23.6.24

Tugas Essay UAS: Psikologi Lingkungan - Oleh Alimin Mubarok

DOSEN PENGAMPU : Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA MA

NAMA : Alimin Mubarok

NIM : 22310410144

KELAS : SJ

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


C:\Users\livestreaming\Downloads\WhatsApp Image 2023-12-12 at 14.21.49.jpeg

Jawab

  1. Menurut  hukum lingkungan didalam termonologinya bahwa sampah merupakan bagian dari limbah. Limbah adalah  suatu barang  yang tidak berfungsi atau difungsikan kembali dan jika terakumulasi dalam jumlah banyak tentu  akan menimbulkan dampak negatif  dan akan merusak lingkungan. Dalam hal ini pemerintah sebenarnya sudah mensosialisakan dampak negatifnya dan juga sudah membuat peraturan bagaimana pengolahan sampah yang dianjurkan, termuat dalam UU NO.18 Tahun 2008,  dimana pemerintah Indonesia sudah mengatur pengelolahan sampahnya secara sistematis dan keseluruhan yang mencakup pengurangan sampah, penanganan sampah, pemanfaatan sampah yang bisa dijadikan sumber daya. Namun kenapa masyarakat masih berperilaku tidak bertanggung jawab dan masih banyak yang tidak sadar akan bahaya dari dampak sampah tanpa pengolahan. Dalam skemanya paul A.bell “ Ketidakpastian: Bell  mengakui bahwa sebenarnya lingkungan sering kali tidak pasti dan sulit diprediksi. Ia menekankan pentingnya fleksibilitas dalam respons terhadap perubahan yang tidak terduga. Bisa jadi respon masyarakat baik dalam peraturan pemerintah tersebut namun butuh adanya kepastian dan butuhnya geraknya nyata peran pemerintah, maka apabila ada seseorang seperti Ibu Dr Arundati Shinta MA yang sangat berempati berperan dalam lingkungan, seperti mengkampanyekan bank sampah, mensosialisasikan pengolahan sampah, manfaat sampah menjadi barang yang berguna hendaknya pemerintah memberikan apresiasi yang nyata, karena beliau adalah tokoh, dengan apresiasi pemerintah dengan tokoh-tokoh yang peduli dengan lingkungan akan memantik semangat individu,kelompok masyarakat,  sehingga akan tumbuh tunas-tunas baru yang bermunculan manusia yang bertanggung jawab serta peduli lagi berperan aktif dalam lingkungan masyarakatnya. 

2.Aspek kelembagaan dalam mengelola sampah memang sangat diharapkan, seperti sekolah, perusahaan, Menurut Paul A.Bell : Adaptasi dan Perubahan: adalah  Lingkungan selalu berubah, dan individu serta kelompok harus beradaptasi untuk bertahan. Bell menekankan pentingnya adaptasi sosial terhadap perubahan lingkungan agar tetap relevan dan efektif,  maka peran suatu lembaga seperti sekolah dimana akan mempengaruhi warganya dalam pola prilakunya tentang sampah, meskipun sekolah akan terbatasi dalam pengolahan sampahnya, sekolah yang baik berperan dalam edukasi warganya siswa dan guru, demikian juga perusahaan tertentu dalam pemilahan sampah seperti tempat   sampah organik dan non organik, serta adanya keterampilan berbasis ekonomi sirkuler. Manfaat kegiatan ini sangat positif akan berpotensi mengurangi tumpukan sampah di TPA. Namun bagaimana dengan nasib  pemulung yang mereka mengais rezekinya dari sampah di TPA. Disamping TPA ada TPST yang sangat dibutuhkan  dalam setiap kecamatan , pada prakteknya membutuhkan banyak tenaga, harus merekrut karyawan, pengadaan adanya armada angkut, pengadaan  adanya mesin pemilahan sampah, mesin pembakaran  dan pengadaan lahan 

. C:\Users\livestreaming\Downloads\WhatsApp Image 2024-06-22 at 20.47.01.jpeg  Tempat pemilahan sampah di sekolah, dimana sekolah juga berperan dalam mengurangi tumpukan sampah di TPA.



  1. Pembiayayaan dalam  mengelola sampah bila diambil dari APBD, Dana Desa, dan dana-dana lainnya, bukan dana perseorangan, ini manakala pemerintah daerahnya komitmen menjaga kebersihan lingkungan dan kesehatan masyarakatnya, meskipun demikian biasanya yang terjadi saat TPA/TSPT baru didirikan diawal pengoperasian, Saya masih ingat saat wawancara dengan Manajer TPST  Sumpiuh Banyumas dimana TPST Sumpiuh pemerintah daerah yang memulai membentuk sebuah TPST termasuk lahan yang dipakai itu punya pemerintah daerah, hanya saja saat sudah beroperasi beberapa bulan sudah adanya pemasukan yang jelas bagaimana penggajian karyawannya, baru TPST dilepas secara mandiri, lantas dari mana operasionalnya? Diambil dari retribusi warga dan hasil dari pengolahan sampah yang bisa dijual, gambar dibawah ini merupakan hasil kemandirian dari sebuah TPST yang nantinya menjadi operasionalnya, yang tidak lagi bergantung pada Pemda atau dana-dana bantuan pemerintah.  


