21.7.24

Jawaban Ujian Akhir Semester Psikologi Industri dan Organisasi

  Jawaban Ujian Tengah Semester

Mata Kuliah : Psikologi Industri dan Organisasi

Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, MA


Amelia Natasya Rivani (23310410086)

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Seseorang menjadi kreatif dan atau tidak kreatif dengan menggunakan skema persepsi dari Paul A. Bell

Kreativitas merupakan  kemampuan  seseorang untuk menemukan suatu inovasi  baru yang bermanfaat (Zhuang et al., 2021). Menurut Ennis (Arifah & Asikin, 2018) kemampuan  berpikir kreatif adalah individu yang menciptakan gagasan yang unik sehingga  dapat digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah bahkan memunculkan alternatif baru  dalam memecahkan masalah tersebut. Menurut (Benedenk & Fink, 2019) berpikir kreatif adalah proses kompleks untuk menggabungkan komponen perhatian, kontrol kognitif, dan memori. Berpikir  kreatif juga merupakan kemampuan yang mampu mengaktifkan kapasitas yang belum pernah ada  sebelumya dalam pemecahan masalah dan inovasi (Zhuang et al., 2021). Beberapa pendapat  disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan individu dalam memunculkan ide maupun potensi yang dihasilkan melalui sebuah inovasi  yang belum pernah ada untuk memecahkan suatu masalah.

manusia adalah makhluk jenius dan kreatif karena manusia diberi bekal intelektual, kecerdasan, bakat, minat maupun kemampuan-kemampuan khusus agar dapat dipergunakan untuk menjalani kehidupannya. Berbagai bidang disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi dapat berkembang pesat berkat kemampuan, kecerdasan dan kreativitas manusia. Meskipun setiap manusia memiliki kelebihan-kelebihan dan kelemahankelemahan tertentu, namun pada prinsipnya dengan kegeniusan dan kekreatifitasannya manusia akan dapat mengatasi kelemahankelemahan untuk mencapai peningkatan dan kualitas kehidupan sebagai seorang pribadi yang dewasa dan bertanggungjawab. Abraham Maslow (Hall, Lindzay & Campbell, 1998), seorang ahli psikologi humanistic mempercayai bahwa kemampuan manusia untuk mengatasi segala kelemahannya merupakan perwujudan dari pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization). Mengaktualisasikan diri berarti memberdayakan seluruh potensi, bakat, intelektual, kreativitas dan minat individu untuk mencapai suatu prestasi tertentu sesuai dengan cita-cita dan tujuan hidupnya.

Menjadi kreatif atau tidak kreatif merupakan hasil dari persepsi seseorang terhadap dunia sekitarnya. Paul A. Bell dan kawan-kawan telah mengembangkan skema persepsi yang dapat digunakan untuk memahami bagaimana persepsi ini membentuk perilaku. Berikut adalah langkah-langkah untuk menjadi kreatif dan tidak kreatif berdasarkan skema persepsi ini.

Langkah-langkah untuk Menjadi Kreatif

1. Persepsi Positif: Seseorang yang memiliki persepsi positif terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar cenderung menjadi kreatif. Mereka melihat kesempatan dan peluang di mana-mana sehingga menciptakan sesuatu yang baru.

2. Pengalaman Baru: Kreativitas sering kali berasal dari pengalaman baru yang dapat mengubah seseorang berpikir dan bertindak. Seseorang yang terbuka terhadap pengalaman baru cenderung menjadi kreatif karena mereka dapat melihat dari sudut pandang yang berbeda.

3. Penghargaan dan Pengakuan: Kreativitas sering dipengaruhi oleh penghargaan dan pengakuan dari orang lain, sehingga cenderung terus berkreasi untuk mendapatkan pengakuan yang sama.

4. Kesempatan Belajar dan Berlatih: Kreativitas dapat ditingkatkan melalui kesempatan belajar dan berlatih. Seseorang yang terus belajar dan berlatih dalam bidang yang mereka minati cenderung menjadi kreatif karena mereka memiliki wawasan yang luas dan keterampilan yang diperkuat.

5. Kesadaran dan Fokus: Seseorang yang memiliki kesadaran dan fokus terhadap tujuan mereka cenderung menjadi kreatif. Mereka dapat menemukan solusi yang inovatif dan efektif dengan fokus yang kuat pada tujuan mereka

Kesimpulannya, untuk menjadi kreatif atau tidak kreatif sangat dipengaruhi oleh persepsi individu terhadap diri sendiri dan lingkungan. Persepsi positif, pengalaman baru, penghargaan, serta kesempatan belajar dan berlatih adalah langkah-langkah yang dapat meningkatkan kreativitas. Sebaliknya, persepsi negatif, kurangnya pengalaman baru, dan minimnya penghargaan dapat menghambat kreativitas seseorang. Dengan memahami dan mengubah persepsi, individu dapat mengarahkan perilaku mereka menuju kreativitas yang lebih tinggi atau sebaliknya.

