21.7.24

Jawaban Ujian Akhir Psikologi Industri dan Organisasi dengan pengampu Arundati Shinta

 Jawaban UAS Psikologi Industri dan Organisasi

Dosen Pengampu : Dr., Arundati Shinta. MA


Arti Muizzah Aisyawati

23310410038

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Kreatif Vs Tidak Kreatif dalam Skema Paul A. Bell  dan Kawan-Kawan

Ujian Akhir Psikologi Industri & Organisasi dengan pengampu Arundati Shinta

Perilaku kerja inovatif dianggap sebagai perilaku yang memberikan manfaat bagi perusahaan di era yang penuh dengan keterbukaan dan perubahan ini ( Hidayat & Abadi, 2023). Di era kemajuan teknologi saat ini kreativitas karyawan sangat penting untuk menunjukkan esensi dan tujuan pada setiap inovasi. Dalam dunia bisnis sendiri kreativitas karyawan menjadi kunci utama dalam mencapai keunggulan kompetitif. Selain itu kreativitas juga berfungsi untuk meningkatkan efisiensi operasional dan menciptakan solusi baru dalam menghadapi tantangan bisnis. Namun, seringkali perusahaan menghadapi tantangan besar ketika karyawan maupun pimpinan menunjukkan kurangnya kreativitas.

Kepemimpinan sendiri menjadi faktor penting dalam memberi pengaruh terhadap kemajuan organisasi atau kelompok dalam melakukan pekerjaan maksimum yang sesuai dengan tujuan organisasi” (Wahyuni et al., 2022). Dalam hal ini pemimpin mempunyai pengaruh besar dalam mengkoordinasikan karyawan serta menjadi model bagi para karyawan. Masalah utama yang terus muncul di era perkembangan teknologi saat ini ialah karyawan maupun pemimpin yang menunjukkan kurangnya kreativitas. Oleh sebab itu sangat penting bagi pemimpin atau karyawan untuk meningkatkan kreativitas guna mengikuti perkembangan teknologi dalam menghadapi tantangan bisnis.

Dalam Kusuma et al., 2021 dikatakan bahwa strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kreativitas adalah dengan memberdayakan karyawan. Hal ini dilakukan agar karyawan memiliki motivasi dan menghasilkan hasil yang kreatif dalam pekerjaannya. Dasar dari terbentuknya perilaku ialah persepsi. Persepsi diartikan sebagai proses menerima, menafsirkan, dan mengorganisasi informasi untuk memahami dunia sekitar kita. Dalam Skema persepsi Paul A. Bell tepat awal dari hubungan manusia dengan lingkungannya adalah kontak fisik antara individu dengan objek-objek lingkungannya (Sanger et al., 2021). Dalam hal ini objek yang tampil sesuai dengan kubermanfaatnya sedangkan individu datang dengan sifatnya, pengalaman masa lalu, minat, bakat, dan berbagai ciri kepribadiannya. Dari teori tersebut dapat disimpulkan bahwa seseorang yang kreatif adalah individu yang dapat melihat dan menafsirkan lingkungannya dengan cara yang unik dibantu dengan pengetahuan yang dimilikinya. Menurut Hurlock dalam Sagita & Setiorini (2022) terdapat beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kreativitas yaitu :

·       Waktu, pengaturan waktu yang baik akan menolong seseorang dalam meningkatkan pemikiran yang kreatif.

·       Peluang menyendiri, Seseorang membutuhkan ruang sendiri untuk mendapatkan inspirasi secara perlahan.

·       Dorongan, dukungan dari orang sekitar sangat membantu seseorang untuk menjadi kreatif, hal ini dikarenakan motivasi membantu seseorang untuk terus mencari ide-ide baru dan berbeda.

·       Sarana, sarana yang layak adalah salah satu hal penting yang membantu seseorang untuk dapat memacu diri dalam bereksperimen.

·       Rangsangan dari lingkungan. Dalam hal ini lingkungan memicu kreativitas individu. Dalam Skema persepsi menurut Paul A. Bell dalam (Sanger et al., 2021) dikatakan bahwa tahap paling awal dari hubungan manusia dengan lingkungannya adalah kontak fisik antar individu dengan objek-objek di lingkungannya. Dalam hal ini objek tampil dengan kemanfaatannya masing-masing. Lingkungan menjadi pendorong untuk memakai fasilitas yang hendak mendesak kreativitas.

·       Peluang guna mendapatkan pengetahuan, meningkatkan skill merupakan jalan terbaik dalam mengembangkan kreativitas. Manusia pada umumnya tidak kreatif pada segala hal bidang namun hanya bidang-bidang tertentu sehingga memerlukan ilmu pengetahuan langsung dengan bidang tertentu untuk meningkatkan kreativitas.

Dalam Wahyuni dan kawan-kawan (2022) dikatakan bahwa tipe kepemimpinan otoriter selalu mendikte tentang apa yang harus dikerjakan oleh anggotanya. Kepemimpinan menjadi hal pending dalam pengembangan kreativitas karyawan. Kepemimpinan otoriter akan membuat inisiatif dan daya pikir anggota sangat dibatasi. Sehingga mereka tidak bisa menjadi kreatif karena keterbatasan ruang gerak yang diberikan. Pembatasan ini membuat karyawan tidak mudah mengekspersikan pendapatnya. Sehingga dalam hal ini untuk bisa menjadi kreatif seseorang perlu mengatasi ketakutan akan kegagalan. Sebaliknya untuk menjadi tidak kreatif seseorang hanya perlu membiarkan ketakutan menguasai pikiran mereka.

 

Daftar Pustaka:

Hidayat, E., & Abadi, F. (2023). Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan Budaya Organisasi, Organizational Citizenship Behavior dan Perilaku Kerja Inovatif Pada Perusahaan yang Bergerak dalam Bidang Transmisi dan Distribusi Gas Bumi. Jurnal Darma Agung, 31(5): 416-431

Sagita, Y. D., & Setiorini, A. (2022). Pengaruh Kreativitas dan Inovasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Mnc Animasi. Jurnal Ekonomi dan Industri, 23(2): 417-425.

Sanger, A. S., Waani, J. O., & Franklin, P. J.C. (2021) Tingkat Adaptasi Masyarakat terhadap Bencana Gunung Api Lokon di Kota Tomohon. Media Matrasain, 18(2): 75-82.

Wahyuni, S., Sukatin, S., Fadilah, I. N., & Asti, W. (2022). Gaya Kepemimpinan Otoriter (Otokratis) Dalam Manajemen Pendidikan. Educatonal Leadershiip: Jurnal Manajemen Pendidikan, 1(2), 123-130.

 

 

0 komentar:

Posting Komentar