12.6.20

ADAM'S EQUITY THEORY : MENGENAL TEORI KEADILAN


Ujian Akhir Semester Psikologi Industri (Semester Genap 2019/2020)
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, MA
Nisa Armila Gunawan (19310410076)

Semua orang ingin diperlakukan secara adil. Ini adalah dasar teori yang ditemukan oleh John S. Adam (1963) dalam (Carrell dan Dittrich, 1978) yang menjelaskan bahwa individu membandingkan rasio usaha mereka dengan rasio usaha dan imbalan pihak lain yang dianggap serupa (similar). Teori motivasi ini didasarkan pada asumsi bahwa orang-orang dimotivasi oleh keinginan untuk diperlakukan secara adil dalam pekerjaannya. Presepsi keadilan tersebut akan menjelaskan berbagai sikap dan perilaku kerja. Setiap individu mengharapkan akan mendapatkan pertukaran usaha dan imbalan secara adil dari organisasi.

Elemen teori equity bersandar pada empat asumsi yaitu :
1) Teori ini menganggap bahwa orang mengembangkan kepercayaan terhadap organisasi tentang apa yang menyebabkan hasil yang diperoleh sebanding ataskontribusi yang ia diberikan dalam pekerjaan
2) Jika terjadi ketidaksetaraan maka akanterjadi ketegangan dan tekanan yangdirasakan oleh seorang karyawan dari penilaian tersebut.
3) Teori ini beranggapan bahwa orang cenderung membandingkan apa yang dipersepsikan harus menjadi timbal balik kepada mereka baik dengan organisasi
ataupun dengan atasan.
4) Teori ini juga beranggapan bahwa ketika orang percaya bahwa hal tersebut tidak sebanding, maka mereka termotivasi untuk melakukan sesuatu atau merasa ada yang
kurang.

Komponen dari teori ini adalah input, output, ratio input dan output, comparison person. Input adalah semua nilai yang dilakukan oleh karyawan yang menunjangpelaksanaan kerja, misalnya komitmen, pengorbanan, pendidikan, pengalaman, keterampilan, usaha, peralatan pribadi, waktu, jam kerja dll. Output adalah semua nilai yang diperoleh dan dirasakan karyawan, misalnya upah, keuntungan tambahan, pengakuan, kepuasan (satisfaction), kesempatan untuk berprestasi atau mengekspresikan diri dll.

Comparison person adalah seorang karyawan membandingkan dalam organisasi yang sama atau seorang karyawan dalam organisasi yang berbeda atau dirinya sendiri dalam pekerjaan sebelumnya. Oleh keinginan untuk diperlakukan secara adil maka mereka menilai orang disekitar. Persepsi keadilan tersebut akan menjelaskan berbagai sikap dan perilaku kerja. Equity teori pada awalnya berbasis pada teori pertukaran sosial (social exchange). Setiap individu berupaya mengharapkan bahwa mereka akan mendapatkan pertukaran usaha (effort) dan imbalan (reward) terutama terkait gaji secara adil dari organisasi (Tyler, 1989). Fontaine (2010) mengemukakan pada sisi pembayaran karyawan terdapat 3 jenis penilaian equity :
1). Equity yaitu jika perbandingan faktor input dan output menjadi sama dengan rasio antara faktori nput dan output yang seharusnya diperoleh oleh orang lain
2) Underpayment equity yaitu jika perbandingan faktor input dan output menjadi lebih kurang dari rasio antara faktor input dan output yang seharusnya diperoleh oleh orang lain
3) Overpayment equity yaitu jika jika perbandingan faktor input dan output menjadi lebih banyak dari rasio antara faktor input dan output yang seharusnya diperoleh oleh orang lain.


Gibson dkk (1997) mengungkapkan tentang tiga jenis penilaian equity yaitu Adil, beruntung dan merasa kecewa. Pinder (2008) mengemukakan beberapa contoh perbaikan tentang keadilan yang dilakukan individu atau karyawan :
1) Perubahan masukan (input) yaitu karyawan dapat menentukan bahwa ia akan mempergunakan lebih sedikit waktu atau banyak untuk bekerja.
2) Perubahan perolehan (output) yaitu karyawan dapat menetukan untuk memproduksi jenis usaha atau aktifitas lebih banyak karena pertimbangan imbalan.
3) Perubahan sikap dan cara padang (mindset) terhadap pekerjaan yaitu karyawan harus dapat bersikap kurang bersungguh- sungguh terhadap pekerjaan.
4) Mengubah atau mengganti orang yang menjadi pembanding. Perubahan orang atau unit yang digunakan sebagai pembanding dalam upaya memulihkan keadilan.
5) Alternatif terakhir adalah mengubah situasi yaitu dengan memikirkan alternaitf lain (intention to leave) dan memustuskan untuk keluar adalah upaya untuk mengubah perasaan tidak adil yang dirasakan.