DAFTAR PUSTAKA

Dariyo, A. (2003). Menjadi Orang Kreatif Sepanjang Masa. Jurnal Psikologi1(1), 29-37.

Hsm, S. A. A. P., Asikin, M., Waluya, B., & Zaenuri, Z. (2021). Kemampuan Berpikir Kreatif Ditinjau dari Self Regulated Learning dengan Pendekatan Open-Ended Pada Model Pembelajaran Creative Problem Solving. QALAMUNA: Jurnal Pendidikan, Sosial, Dan Agama13(1), 11-22.

Patimah, A.S., Shinta, A. & Al-Adib, A. (2024). Persepsi terhadap lingkungan. Jurnal Psikologi. 20(1), Maret, 23-29.

Patimah, S., et al. (2024). Persepsi dan Kreativitas: Studi Kasus pada Mahasiswa. Universitas Indonesia Press.

Sarwono, S. W. (1995). Psikologi lingkungan. Jakarta: Grasindo & Program Pascasarjana Prodi Psikologi UI.

Jawaban Ujian Akhir Psikologi Industri dan Organisasi dengan pengampu Arundati Shinta

 Jawaban UAS Psikologi Industri dan Organisasi

Dosen Pengampu : Dr., Arundati Shinta. MA


Arti Muizzah Aisyawati

23310410038

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Kreatif Vs Tidak Kreatif dalam Skema Paul A. Bell  dan Kawan-Kawan

Ujian Akhir Psikologi Industri & Organisasi dengan pengampu Arundati Shinta

Perilaku kerja inovatif dianggap sebagai perilaku yang memberikan manfaat bagi perusahaan di era yang penuh dengan keterbukaan dan perubahan ini ( Hidayat & Abadi, 2023). Di era kemajuan teknologi saat ini kreativitas karyawan sangat penting untuk menunjukkan esensi dan tujuan pada setiap inovasi. Dalam dunia bisnis sendiri kreativitas karyawan menjadi kunci utama dalam mencapai keunggulan kompetitif. Selain itu kreativitas juga berfungsi untuk meningkatkan efisiensi operasional dan menciptakan solusi baru dalam menghadapi tantangan bisnis. Namun, seringkali perusahaan menghadapi tantangan besar ketika karyawan maupun pimpinan menunjukkan kurangnya kreativitas.

Kepemimpinan sendiri menjadi faktor penting dalam memberi pengaruh terhadap kemajuan organisasi atau kelompok dalam melakukan pekerjaan maksimum yang sesuai dengan tujuan organisasi” (Wahyuni et al., 2022). Dalam hal ini pemimpin mempunyai pengaruh besar dalam mengkoordinasikan karyawan serta menjadi model bagi para karyawan. Masalah utama yang terus muncul di era perkembangan teknologi saat ini ialah karyawan maupun pemimpin yang menunjukkan kurangnya kreativitas. Oleh sebab itu sangat penting bagi pemimpin atau karyawan untuk meningkatkan kreativitas guna mengikuti perkembangan teknologi dalam menghadapi tantangan bisnis.

Dalam Kusuma et al., 2021 dikatakan bahwa strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kreativitas adalah dengan memberdayakan karyawan. Hal ini dilakukan agar karyawan memiliki motivasi dan menghasilkan hasil yang kreatif dalam pekerjaannya. Dasar dari terbentuknya perilaku ialah persepsi. Persepsi diartikan sebagai proses menerima, menafsirkan, dan mengorganisasi informasi untuk memahami dunia sekitar kita. Dalam Skema persepsi Paul A. Bell tepat awal dari hubungan manusia dengan lingkungannya adalah kontak fisik antara individu dengan objek-objek lingkungannya (Sanger et al., 2021). Dalam hal ini objek yang tampil sesuai dengan kubermanfaatnya sedangkan individu datang dengan sifatnya, pengalaman masa lalu, minat, bakat, dan berbagai ciri kepribadiannya. Dari teori tersebut dapat disimpulkan bahwa seseorang yang kreatif adalah individu yang dapat melihat dan menafsirkan lingkungannya dengan cara yang unik dibantu dengan pengetahuan yang dimilikinya. Menurut Hurlock dalam Sagita & Setiorini (2022) terdapat beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kreativitas yaitu :

·       Waktu, pengaturan waktu yang baik akan menolong seseorang dalam meningkatkan pemikiran yang kreatif.

