TEORI PERKEMBANGAN
PSIKOSOSIAL
(ERIK-ERIKSON)
Aliran
Psikoanalitik Kontemporer
Irwanto
NIM. 163104101125
Program
Studi Psikologi
Dosen Pembimbing
Dewi Handayani Harahap, S.Psi, M.Psi, Psikolog.
Erik Erikson adalah
salah satu diantara para ahli yang melakukan ikhtiar itu. Dari perspektif
psikologi, ia menguraikan manusia dari sudut perkembangannya sejak dari masa 0
tahun hingga usia lanjut. Erikson beraliran psikoanalisa dan pengembang teori
Freud. Kelebihan yang dapat kita temukan dari Erikson adalah bahwa ia mengurai
seluruh siklus hidup manusia, tidak seperti Freud yang hanya sampai pada masa
remaja. Erikson menjadi terkenal karena
upayanya dalam mengembangkan teori tentang tahap perkembangan manusia
yang dirintis oleh Freud.
Erikson menyatakan bahwa pertumbuhan manusia berjalan sesuai prinsip epigenetik
yang menyatakan bahwa kepribadian manusia berjalan menurut delapan tahap. Teori
perkembangan kepribadian yang dikemukakan oleh Erik Erikson merupakan salah
satu teori yang memiliki pengaruh kuat dalam psikologi. Bersama dengan Sigmund
Freud, Erikson mendapat posisi penting dalam psikologi. Hal ini dikarenakan ia
menjelaskan tahap perkembangan manusia mulai dari lahir hingga lanjut usia satu
hal yang tidak dilakukan oleh Freud. Teori Erikson dikatakan sebagai salah satu teori yang sangat selektif
karena didasarkan pada tiga alasan, antara lain:
1.
Pertama,
teorinya sangat representatif dikarenakan memiliki hubungan dengan ego yang
merupakan salah satu aspek yang mendekati kepribadian manusia.
2.
Kedua,
menekankan pada pentingnya perubahan yang terjadi pada setiap tahap
perkembangan dalam lingkaran kehidupan.
3.
Ketiga,
menggambarkan secara eksplisit mengenai usahanya dalam mengabungkan pengertian
klinik dengan sosial dan latar belakang yang dapat memberikan kekuatan atau
kemajuan dalam perkembangan kepribadian didalam sebuah lingkungan.
Menurut Erikson, ego sebagian bersifat taksadar,
mengorganisir dan mensitesa pengalaman sekarang dengan pengalaman diri masa
lalu dan dengan diri masa yang akan datang. Dia menemukan tiga aspek ego yang
saling berhubungan, yakni
1.
Body
Ego: Mengacu ke
pengalaman orang dengan tubuh/ fisiknya sendiri.
2.
Ego
Ideal: Gambaran mengenai
bagaimana seharusnya diri, sesuatu yang bersifat ideal.
3.
Ego
Identity: Gambaran mengenai
diri dalam berbagai peran sosial.
Kelebihan:
- Erikson menekankan kesadaran individu untuk menyesuaikan diri dengan pengaruh sosial.
- Erikson memandang ego sebagai struktur kepribadian yang otonom, serta berfokus pada kualitas ego yang muncul di setiap periode perkembangan.
- Tahap perkembangan lebih kompleks karena mengembangkan teori insting Freud. Namun Erikson tidak memusatkan seks sebagai hal yg mendasari manusia.
- Menekankan bahwa perubahan pada setiap tahap perkembangan sangat penting sehingga individu berusaha semampu mungkin untuk melewatinya.
Kekurangan:
Nilai ilmiah penelitian yang
dilakukan Erikson tidak begitu akurat. Observasi dan analisis penelitian hanya
dilakukan secara subjektif seperti halnya tokoh psikoanalisis yang lain.
Berikut
adalah beberapa tahap krisis perkembangan menurut Erik Erikson adalah sebagai
berikut:
Tahap
(usia)
|
Krisis Psikososial
|
Lingkungan Sosial Utama
|
Modalities Psikososial
|
Virtue Psikososial
|
Maladaption & Malignancies
|
I
( 0-1) bayi
|
Trust
vs mistrust
|
Ibu
|
Mengambil
dan mengembalikan
|
Harapan
, kepercayaan
|
Sensory
distortion-Withdrawal
|
II
( 2-3) awal anak
|
Autonomy
vs shame, adoubt
|
Orangtua
|
Mempertahankan,
merelakan
|
Keinginan,
penentuan
|
Impulsivity,
compulsion
|
III
(3-6) prasekolah
|
Initiative
vs Guilt
|
Keluarga
|
Bermain
|
Kegunaan,
Keberanian
|
Ruthlessness,
Inhibition
|
IV
( 7-12) anak usia sekolah
|
Industry
vs isolation
|
Tetangga
dan sekolah
|
Melengkapi,
membuat sesuatu bersama
|
Kompetensi
|
Narrow
Virtuosity-Inertia
|
V
( 12-18) remaja
|
Ego-identity
vs role confusion
|
Teman
sebaya, role models
|
Menjadi
diri sendiri
|
Ketaatan.