Mari kita lihat kondisi–kondisi yang dapat terjadi. Pertama mari kita lihat persepsi keadilan karyawan terhadap input yang mereka berikan dan output yang diterima. Bila mereka menilai bahwa input yang diberikan adalah lebih banyak daripada output yang diterima (contoh: mereka bersusah payah bekerja tetapi atasannya tidak mengakui pekerjaan mereka) maka mereka akan kehilangan motivasi. Ini cukup jelas, tetapi dalam kondisi yang terbalik (input rendah; output tinggi), karyawan kita akan merasa bersalah. Contoh, Jika mereka merasa bahwa usaha atau keterampilan yang diberikan kepada pekerjaannya lebih rendah daripada gaji atau pujian yang diterima. Ada beberapa akibat yang dapat terjadi bila karyawan kita merasa bersalah, tetapi sebelum itu mari kita bahas kondisi yang satu lagi.

Sekarang, mari kita lihat apa yang terjadi saat mereka membandingkan keadilan yang mereka terima dengan keadilan yang diterima orang lain. Mereka akan membandingkan input dan output yang mereka berikan/terima dengan input dan output yang orang lain berikan/terima menurut persepsi mereka. Contohnya, bila mereka menilai bahwa input yang orang lain berikan adalah sama dengan input yang mereka berikan tetapi output yang orang lain itu terima lebih besar daripada output yang mereka terima, maka mereka akan merasa marah dan tidak puas akan pekerjaan mereka, dan akan kehilangan motivasi mereka. Bisa juga bila mereka menerima output yang sama dengan output yang diterima oleh orang lain tetapi mereka menilai bahwa input yang diberikan orang lain lebih rendah dari input yang mereka berikan, mereka juga akan kehilangan motivasi. Ada banyak variasi dari situasi ini; input dan output dan penilaian input dan output orang lain masing – masing memilliki 3 kemungkinan (lebih rendah, sebanding, atau lebih banyak); tetapi reaksi mereka dapat dirangkum menjadi dua macam: marah dan rasa bersalah. Sebagai pebisnis, kita tidak mau karyawan kita merasakan kedua ini karena mereka tidak akan dapat bekerja semaksimal mungkin dalam 2 kondisi ini.


Equity theory adalah sesuatu yang sangat penting dalam memotivasi karyawan. Kita harus selalu mengingat bahwa karyawan kita menginginkan keadilan, baik secara persepsi terhadap diri sendiri, maupun keadilan dirinya terhadap orang lain. Walau tampak sederhana, kita harus mengingat untuk tidak hanya memperhatikan bagaimana kita memperlakukan mereka, tetapi juga bagaimana mereka melihat teman sekerja mereka diperlakukan. Kita harus memiliki keadilan dalam tempat kerja kita, karena kalau tidak karyawan kita tidak akan bisa kerja semaksimal mungkin.

Daftar Pustaka :
Carrell, M.R, & J. E. Dittrich. 1978 “ Equity Theory : The Recent Literature, Methodological Considerations, and New Directions”. Academy of Management Review 3(2): 202-210

Gibson, J.L., Ivancevich, J.M., & Donnely, J.H, 1997. Organizational and Management. 4 ed. Jakarta: Erlangga

Pinder, C., 2008. Work Motivation in Organizational behavior. New York: Psychology Press

Tyler, T. R, 1989. The psychology of procedural justice: A test of the group-value model. Journal of Personality and Social Psychology, Volume 57, pp. 830-838.

Sumber Gambar : https://images.app.goo.gl/UL6tSxFmtVQs3Ftm8
https://images.app.goo.gl/m7VjBDE8W1Sm2D5U9

16 komentar:

  1. Masya Allah... Bagus nisa, lebih di tingkatkan lagi. Tetap semangat :)/

    BalasHapus
  2. bagus nis
    tetap semangat😍😍

    BalasHapus
  3. bagus nis
    tetap semangat😍😍

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. Masyaallah nisa
    Jazakillah khairan buat ilmunya
    Semoga berkah dan bermanfaat ilmunya🤗

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, telah meluangkan untuk membaca...

      Hapus
  6. Makasih ilmu nya jadi menambah wawasan 😊

    BalasHapus
  7. Wah nis bermanfaat sekali,jdi bertambah wawasan nih, tetap semangat ya😉

    BalasHapus
  8. Wihh....bagus..jadi nambah ilmu 😊😊

    BalasHapus
  9. Wah artikel yg bermanfaat bgt...

    BalasHapus
  10. Artikelnya bagus, sangat bermanfaat. semangat mengedukasi yaa

    BalasHapus
  11. Pandangan adil dari setiap orang itu beda-beda. Namun sebagai atasan dari karyawan, dia harus bisa memposisikan adil tersebut secara tepat.

    BalasHapus