·       Peluang menyendiri, Seseorang membutuhkan ruang sendiri untuk mendapatkan inspirasi secara perlahan.

·       Dorongan, dukungan dari orang sekitar sangat membantu seseorang untuk menjadi kreatif, hal ini dikarenakan motivasi membantu seseorang untuk terus mencari ide-ide baru dan berbeda.

·       Sarana, sarana yang layak adalah salah satu hal penting yang membantu seseorang untuk dapat memacu diri dalam bereksperimen.

·       Rangsangan dari lingkungan. Dalam hal ini lingkungan memicu kreativitas individu. Dalam Skema persepsi menurut Paul A. Bell dalam (Sanger et al., 2021) dikatakan bahwa tahap paling awal dari hubungan manusia dengan lingkungannya adalah kontak fisik antar individu dengan objek-objek di lingkungannya. Dalam hal ini objek tampil dengan kemanfaatannya masing-masing. Lingkungan menjadi pendorong untuk memakai fasilitas yang hendak mendesak kreativitas.

·       Peluang guna mendapatkan pengetahuan, meningkatkan skill merupakan jalan terbaik dalam mengembangkan kreativitas. Manusia pada umumnya tidak kreatif pada segala hal bidang namun hanya bidang-bidang tertentu sehingga memerlukan ilmu pengetahuan langsung dengan bidang tertentu untuk meningkatkan kreativitas.

Dalam Wahyuni dan kawan-kawan (2022) dikatakan bahwa tipe kepemimpinan otoriter selalu mendikte tentang apa yang harus dikerjakan oleh anggotanya. Kepemimpinan menjadi hal pending dalam pengembangan kreativitas karyawan. Kepemimpinan otoriter akan membuat inisiatif dan daya pikir anggota sangat dibatasi. Sehingga mereka tidak bisa menjadi kreatif karena keterbatasan ruang gerak yang diberikan. Pembatasan ini membuat karyawan tidak mudah mengekspersikan pendapatnya. Sehingga dalam hal ini untuk bisa menjadi kreatif seseorang perlu mengatasi ketakutan akan kegagalan. Sebaliknya untuk menjadi tidak kreatif seseorang hanya perlu membiarkan ketakutan menguasai pikiran mereka.

 

Daftar Pustaka:

Hidayat, E., & Abadi, F. (2023). Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan Budaya Organisasi, Organizational Citizenship Behavior dan Perilaku Kerja Inovatif Pada Perusahaan yang Bergerak dalam Bidang Transmisi dan Distribusi Gas Bumi. Jurnal Darma Agung, 31(5): 416-431

Sagita, Y. D., & Setiorini, A. (2022). Pengaruh Kreativitas dan Inovasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Mnc Animasi. Jurnal Ekonomi dan Industri, 23(2): 417-425.

Sanger, A. S., Waani, J. O., & Franklin, P. J.C. (2021) Tingkat Adaptasi Masyarakat terhadap Bencana Gunung Api Lokon di Kota Tomohon. Media Matrasain, 18(2): 75-82.

Wahyuni, S., Sukatin, S., Fadilah, I. N., & Asti, W. (2022). Gaya Kepemimpinan Otoriter (Otokratis) Dalam Manajemen Pendidikan. Educatonal Leadershiip: Jurnal Manajemen Pendidikan, 1(2), 123-130.

 

 

Jawaban Ujian Akhir Semester Psikologi Industri dan Organisasi oleh Naeri Khasna

 Jawaban Ujian Tengah Semester

Mata Kuliah : Psikologi Industri dan Organisasi

Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, MA


Naeri Khasna (23310410046)

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta


Explorasi Skema Presepsi Paul A. Bell dalam Mencapai Kreatifitas dan Mengatasi Tidak Kreatifitas di Dunia Kerja

    Dalam dunia kerja yang semakin kompetitif, kreativitas menjadi salah satu kemampuan yang sangat dibutuhkan. Kreativitas merujuk pada pengembangan ide yang baru dan berpotensi berguna (Marasabessy, 2019). Orang yang kreatif dapat melihat masalah dari berbagai sudut pandang dan menciptakan solusi yang inovatif, membantu mereka dalam menghadapi tantangan yang ada (Wicaksono, 2023). Kreativitas adalah pendorong utama inovasi. Dalam dunia bisnis, inovasi produk dan layanan baru sering kali menjadi kunci keberhasilan perusahaan. Kreativitas memungkinkan perusahaan untuk menghasilkan ide-ide baru yang mengarah pada pengembangan produk yang lebih baik, layanan yang lebih efisien, dan solusi-solusi yang lebih inovatif.

