10.6.24

Tugas Essay 7: Psikologi Lingkungan - Nasabah Bank Sampah Oleh : Bunga Anggreani

DOSEN PENGAMPU : Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA MA

NAMA : Bunga Anggreani

NIM : 22310410169

KELAS : SJ

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

    Masalah sampah tampaknya menjadi persoalan semua daerah di Indonesia, bahkan dunia. Di ibu kota pun, masalah sampah kini menjadi PR yang serius yang harus dihadapi oleh Sang Gubernur, Ahok. Menanggulangi persoalan sampah, di Sleman terdapat kelompok ibu-ibu yang menekuni diri mengolah sampah menjadi sebuah produk bernilai.

    Bertajuk Bank Sampah, Handayani sebagai inisiator mengajak warga di sekitar Panggungsari, Sleman, DI Yogyakarta untuk menabung sampah. Merintis sejak tahun 2013, Bank Sampah Handayani kini telah memiliki seribu nasabah dengan saldo bisa mencapai Rp 60 juta dalam satu tahun.“Kami memiliki lima produk tabungan di bank sampah ini, yaitu, Tabungan Individu, Kelompok, Lebaran, Sosial, dan Sekolah. Dengan menabung sampah, konsumen dapat memilih imbalannya apa dan untuk apa sesuai produk tabungan yang mereka pilih. Bahkan, ada nasabah yang bisa Umrah dengan menabung sampah selama sekitar tiga tahun,” jelas Sri Handayani, Pemilik Bank Sampah Handayani saat ditemui di kantornya di Jogja beberapa waktu lalu.

    Bank sampah handayani Berdiri pada 13 Maret 2013, Bank Sampah Handayani merupakan salah satu bank sampah yang aktif dan berkembang dengan pesat. Berawal dari rasa prihatin terhadap permasalahan sampah, seorang ibu rumah tangga yang bernama Sri Handayani mampu menggerakkan sejumlah warga kecil dari masyarakat Panggungsari, Ngaglik, Sleman untuk mendirikan bank sampah.Sejak tahun 2017, bank sampah ini telah memiliki 2.500 nasabah dari 7 kecamatan di Sleman. Kegiatan yang dilakukan meliputi pemilahan sampah, penimbangan, pencatatan, serta pengolahan sampah menjadi produk kerajinan dan pupuk organik, hingga menerima kunjungan tamu untuk belajar mengelola sampah. 

    Bukan hanya uang, konsumen juga bisa menukarkan tabungannya dengan barang-barang sembako (sembilan bahan pokok). Handayani menyebutkan terdapat sekitar 60 jenis sampah yang bisa diterima, mulai dari ban karet, plastik, pecahan beling, hingga botol-botol bekas minuman. Untuk mengembangkan upayanya ini, pada tahun 2014, Handayani memutuskan untuk bergabung dengan sebuah LSM yang bekerjasama dengan Yayasan Unilever Indonesia (YUI), yaitu Persada.

    Hasilnya, Bank Sampah Handayani bergerak lebih profesional dan agresif. Kini, Handayani telah ditunjuk oleh Bupati Sleman untuk menjadi bank sampah induk di sana. Bank Sampah Handayani kini mengelola sekitar 17 kelompok bank sampah di sekitar Sleman. Dari tumpukan sampah yang didapat, Handayani mengolahnya menjadi berbagai produk berdaya jual.

Dokumentasi aktivitas memilah sampah di bank sampah handayani


Kebanyakan produk yang dihasilkan berupa aksesori menarik, seperti topi, tas, gantungan kunci, vas dan hiasan bunga, dan produk-produk lainnya. Semua produk inilah yang kemudian Handayani jual. Bahkan saat ini, Handayani sudah bisa menerima pesanan bingkisan untuk acara pernikahan.

“Merubah mindset masyarakat dari persepsi sampah yang jorok menjadi sampah yang bermanfaat dan bernilai ekonomis tidaklah semudah membalik tangan. Namun, dengan bermodal semangat dan ketekunan, hambatan dan rintangan pasti bisa dilewati,”


0 komentar:

Posting Komentar