Kesetiaan
|
Fanaticism,
Repudiation
|
VI
( 20 ) dewasa awal
|
Intimacy
vs Isolation
|
Partner,
teman
|
Kehilangan
dan menemukan diri dalam orang lain
|
Cinta
|
Promiseuity-
Exclusivity
|
VII
( 20-50) dewasa madya
|
Generativity
vs self absorption
|
Rumah
tangga, teman kerja
|
Menjaga
|
Kepedulian
|
Overextension,
penolakan
|
VIII(
50) usia tua
|
Intergrity
vs despair
|
Kehidupan
manusia
|
To
be, throught having been, to face not being
|
Kebijaksanaan
|
Kesombongan,
putus asah
|
Kritik Mengenai Teori Perkembangan Psikososial Yang Dianut Oleh
Erik-Erikson
Erikson adalah pengembang teori Freud dan mendasarkan
kunstruk teori psikososialnya dari psiko-analisas Freud. Kalau Freud memapar
teori perkembangan manusia hanya sampai masa remaja, maka para penganut teori
psiko-analisa (freudian) akan menemukan kelengkapan penjelasan dari Erikson,
walaupun demikian ada perbedaan antara psikosexual Freud dengan psikososial
Erikson. Beberapa aspek perbedan tersebut dapat dilihat di bawah ini:
Erikson
|
|
Perenan/fungsi id dan ketidaksadaran sangat penting
|
Peran/fungsi ego lebih
ditonjolkan, yang berhubungan dengan tingkah laku yang nyata.
|
Hubungan segitiga antara
anak, ibu dan ayah menjadi landasan yang terpenting dalam perkembangan
kepribadian.
|
Hubungan-hubungan yang
penting lebih luas, karena mengikutsertakan pribadi-pribadi lain yang ada
dalam lingkungan hidup yang langsung pada anak. Hubungan
antara anak dan orang tua melalui pola pengaturan bersama (mutual
regulation).
|
Orientasi patologik,
mistik karena berhubungan dengan berbagai hambatan pada struktur kepribadian
dalam perkembangan kepribadian.
|
Orientasinya optimistik,
kerena kondisi-kondisi dari pengaruh lingkungan sosial yang ikut mempengaruhi
perkembang kepribadian anak bisa diatur.
|
Timbulnya berbagai hambatan dalam kehidupan psikisnya karena konflik
internal, antara id dan super ego.
|
Konflik timbul antara ego dengan lingkungan sosial yang disebut: konflik
sosial.
|
Implikasi
dan Kritik terhadap Teori Erikson
Seperti
tahap-tahap piaget, tidak semua orang mengalami krisi-krisis Erikson dengan
kadar yang sama atau pada waktu yang sama. Rentang usia yang disebutkan disini
mungkin melambangkan waktu terbaik bagi suatu krisis untuk diselesaikan,tetapi
bikan itu satu-satunya waktu yang memungkinkan. Mislnya, anak yang terlahir
dalam keluarga berantakan yang tidak berhasil memberikannya rasa aman yang
memadai mungkin saja mengembangkan kepercayaan setelah diadopsi atau dibawa ke
lingkungan yang lebih stabil. Orang yang pengalaman sekolah negatifnya dan
memberinya rasa inferioritas, ketika dia memasuki dunia kerja, mungkin saja dia
menemukan bahwa dia dapat belajar dan bahwa dia benar-benar mempunyai kemampuan
yang bernilai, kesadarna yang pada akhirnya dapat membantunya mengatasi krisis
kemegahan versus inferioritas yang telah diatasi orang lain pada tahun-tahun
sekolah dasarnya. Teori Erikson menekankan peran lingkungan dalam meyebabkan
risis maupun dalam menentukan cara dalam mengatasi krisis itu. Tahap-tahap
perkembangan pribadi dan sosial dilanjutkan melalui interaksi terus-menerus
dengan orang lain dan dengan masyarakat sebagai keseluruhan. Selama ketiga
tahap pertama, interaksi terutama berlangsung dengan orang tua dan anggota
keluarga lain, tetapi sekolah memainkan peran utama bagi kebanyakan anak pada
tahap IV (kemegahan versus inferioritas) dan tahap V (identitas versus
kebingungan peran).
Teori Erikson menjelaskan
masalah-masalah dasar yang dihadapi orang ketika dia menjalani kehidupan. Namun,
teorinya telah dikritik karena teori tersebut tidak menjelaskan bagaiman atau
mengapa orang melangkah dari satu tahap ke tahap lain dan karena teori itu
sulit dipastikan melalui riset (Green,1989; Miller,1993)
mantapp makasih gan, btw sumber yang mengatakan kalo teori erikson ini hasil dari subjektif beliau darimana klo boleh tau?
BalasHapus