilakukan HRP karena ia percaya bahwa Vape
lebih aman daripada rokok.
References
Muhammad Iqbal Ravsanjani, B. T. (2023). Disonansi Kognitif
pada Perawat yang Merokok. Jurnal Kesehatan Tambusai, 4(2), 1357-1372.
Retrieved Oktober 3, 2023
Zuhroh, S. (n.d.). Disonansi Kognitif ,Sikap dan Harga
Rokok terhadap Perilaku Konsumsi Perokok. In Proceeding Workshop dan
Seminar Nasional Kewirausahaan dengan tema" Meningkatkan Sensitivitas
dan Kreativitas Entrepreneur dalam Menghadapi Pasar Global.
0 komentar:
Posting Komentar