    Skema presepsi Paul A. Bell memiliki hubungan yang erat karena skema presepsi membantu menjelaskan bagaimana individu mengolah informasi untuk menciptakan sesuatu yang baru dan inovatif. Persoalan yang muncul dengan persepsi adalah manusia terlalu kreatif dalam menciptakan persepsi berdasarkan manfaat (Patimah et al, 2024). Skema persepsi yang dikemukakan oleh Paul A. Bell dan kawan-kawan, Individu melihat objek fisik kemudian terjadilah presepsi individu. Dari persepsi tersebut individu dapat beradaptasi, mengintegrasikan pengalaman, memproses informasi, dan menggunakan imajinasi untuk menciptakan solusi-solusi baru dan inovatif dalam berbagai konteks. Akan tetapi tidak semua individu dapat beradaptasi dengan presepsinya ada juga individu yang memilih homeostasis, menahan berbagai perubahan dalam sistem secara keseluruhan. Dalam Sarwono tahun 1995 Perbedaan persepsi ini terjadi karena ada lima faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan persepsi yaitu budaya, status sosial ekonomi, usia, agama, dan interaksi antara peran gender, desa/kota, dan suku (Patimah et al, 2024).

    Adapun langkah-langkah individu menjadi kreatif. Individu yang kreatif akan mulai dengan pemahaman yang komprehensif terhadap masalah atau tantangan yang dihadapi. Mencoba untuk melihat masalah dari berbagai sudut pandang dan memahami konteksnya dengan baik. Menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki secara luas untuk membantu mengidentifikasi solusi atau ide-ide baru. Ini bisa melibatkan pengetahuan dari berbagai bidang atau disiplin ilmu. Setelah memahami masalah, individu mengambil waktu untuk merenungkan secara mendalam. Mereka mungkin membiarkan pikiran mereka "menginkubasi" ide-ide, menggali dan mengeksplorasi berbagai kemungkinan solusi tanpa tekanan waktu yang besar. Dalam fase ini, proses kreatif berperan kuat. Individu mungkin menggunakan teknik pemikiran divergen dan asosiasi bebas untuk memperluas pandangan mereka dan menemukan ide-ide yang tidak konvensional. Ide-ide yang dihasilkan dievaluasi secara kritis untuk memastikan keefektifannya dalam memecahkan masalah atau menciptakan nilai baru. Setelah itu, ide-ide tersebut diimplementasikan dan diuji dalam praktik.

    Individu kreatif sering mencoba hal-hal baru dan berbeda. Ini dapat bertentangan dengan budaya perusahaan yang lebih konservatif atau dengan rekan kerja yang lebih nyaman dengan cara-cara yang sudah dikenal dan teruji. Ketika inovasi tidak dipahami atau dihargai dengan baik, ini bisa menyebabkan konflik atau ketegangan di tempat kerja hingga ancaman pemecatan sehingga menjadikan individu tidak kreatif. Persepsi negatif seperti ini dapat menghambat kreativitas karena individu cenderung menghindari risiko dan perubahan (Sarwono, 2015). Mereka cenderung mengandalkan metode atau solusi yang telah terbukti di masa lalu menyebabkan sulit bagi individu untuk keluar dari pola pikir yang sudah ada atau mencoba pendekatan yang disebut homeostatis dalam skema persepsi yang dikemukakan oleh Paul A. Bell dan kawan-kawan. Langkah-langkah tersebut mencerminkan bagaimana individu dapat mengembangkan kreativitas atau terjebak dalam pola pikir yang tidak kreatif. Mengatasi tantangan-tantangan ini sering membutuhkan kombinasi dari dukungan manajerial, budaya kerja yang inklusif terhadap ide-ide baru, dan kemampuan individu untuk berkomunikasi dan menjelaskan nilai dari pendekatan kreatif mereka. Serta kemampuan untuk fleksibel dalam berpikir, berani mencoba hal-hal baru, keberanian untuk mengubah paradigma dan memiliki keterbukaan terhadap ide-ide yang tidak konvensional.

 

Daftar Pustaka

Marasabessy, Z. A. (2019). Membentuk kreativitas dalam dunia kerja. Suhuf, 31(1), 58-71.

Patimah, A. S., Shinta, A., & Al Adib, A. (2024). Persepsi Terhadap Lingkungan. Jurnal Psikologi, 20(1), 23-29.

Sarwono, S. W. (2015). Psikologi Lingkungan. Jakarta: Grasindo & Program Pascasarjana Prodi Psikologi UI.

Wicaksono, Punto. (2023). Berpikir Kreatif dalam Menghadapi Tantangan Dunia Kerja. QuBisa.