Mata Kuliah : Psikologi Lingkungan
Tugas : Esai 1 – Meringkas Jurnal Pengelolaan Sampah
Jurnal : Pengelolaan Sampah Secara
Terpadu Berbasis Lingkungan Masyarakat di Desa Rumbuk
Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta,
MA
Liyana Nofiasari (23310410049)
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Topik |
Pengelolaan sampah, penerapan
prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle). |
Sumber |
Rapii, M., Majdi, M. Z., Zain, R.,
& Aini, Q. (2021). Pengelolaan sampah secara terpadu berbasis lingkungan masyarakat
di Desa Rumbuk. Dharma Raflesia: Jurnal Ilmiah Pengembangan dan Penerapan
IPTEKS, 19(01), 13-22 |
Permasalahan |
Rendahnya kesadaran dan
partisipasi masyarakat dalam mengelola sampah. Masyarakat di desa tersebut
terbiasa membuang sampah sembarangan atau membakarnya karena kurangnya
fasilitas tempat pembuangan sampah yang memadai dan sulitnya akses ke tempat
pembuangan akhir. Akibatnya, sampah menumpuk di berbagai tempat, yang tidak
hanya mencemari lingkungan tetapi juga berpotensi menimbulkan masalah
kesehatan. Masyarakat belum sepenuhnya memahami pentingnya pengelolaan sampah
yang baik dan berkelanjutan. Deviasi yang dihasilkan dari
situasi ini bisa dikategorikan sebagai deviasi negatif, karena perilaku
masyarakat yang membuang sampah sembarangan dan membakarnya menciptakan
dampak yang merugikan lingkungan dan kesehatan. Ini adalah penyimpangan dari
norma pengelolaan sampah yang ideal, yang seharusnya bertumpu pada
prinsip-prinsip pengurangan, penggunaan kembali, dan daur ulang (3R). |
Tujuan penelitian |
Bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam mengelola sampah dengan
memanfaatkan prinsip 3R. Dengan demikian, diharapkan masyarakat dapat lebih
aktif dalam mengelola sampah rumah tangga dan berperan dalam menciptakan
lingkungan yang lebih sehat dan bersih. Selain itu, penelitian ini juga
bertujuan untuk memberdayakan perempuan dalam mengelola sampah organik,
seperti membuat kompos yang dapat digunakan kembali untuk kepentingan
ekonomi. |
Isi |
Permasalahan sampah di Desa Rumbuk
merupakan masalah serius yang berdampak negatif pada lingkungan dan kesehatan
masyarakat. Seiring dengan meningkatnya populasi dan aktivitas masyarakat,
volume sampah yang dihasilkan semakin bertambah, namun fasilitas dan sistem
pengelolaan sampah masih sangat terbatas. Masyarakat terbiasa membuang sampah
sembarangan atau membakarnya, karena tidak ada tempat pembuangan sampah yang
memadai, dan akses ke tempat pembuangan akhir sangat sulit. Hal ini
mengakibatkan sampah menumpuk di berbagai tempat yang tidak seharusnya,
termasuk lahan kosong, yang akhirnya mencemari lingkungan. Rendahnya kesadaran masyarakat
tentang pengelolaan sampah menjadi salah satu faktor utama yang memperburuk
situasi. Kebanyakan warga tidak memahami pentingnya pengelolaan sampah yang
baik dan berkelanjutan. Mereka belum terbiasa dengan konsep 3R (Reduce,
Reuse, Recycle) yang bisa mengurangi volume sampah sekaligus memanfaatkan
kembali sampah yang masih memiliki nilai guna. Dalam penelitian ini, terdapat dua
variabel utama. Variabel dependen adalah kesadaran masyarakat dalam
pengelolaan sampah, yang didefinisikan sebagai tingkat pemahaman, sikap, dan
tindakan masyarakat terhadap pengelolaan sampah rumah tangga. Kesadaran ini
meliputi pemilahan sampah organik dan anorganik serta penerapan metode
komposting. Sementara itu, variabel independen adalah penyuluhan dan
pelatihan pengelolaan sampah, yang diartikan sebagai intervensi berupa
edukasi kepada masyarakat melalui ceramah, diskusi, dan praktik langsung
mengenai pengelolaan sampah yang berkelanjutan. |
Metode |
Metode penelitian yang digunakan
dalam kajian pengelolaan sampah berbasis lingkungan masyarakat di Desa Rumbuk
adalah metode pengabdian masyarakat, yang dilaksanakan dalam dua tahap utama.
Tahap pertama adalah penyuluhan yang dilakukan melalui metode ceramah,
diskusi, dan tanya jawab, dengan tujuan meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah. Tahap kedua
adalah praktik langsung di lapangan, di mana penyuluh terjun ke masyarakat
untuk memberikan pengarahan praktis mengenai pengelolaan sampah dengan konsep
3R (Reduce, Reuse, Recycle). Subjek penelitian dalam kegiatan
ini adalah masyarakat Desa Rumbuk, khususnya rumah tangga yang menghasilkan
sampah rumah tangga. Subjek penelitian dipilih berdasarkan pengamatan di
lapangan, di mana masyarakat desa tersebut tidak memiliki tempat pembuangan
sampah yang memadai dan masih terbiasa membuang sampah sembarangan atau
membakarnya. Jumlah subjek penelitian yang terlibat secara aktif dalam
pelatihan ini adalah sebanyak 30 orang, yang merupakan target awal kegiatan.
