15.10.23

Essay 3: Wawancara Tentang Disonasi Kognitif

  Psikologi Inovasi

Tugas 3 (Wawancara Tentang Disonasi Kognitif) 

Rhicard Geovadri Layarda (21310410002)

Dosen pengampu: Dr. Arundati Shinta, M.A.

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta


Disonansi kognitif adalah situasi yang mengacu pada konflik mental, yang terjadi ketika keyakinan, sikap, dan perilaku seseorang tidak selaras.

Situasi tersebut dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman pada seseorang. Hal ini mengarah pada perubahan salah satu sikap, keyakinan, atau perilaku untuk mengurangi ketidaknyamanan tersebut.Disonansi kognitif termasuk salah satu teori yang paling berpengaruh dalam psikologi sosial. Teori ini dicetuskan oleh Leon Festinger pada 1957.Melalui teori ini, Festinger menunjukkan bahwa setiap orang memiliki dorongan batin untuk menjaga semua sikap dan perilaku tetap selaras serta menghindari ketidakharmonisan (disonansi).Bila disonansi ini terjadi, sesuatu harus berubah untuk menyelaraskan kembali situasi tersebut.

 

Adapun tanda tanda seseorang mengalami Disonasi kognitif

·         Merasa cemas sebelum mengambil keputusan

·         Merasa malu akan tindakan yang anda ambil atau cenderung menyembunyikan

·         Menghindari percakapan tentang tokpik tertentu atau informasi yang bertentangan dengan keyakinan anda

·         Mengabaikan informasi yang menyebabkan disonasi

Pada kesempatan ini Penulis mewawancarain beberapa perokok yang dimana Perokok tersebut adalah anak magang di perusahaan penulis

Joko,Gino,Helen adalah nama samaran dari ketiga orang tersebut

 Dari hasil wawancara ketiganya memiliki kesamaan jawaban
J1 “ yah kalau kita ngumpul bareng teman biasa kalau ngobrol ga sambil merokok kosong banget seperti ada yang kurang gitu loh”
J2” awalnya ngikut teman sih , tapi dipikir-pikir kadang stress dan merokok seperti plong yah saya keterusan sampai sekarang”

J3 “ apalagi habis makan, ga merokok itu seperti kita makan nasi padang tapi ga pakai kerupuk, kurang banget”

J4” yah sehari bisa lah habis 1 bungkus kalau sendirian, kalau biasa ngumpul sama teman sehari bisa 2 bungkus karna sambilan ngobrol atau ngegame jadi tau tau udah habis aja”

 

Menurut Setiyanto, R (2013) Faktor-Faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok adalah tekanan teman sebaya,berteman dengan perokok usia muda, status sosial ekonomi rendah, lingkungan bermain , dan tidak percaya bahwa rokok menganggu kesehatan

 

Meski begitu ketiganya mengaku tidak bisa berhenti meskipun ingin mencoba dikarenakan terkadang adanya ajakan atau godaan dari teman setongkrongan sehingga hal tersebut terus berlanjut meskipun mereka juga memahami dampak buruk rokok.

 Referensi

UEU-Journal-17564-11_0347.pdf (esaunggul.ac.id)

https://hellosehat.com/mental/mental-lainnya/disonansi-kognitif/




0 komentar:

Posting Komentar