2.10.24

Esai 1 – Meringkas Jurnal Pengelolaan Sampah

 

Mata Kuliah : Psikologi Lingkungan

Tugas : Esai 1 – Meringkas Jurnal Pengelolaan Sampah

Jurnal : Pengelolaan Sampah Secara Terpadu Berbasis Lingkungan Masyarakat di Desa Rumbuk

Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, MA

Liyana Nofiasari (23310410049)

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

 

Topik

Pengelolaan sampah, penerapan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle).

Sumber

Rapii, M., Majdi, M. Z., Zain, R., & Aini, Q. (2021). Pengelolaan sampah secara terpadu berbasis lingkungan masyarakat di Desa Rumbuk. Dharma Raflesia: Jurnal Ilmiah Pengembangan dan Penerapan IPTEKS, 19(01), 13-22

Permasalahan

Rendahnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam mengelola sampah. Masyarakat di desa tersebut terbiasa membuang sampah sembarangan atau membakarnya karena kurangnya fasilitas tempat pembuangan sampah yang memadai dan sulitnya akses ke tempat pembuangan akhir. Akibatnya, sampah menumpuk di berbagai tempat, yang tidak hanya mencemari lingkungan tetapi juga berpotensi menimbulkan masalah kesehatan. Masyarakat belum sepenuhnya memahami pentingnya pengelolaan sampah yang baik dan berkelanjutan.

Deviasi yang dihasilkan dari situasi ini bisa dikategorikan sebagai deviasi negatif, karena perilaku masyarakat yang membuang sampah sembarangan dan membakarnya menciptakan dampak yang merugikan lingkungan dan kesehatan. Ini adalah penyimpangan dari norma pengelolaan sampah yang ideal, yang seharusnya bertumpu pada prinsip-prinsip pengurangan, penggunaan kembali, dan daur ulang (3R).

Tujuan penelitian

Bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam mengelola sampah dengan memanfaatkan prinsip 3R. Dengan demikian, diharapkan masyarakat dapat lebih aktif dalam mengelola sampah rumah tangga dan berperan dalam menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan bersih. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk memberdayakan perempuan dalam mengelola sampah organik, seperti membuat kompos yang dapat digunakan kembali untuk kepentingan ekonomi.

Isi

Permasalahan sampah di Desa Rumbuk merupakan masalah serius yang berdampak negatif pada lingkungan dan kesehatan masyarakat. Seiring dengan meningkatnya populasi dan aktivitas masyarakat, volume sampah yang dihasilkan semakin bertambah, namun fasilitas dan sistem pengelolaan sampah masih sangat terbatas. Masyarakat terbiasa membuang sampah sembarangan atau membakarnya, karena tidak ada tempat pembuangan sampah yang memadai, dan akses ke tempat pembuangan akhir sangat sulit. Hal ini mengakibatkan sampah menumpuk di berbagai tempat yang tidak seharusnya, termasuk lahan kosong, yang akhirnya mencemari lingkungan.

Rendahnya kesadaran masyarakat tentang pengelolaan sampah menjadi salah satu faktor utama yang memperburuk situasi. Kebanyakan warga tidak memahami pentingnya pengelolaan sampah yang baik dan berkelanjutan. Mereka belum terbiasa dengan konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) yang bisa mengurangi volume sampah sekaligus memanfaatkan kembali sampah yang masih memiliki nilai guna.

Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel utama. Variabel dependen adalah kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah, yang didefinisikan sebagai tingkat pemahaman, sikap, dan tindakan masyarakat terhadap pengelolaan sampah rumah tangga. Kesadaran ini meliputi pemilahan sampah organik dan anorganik serta penerapan metode komposting. Sementara itu, variabel independen adalah penyuluhan dan pelatihan pengelolaan sampah, yang diartikan sebagai intervensi berupa edukasi kepada masyarakat melalui ceramah, diskusi, dan praktik langsung mengenai pengelolaan sampah yang berkelanjutan.

Metode

Metode penelitian yang digunakan dalam kajian pengelolaan sampah berbasis lingkungan masyarakat di Desa Rumbuk adalah metode pengabdian masyarakat, yang dilaksanakan dalam dua tahap utama. Tahap pertama adalah penyuluhan yang dilakukan melalui metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab, dengan tujuan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah. Tahap kedua adalah praktik langsung di lapangan, di mana penyuluh terjun ke masyarakat untuk memberikan pengarahan praktis mengenai pengelolaan sampah dengan konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle).