Partisipasi masyarakat sangat dipengaruhi oleh dukungan dari Kepala Desa
serta perangkat desa lainnya, yang berperan dalam penyebaran undangan dan
penyediaan fasilitas pelatihan. Data dikumpulkan melalui pre-test
dan post-test untuk mengukur tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat
sebelum dan setelah pelatihan. Metode pengumpulan data ini dianggap cukup
valid karena melibatkan evaluasi langsung terhadap perubahan pengetahuan dan
keterampilan peserta dalam mengelola sampah. Reliabilitas data ditunjukkan
dengan peningkatan yang konsisten pada hasil post-test dibandingkan dengan
pre-test, di mana terjadi peningkatan rata-rata pengetahuan masyarakat
sebesar 50,2%. Validitas metode pengumpulan data dapat dipertanggungjawabkan
karena hasil evaluasi menunjukkan adanya hubungan antara materi yang
diberikan dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta. |
Hasil |
Hasil dari penelitian menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan pengetahuan masyarakat sebesar 50,2% setelah
mengikuti program pelatihan. Meskipun demikian, tingkat partisipasi aktif
masyarakat dalam pengelolaan sampah secara mandiri masih tergolong rendah.
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa meskipun terjadi peningkatan kesadaran dan
pengetahuan tentang pengelolaan sampah, masih banyak masyarakat yang belum
secara aktif terlibat dalam praktik pengelolaan sampah di rumah tangga.
Selain itu, penelitian ini juga berhasil memberdayakan perempuan untuk lebih
terlibat dalam pengelolaan sampah organik melalui pembuatan kompos. Secara
keseluruhan, meskipun program ini belum mencapai tingkat partisipasi yang
optimal, peningkatan pengetahuan masyarakat menjadi langkah awal yang positif
menuju pengelolaan sampah yang berkelanjutan. |
Diskusi |
Dalam bagian diskusi, peneliti
menyatakan bahwa meskipun program pelatihan ini berhasil meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sampah, terutama dalam hal
pemahaman tentang pentingnya memilah dan mengelola sampah organik, perubahan
perilaku dan peningkatan partisipasi aktif masyarakat masih memerlukan waktu
dan upaya yang lebih besar. Pengetahuan yang meningkat belum sepenuhnya
diiringi dengan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam
pengelolaan sampah rumah tangga. Peneliti menekankan bahwa proses perubahan
perilaku ini memerlukan konsistensi, pengawasan, dan pendekatan yang
berkelanjutan agar masyarakat dapat terlibat lebih aktif dan menerapkan
pengetahuan yang mereka peroleh dalam praktik. Dalam hal ini, pentingnya komitmen
masyarakat untuk terlibat dalam pengelolaan sampah secara mandiri tidak bisa
dianggap sepele, karena tanpa partisipasi aktif, program-program seperti ini
tidak akan memberikan dampak jangka panjang. Selain itu, peneliti juga
menyoroti pentingnya dukungan dari pemerintah dalam menyediakan fasilitas
pengelolaan sampah yang memadai, seperti Tempat Pembuangan Sementara (TPS)
dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Ketersediaan infrastruktur ini sangat
penting untuk memfasilitasi masyarakat dalam mengelola sampah dengan cara
yang benar dan terorganisir. Tanpa adanya TPS yang dekat dan mudah diakses,
masyarakat akan terus mengalami kesulitan dalam membuang sampah dengan benar,
sehingga kebiasaan membuang sampah sembarangan atau membakarnya di sekitar
rumah akan terus berlanjut. Dukungan pemerintah tidak hanya diperlukan dalam
bentuk penyediaan fasilitas fisik, tetapi juga dalam hal regulasi dan
pengawasan yang ketat untuk memastikan bahwa masyarakat mematuhi sistem
pengelolaan sampah yang telah ditetapkan. Dengan adanya fasilitas dan
regulasi yang mendukung, diharapkan masyarakat dapat lebih termotivasi untuk
berpartisipasi aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan mereka. Peneliti juga menekankan
pentingnya keberlanjutan dalam program-program pengelolaan sampah. Program
pelatihan yang hanya dilakukan sekali tanpa tindak lanjut cenderung tidak
menghasilkan dampak jangka panjang. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan
yang berkelanjutan, di mana masyarakat terus didampingi dan dievaluasi secara
berkala untuk memastikan bahwa pengetahuan yang mereka peroleh terus
diterapkan. Peneliti menyarankan adanya program lanjutan yang lebih intensif,
seperti pelatihan tambahan atau sosialisasi berkelanjutan, untuk mendorong
masyarakat agar semakin mandiri dalam mengelola sampah. Dengan pendekatan
yang berkelanjutan ini, diharapkan dampak positif dari program pengelolaan
sampah tidak hanya terbatas pada peningkatan pengetahuan, tetapi juga mampu
mendorong perubahan perilaku yang konsisten dan signifikan di kalangan
masyarakat. |
0 komentar:
Posting Komentar