4.6.24

Tugas Essay 6: Psikologi Lingkungan - Belajar di TPST Oleh : S. FEBRYAN NUGROHO

DOSEN PENGAMPU : Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA MA

NAMA :  S. FEBRYAN NUGROHO

NIM : 22310410155

KELAS : SJ

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

    Pada Sabtu, 1 Juni 2024, kami berkesempatan mengunjungi TPST (Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu) Randu Alas yang terletak di Ngaglik, Yogyakarta. Di sana, kami bertemu dengan pengurus TPST, yaitu Pak Joko dan Pak Jono. Selain itu, kami juga bertemu dengan para penggiat lingkungan, yakni Mba Raina dan Mba Monik, yang memberikan wawasan berharga mengenai proses pengelolaan sampah.

    TPST Randu Alas menerapkan konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam pengelolaan sampahnya. Beberapa program dilakukan oleh TPST ini yaitu pemilahan sampah, pengolahan sampah organik menjadi pupuk, daur ulang sampah anorganik, budidaya magot dll. Tujuan dari program-program tersebut adalah untuk mengurangi volume sampah yang nantinya akan dikirim ke TPA setempat.

    Namun, TPST Randu Alas saat ini sedang menghadapi krisis dalam pengelolaan sampah karena volume sampah yang membeludak. Kapasitas TPA setempat yang terbatas memaksa TPST ini untuk membakar sampah setiap hari, meskipun Peraturan Daerah Jogja melarang pembakaran sampah. Langkah ini terpaksa diambil untuk mengurangi volume sampah yang ada.

    Selain menggunakan maggot sebagai metode pengelolaan sampah organik, TPST Randu Alas juga mengembangkan dua teknologi baru, yaitu teknologi pembakaran sampah ramah lingkungan dan teknologi Eco-Lindi. Teknologi pembakaran sampah ramah lingkungan bertujuan untuk mengurangi polusi udara, namun uji coba pertama gagal karena asap yang seharusnya masuk ke proses filterisasi malah keluar melalui jalur pembakaran, sehingga menciptakan polusi berlebih. Saat ini, Mba Monik dan Mba Rania sedang berusaha menyempurnakan alat pembakaran terbaru untuk mengatasi masalah ini. Masalahnya keterbatasan dana menjadi hambatan dalam menyelesaikan alat ini. Bila pemerintah tidak bersedia mengeluarkan dana, sebetulnya masyarakat bisa mengumpulkan donasi untuk membantu inovasi alat baru seperti ini.

    Sementara itu, teknologi Eco-Lindi yang dikembangkan oleh Mba Rania berhasil diimplementasikan dan bahkan diproduksi sendiri oleh TPST Randu Alas. Eco-Lindi dibuat dari air lindi yang dicampur dengan sisa air tebu (molase), asam sulfat, dan katalis organik, yang terbukti mampu menghilangkan bau tak sedap dari tumpukan sampah di gudang. Cairan ini dapat disiramkan langsung ke sampah untuk mengurangi bau yang menyengat. Sayangnya, inovasi ini kurang diapresiasi oleh dinas setempat, terbukti dari tidak digunakannya sejumlah besar Eco-Lindi yang telah disumbangkan untuk beberapa TPA di Jogja.

0 komentar:

Posting Komentar