Subjek penelitian dalam kegiatan ini adalah masyarakat Desa Rumbuk, khususnya rumah tangga yang menghasilkan sampah rumah tangga. Subjek penelitian dipilih berdasarkan pengamatan di lapangan, di mana masyarakat desa tersebut tidak memiliki tempat pembuangan sampah yang memadai dan masih terbiasa membuang sampah sembarangan atau membakarnya. Jumlah subjek penelitian yang terlibat secara aktif dalam pelatihan ini adalah sebanyak 30 orang, yang merupakan target awal kegiatan. Partisipasi masyarakat sangat dipengaruhi oleh dukungan dari Kepala Desa serta perangkat desa lainnya, yang berperan dalam penyebaran undangan dan penyediaan fasilitas pelatihan.

Data dikumpulkan melalui pre-test dan post-test untuk mengukur tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat sebelum dan setelah pelatihan. Metode pengumpulan data ini dianggap cukup valid karena melibatkan evaluasi langsung terhadap perubahan pengetahuan dan keterampilan peserta dalam mengelola sampah. Reliabilitas data ditunjukkan dengan peningkatan yang konsisten pada hasil post-test dibandingkan dengan pre-test, di mana terjadi peningkatan rata-rata pengetahuan masyarakat sebesar 50,2%. Validitas metode pengumpulan data dapat dipertanggungjawabkan karena hasil evaluasi menunjukkan adanya hubungan antara materi yang diberikan dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta.

Hasil

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan masyarakat sebesar 50,2% setelah mengikuti program pelatihan. Meskipun demikian, tingkat partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan sampah secara mandiri masih tergolong rendah. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa meskipun terjadi peningkatan kesadaran dan pengetahuan tentang pengelolaan sampah, masih banyak masyarakat yang belum secara aktif terlibat dalam praktik pengelolaan sampah di rumah tangga. Selain itu, penelitian ini juga berhasil memberdayakan perempuan untuk lebih terlibat dalam pengelolaan sampah organik melalui pembuatan kompos. Secara keseluruhan, meskipun program ini belum mencapai tingkat partisipasi yang optimal, peningkatan pengetahuan masyarakat menjadi langkah awal yang positif menuju pengelolaan sampah yang berkelanjutan.

Diskusi

Dalam bagian diskusi, peneliti menyatakan bahwa meskipun program pelatihan ini berhasil meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sampah, terutama dalam hal pemahaman tentang pentingnya memilah dan mengelola sampah organik, perubahan perilaku dan peningkatan partisipasi aktif masyarakat masih memerlukan waktu dan upaya yang lebih besar. Pengetahuan yang meningkat belum sepenuhnya diiringi dengan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Peneliti menekankan bahwa proses perubahan perilaku ini memerlukan konsistensi, pengawasan, dan pendekatan yang berkelanjutan agar masyarakat dapat terlibat lebih aktif dan menerapkan pengetahuan yang mereka peroleh dalam praktik. Dalam hal ini, pentingnya komitmen masyarakat untuk terlibat dalam pengelolaan sampah secara mandiri tidak bisa dianggap sepele, karena tanpa partisipasi aktif, program-program seperti ini tidak akan memberikan dampak jangka panjang.

Selain itu, peneliti juga menyoroti pentingnya dukungan dari pemerintah dalam menyediakan fasilitas pengelolaan sampah yang memadai, seperti Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Ketersediaan infrastruktur ini sangat penting untuk memfasilitasi masyarakat dalam mengelola sampah dengan cara yang benar dan terorganisir. Tanpa adanya TPS yang dekat dan mudah diakses, masyarakat akan terus mengalami kesulitan dalam membuang sampah dengan benar, sehingga kebiasaan membuang sampah sembarangan atau membakarnya di sekitar rumah akan terus berlanjut. Dukungan pemerintah tidak hanya diperlukan dalam bentuk penyediaan fasilitas fisik, tetapi juga dalam hal regulasi dan pengawasan yang ketat untuk memastikan bahwa masyarakat mematuhi sistem pengelolaan sampah yang telah ditetapkan. Dengan adanya fasilitas dan regulasi yang mendukung, diharapkan masyarakat dapat lebih termotivasi untuk berpartisipasi aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan mereka.

Peneliti juga menekankan pentingnya keberlanjutan dalam program-program pengelolaan sampah. Program pelatihan yang hanya dilakukan sekali tanpa tindak lanjut cenderung tidak menghasilkan dampak jangka panjang. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang berkelanjutan, di mana masyarakat terus didampingi dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa pengetahuan yang mereka peroleh terus diterapkan. Peneliti menyarankan adanya program lanjutan yang lebih intensif, seperti pelatihan tambahan atau sosialisasi berkelanjutan, untuk mendorong masyarakat agar semakin mandiri dalam mengelola sampah. Dengan pendekatan yang berkelanjutan ini, diharapkan dampak positif dari program pengelolaan sampah tidak hanya terbatas pada peningkatan pengetahuan, tetapi juga mampu mendorong perubahan perilaku yang konsisten dan signifikan di kalangan masyarakat.

 

0 komentar:

Posting Komentar