23.6.24

Tugas Essay UAS: Psikologi Lingkungan - Oleh HERLINA TAFLA LUBIS

DOSEN PENGAMPU : Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA MA

NAMA : HERLINA TAFLA LUBIS 

NIM : 22310410161

KELAS : SJ

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


Penjelasan tentang proses terjadinya perilaku tidak peduli pada masyarakat terhadap sampah yang diproduksinya sendiri, dengan menggunakan skema persepsi dari paul a.bell

Perilaku tidak peduli masyarakat terhadap sampah yang diproduksi oleh dirinya sendiri dapat dianalisis menggunakan skema persepsi Paul A. Bell, yang akhirnya dapat menjelaskan bagaimana persepsi dapat mempengaruhi perilaku.


Berdasarkan skema tersebut diatas, persepsi seseorang terhadap objek akan menimbulkan dampak yang berkelanjutan. Jika seorang individu awalnya mempersepsikan sesuatu dan masih berada dalam batas optimal atau ambang batas, maka individu tersebut berada dalam keadaan seimbang (Homeostasis). Sebaliknya, apabila individu tersebut memiliki persepsi yang tidak dapat diterima dan cenderung melampaui batas kemampuan penerimaan individu tersebut, maka individu tersebut dapat mengalami perasaan stres dan perasaan tertekan. Selanjutnya, perasaan stres ini akan diikuti dengan tindakan coping atau antisipasi. Jika berhasil, maka akan terjadi adaptasi efek positif. Sebaliknya, jika gagal dalam melakukan coping, efek lanjutan yang timbul akan negatif, bahkan dapat menimbulkan keadaan stres yang  lebih parah.

Terjadinya perilaku ini melalui beberapa tahapan skema persepsi awal yang cenderung berupa sebuah pengalaman dan pengaruh dari lingkungan tempat tinggal individu tersebut. Persepsi awal tentang sampah terbentuk dari pengalaman masa kecil, pengaruh keluarga, pendidikan, dan budaya. Jika seseorang tumbuh di lingkungan di mana pengelolaan sampah tidak diperhatikan, mereka mungkin mengembangkan persepsi bahwa sampah bukanlah masalah penting, dari kecil seorang individu cenderung belajar dari keluarga dan lingkungan tentang cara menangani sampah. Jika di rumah tangga sampah dibiarkan begitu saja atau dibuang sembarangan, anak-anak akan meniru perilaku tersebut. Yang kedua adalah norma sosial, dimana perilaku orang-orang di sekitar juga membentuk skema persepsi ini. Jika masyarakat sekitar cenderung membuang sampah sembarangan dan tidak merusak lingkungan, individu akan menganggap perilaku tersebut sebagai hal yang wajar dan dapat diterima, juga dapat berkembang dari hal seperti individu yang tinggal di lingkungan yang tidak bersih atau di mana sampah sering kali tidak dikelola dengan baik dapat membentuk persepsi bahwa keberadaan sampah adalah hal yang normal dan tidak perlu dikhawatirkan.

Adapun proses penyesuaian tiap individu akan bermacam macam, ketika individu melihat orang lain juga tidak peduli terhadap sampah, ini memperkuat skema persepsi yang sudah ada. Mereka menggunakan informasi ini untuk menyesuaikan dan memperkuat keyakinan bahwa membuang sampah sembarangan adalah normal, hal tersebut mewakili persepsi individu. Seringkali juga terbentuk resistensi terhadap sebuah informasi baru, seperti informasi yang bertentangan, contohnya adalah kampanye kebersihan atau peraturan pemerintah tentang pengelolaan sampah, mungkin diabaikan atau ditolak karena tidak sesuai dengan skema persepsi yang sudah terbentuk.

Berbagai persepsi tentang sampah dalam Masyarakat tersebut otomatis akan sangat mempengaruhi perilaku, Skema persepsi yang menganggap sampah bukanlah tanggung jawab pribadi membuat individu kurang peduli dan merasa tidak perlu mengambil tindakan. Mereka mungkin berpikir bahwa pembersihan sampah adalah tugas pemerintah atau orang lain. Persepsi bahwa sampah tidak berdampak langsung pada kehidupan mereka membuat individu tidak merasa perlu segera bertindak. Mereka tidak menyadari atau mengabaikan dampak jangka panjang sampah terhadap lingkungan dan kesehatan.

Individu mungkin memiliki optimisme bias, di mana mereka percaya bahwa dampak negatif dari sampah tidak akan mempengaruhi mereka secara langsung. Mereka merasa aman meskipun ada bukti yang menunjukkan sebaliknya. Ketika banyak orang memiliki skema persepsi yang sama, terbentuklah ketidakpedulian kolektif. Ini membuat tindakan individu untuk membuang sampah sembarangan terlihat sebagai hal kecil dan tidak signifikan dibandingkan dengan keseluruhan masalah. Ketika individu terus membuang sampah sembarangan dan tidak melihat konsekuensi atau hukuman, skema persepsi mereka semakin diperkuat bahwa perilaku tersebut adalah normal dan dapat diterima. Kurangnya penegakan hukum atau sanksi terhadap perilaku membuang sampah sembarangan memperkuat keyakinan bahwa perilaku tersebut tidak bermasalah.

Dengan memahami proses ini melalui skema persepsi Paul A. Bell, kita dapat melihat bagaimana persepsi yang terbentuk dari lingkungan dan pengalaman dapat mengarahkan perilaku tidak peduli terhadap sampah. Untuk mengubah perilaku ini, diperlukan intervensi yang dapat mengubah skema persepsi masyarakat, Mendorong norma sosial yang lebih peduli terhadap lingkungan melalui contoh positif dan tindakan kolektif dan mengimplementasikan dan menegakkan peraturan tentang pengelolaan sampah.

DAFTAR PUSTAKA


  • Ai Siti Patimah, Arundati Shinta, Amin Al Adib (2024). Persepsi Terhadap Lingkungan. Jurnal Psikologi, Vol.20, No.1, Maret 2024, 23-29


  • Dr. Erita Yuliasesti Diah Sari, S. Psi., M. Si. (2020). Paradigma Baru Psikologi Lingkungan. UAD Press.

0 komentar:

Posting Komentar