4.7.24

Tugas Artikel Teori Psikoanalis Humanistis Erich Pinchas Fromm

  Mata Kuliah: Teori Kepribadian

Dosen Pengampu: FX. Wahyu Widiantoro, S.Psi., MA

Artikel Teori Psikoanalis Humanistis Erich Pinchas

Amelia Natasya Rivani (23310410086)

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta


  Erich Fromm, seorang psikoanalis dan filsuf Jerman-Amerika, dikenal karena kontribusinya dalam bidang psikoanalisis humanistik. Fromm lahir pada tahun 1900 dan mengembangkan pemikiran-pemikiran yang berfokus pada aspek-aspek humanistik dalam psikoanalisis. Dalam teorinya, Fromm menekankan pentingnya hubungan antara individu dengan masyarakat serta pengaruhnya terhadap perkembangan kepribadian.

    Psikoanalisis Humanistik oleh Erich Fromm menyoroti pentingnya pemahaman individu sebagai makhluk sosial yang tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal, tetapi juga oleh lingkungan dan budaya di sekitarnya. Fromm memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki kebutuhan psikologis yang kompleks, termasuk kebutuhan akan kasih sayang, keadilan, dan kebebasan. Dalam pandangan Fromm, pemenuhan kebutuhan-kebutuhan ini merupakan kunci utama dalam mencapai kesejahteraan psikologis. Fromm mengidentifikasi dan menjelaskan lima jenis karakter sosial yang ditemukan dalam masyarakat, yaitu reseptif, eksploitatif, penimbun, pemasar, dan produktif. Karakter-karakter ini dibagi menjadi dua kategori besar: tipe non-produktif (reseptif, eksploitatif, penimbun, pemasar) dan tipe produktif. Masing-masing tipe ini menggambarkan cara yang berbeda bagi individu untuk berhubungan dengan dunia dan dengan orang lain. Dari semua tipe tersebut, hanya tipe produktif yang dianggap sehat.

Dalam orientasi non-produktif, orang dengan karakter reseptif percaya bahwa semua kebaikan, kepuasan, dan nilai-nilai yang bermanfaat berasal dari sumber-sumber di luar diri mereka. Mereka cenderung fokus pada menerima daripada memberi, mengharapkan cinta, ide, dan hadiah dari orang lain. Orang dengan kepribadian ini menunjukkan kesetiaan yang terutama didasari oleh rasa syukur terhadap mereka yang memberikan bantuan dan kekuatan. Mereka kesulitan untuk mengatakan "tidak" dan mudah terjebak dalam konflik loyalitas dan janji, yang melemahkan kemampuan kritis mereka dan membuat mereka semakin bergantung pada orang lain. Sedangkan, kepribadian produktif mengatasi kesendirian dengan berusaha menjadi dirinya yang utuh. Seseorang dapat menjalani hidup secara produktif, merasakan, melihat, dan berpikir tanpa harus memiliki bakat untuk menciptakan sesuatu yang nyata atau dapat dikomunikasikan. Produktivitas adalah sikap yang dapat diambil oleh setiap individu, kecuali jika mereka mengalami kelumpuhan mental atau emosional. Produktivitas melibatkan kemampuan manusia untuk menggunakan kekuatannya dan mewujudkan potensinya

    Salah satu konsep sentral dalam teori Fromm adalah konsep kebebasan. Fromm membedakan antara kebebasan "dari" (freedom from) yang merupakan pembebasan dari tekanan dan kendala eksternal, dengan kebebasan "untuk" (freedom to) yang merupakan kemampuan individu untuk mengembangkan potensi-potensinya secara kreatif. Fromm percaya bahwa kebebasan yang sejati adalah kemampuan individu untuk mengambil tanggung jawab atas pilihannya dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang diyakininya.

Fromm juga mempelajari mekanisme pelarian diri yang digunakan manusia untuk menghindari kebebasan. Mekanisme ini terdiri dari otoritarisme, kedestruktifan, dan konformitas. Otoritarisme terbentuk ketika kebutuhan keterhubungan dipenuhi, sedangkan kedestruktifan terjadi ketika kebutuhan keunggulan dipenuhi. Konformitas terjadi ketika kebutuhan kerangka orientasi, keberakaran, dan kepekaan identitas dipenuhi.

Selain itu, Fromm juga menekankan peran cinta dalam kehidupan manusia. Menurut Fromm, cinta bukan hanya sebagai perasaan romantis, tetapi juga sebagai kekuatan yang mendorong individu untuk terhubung dengan orang lain dan dengan dunia di sekitarnya. Cinta dalam konsep Fromm melibatkan rasa peduli, pengorbanan, dan keinginan untuk memperluas diri sendiri melalui hubungan dengan orang lain.

Kreativitas juga menjadi salah satu konsep penting dalam teori Psikoanalisis Humanistik Fromm. Fromm percaya bahwa kreativitas merupakan ekspresi dari potensi-potensi yang dimiliki oleh individu. Melalui kreativitas, individu dapat mengembangkan diri, mengekspresikan ide-ide baru, dan menciptakan sesuatu yang berarti bagi dirinya dan orang lain. Kreativitas juga dianggap oleh Fromm sebagai sarana untuk mencapai pemenuhan diri dan kesejahteraan psikologis.
Konsep "kesadaran diri" (self-awareness) yang dikemukakan oleh Fromm juga memiliki peran penting dalam teorinya. Kesadaran diri mengacu pada kemampuan individu untuk memahami dirinya sendiri secara mendalam, termasuk keinginan, motivasi, dan nilai-nilai yang dimilikinya. Dengan meningkatkan kesadaran diri, individu dapat mengenali potensi-potensinya, mengatasi konflik internal, dan mengarahkan diri menuju pertumbuhan pribadi yang lebih baik.

    Dengan demikian, Psikoanalisis Humanistik oleh Erich Fromm menawarkan pemahaman yang mendalam mengenai kompleksitas manusia sebagai makhluk sosial yang dipengaruhi oleh lingkungan dan budaya di sekitarnya. Melalui penekanan pada konsep kebebasan, cinta, kreativitas, dan kesadaran diri, teori Fromm memberikan pandangan yang kaya dan holistik mengenai pembentukan kepribadian manusia serta upaya mencapai kesejahteraan psikologis yang lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA

Arini, A. P. (2023, May). Konsep Cinta dalam Perspektif Erich Fromm sebagai Refleksi Menjalani Kehidupan Asmara. In Gunung Djati Conference Series (Vol. 24, pp. 301-312).

Fromm, E. (1955). The Sane Society. New York: Holt, Rinehart and Winston.ABAO

Fromm, E. (1941). Escape from Freedom. New York: Farrar & Rinehart.I

Fromm, E. (1964). The Heart of Man: Its Genius for Good and Evil. New York: Harper & Row.

Fromm, E. (1956). The Art of Loving. New York: Harper & Row.

Fromm, E. (1976). To Have or to Be? New York: Harper & Row.

Fromm, E. (1960). Psychoanalysis and Religion. New Haven: Yale University Press.

Saumantri, T. (2022). Konsep Manusia Dalam Teori Psikoanalisis Humanis Dialektik Erich Fromm. Sanjiwani: Jurnal Filsafat, 13(2), 123-136.



0 komentar:

Posting Komentar