C:\Users\livestreaming\Downloads\WhatsApp Image 2024-06-22 at 20.46.59 (1).jpegsalah satu sumber pemasukan dari TPST Sumpiuh, berupa pemilihan sampah yang layak dijual ( daur ulang)

C:\Users\livestreaming\Downloads\WhatsApp Image 2024-06-22 at 20.47.00.jpeg Proses pemilihan sampah yang akan dijadikan RDF yang nanti akan dijual ke pabrik semen cilacap sebagai bahan pembakar, ini merupakan salah satu pemasukan pendapatan dari TPST Sumpiuh




  1. Kisah-kisah mitos berbasis sungai dalam cerita rakyat di Kalimantan Selatan, itu mengibaratkan sosialisasi kewarga agar merawat, menjaga melestarikan sungai agar tetap dijaga kebersihannya, mitos seperti ini sangat mempengaruhi keberadaan sungai yang berdampak positif, sungai terjaga tidak mengalami kedangkalan disebabkan oleh kotoran sampah yang diakibatkan masyarakat membuang sembarangan. Adanya mitos seperti di Kalimantan Selatan  yang diselipkan dalam sepenggal cerita rakyat cukup membawa pesan terhadap generasi agar memlihara dan melestarikan keberadaan sungai.diantara kisah tersebut yang ada di Kalimantan  adalah 1,kisah terjadinya sungai barito, 2.kisah putri junjung, 3.Kisah datu Kartamina, 4.Si Manusia Buaya, 5.Kisah Lok Si Naga. dll. Ternyata dengan cerita atau mitos yang sudah melekat di suatu derah akan mempengaruhi prilaku untuk tidak membuang sampah semabarangan ke tempat tertentu yang memiliki mitos, dalam kasus ini di sungai, sungai yang memiliki cerita atau mitos masyarakat  akan cenderung memelihara dan melestarikan.


C:\Users\livestreaming\Downloads\WhatsApp Image 2024-05-04 at 20.59.09 (1).jpegC:\Users\livestreaming\Downloads\WhatsApp Image 2024-05-04 at 20.59.02.jpeg

Ini merupaka mesin pemilahan sampah yang ada di TPST Sumpiyuh Banyumas.

Yang memakai hem batik itu saya sendiri ketika proses dokumentasi yang dibelakangnya adalah mesin pemilah. Mesin ini sangat penting pengadaannya karena sangat memudahkan TPST mempercepat waktu dalam dalam pemilahan sampah,  dimana prosesnya yang keluar dari mesin pemilahan tersebut  sampah akan menjadi 3 bagian, 1. Menjadi bubur sampah, 2. Menjadi middle, 3.Menjadi sampah RDF, 

 Adapaun sampah yang kurang manfaatnya akan dibakar di mesin incenerator dimana fungsi dari mesin ini pengolahan sampah dengan cara pembakaran zat organik dalam material sampah. Dimana fungsinya sampah menjadi energy panas flue gas, dan ash yang pada akhirnya  dilepaskan ke atmosfer. Flue gas ini  yang dihasilkan oleh mesin insinerator 

mengandung nitrogen, karbon dioksida, dan sulfur dioksida. Kemudian mesin komposter ini berpugsi sebagai alat untuk mengolah sampah organik menjadi kompos. 

C:\Users\livestreaming\Downloads\WhatsApp Image 2024-05-04 at 20.58.54.jpeg Incenerator ini yang dimiliki TPST Sumpiuh Banyumas.

Mesin pencacah. Adanya mesin pencacah akan mempermudah merajang sampah organik dimana sampah tersebut akan diolah menjadi kompos, adapun sampah yang dicacah biasanya rumput, limbah sayur, buah, daun ranting dan organik lainnya, pisau mesin pencacah sangat tajam dan dilengkapi dengan motor penggerak diesel. Dapat disimpulkan bahwa keberadaan teknologi sangat membantu kegiatan masyarakat dalam pengolahan sampah dimana perannya sangat bermanfaat untuk mempermudah jalannya pengolahan sampah .

REFERENSI

Muslih, M. (2016). Efektifitas Peraturan Daerah Kota Jambi No. 8 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Sampah Dalam Mewujudkan Lingkungan Sehat Dan Bersih Di Kota Jambi. Legalitas: Jurnal Hukum, 8(2), 29-47.

Yones, I. (2007). Kajian Pengelolaan Sampah di Kota Ranai Ibu Kota Kabupaten Natuna Propinsi Kepulauan Riau (Doctoral dissertation, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro).

Patimah, A. S., Shinta, A., & Al Adib, A. (2024). PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN. Jurnal Psikologi, 20(1), 23-29.

Yulianto, A. MITOS-MITOS BERBASIS SUNGAI DALAM CERITA RAKYAT DI KALIMANTAN SELATAN.

Rudend, A. J., & Hermana, J. (2021). Kajian pembakaran sampah plastik jenis polipropilena (PP) menggunakan insinerator. Jurnal Teknik ITS, 9(2), D124-D130.

Al Riza, D. F., Hendrawan, Y., Damayanti, R., & Fitriyah, H. (2023). Teknologi Tepat Guna Pengolahan Sampah pada Kelompok Masyarakat Sekar Mayang Purwosekar Kabupaten Malang. Jurnal Abdi Masyarakat Indonesia, 3(4), 1251-1258.


0 komentar:

Posting Komentar