8.6.24

Tugas Essay 6: Psikologi Lingkungan - Belajar di TPST Oleh : Nadi Asmara W

DOSEN PENGAMPU : Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA MA

NAMA :  Nadi Asmara W

NIM : 22310410156

KELAS : SJ

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA


 Pada tanggal 4 Mei 2024, Pak Sujono, sebagai wakil pengurus dari Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Randu Alas, menyampaikan pentingnya pengelolaan sampah yang baik dan dampaknya terhadap lingkungan serta masyarakat sekitar. Sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sumber masalah serius. Gas metana yang terkumpul di bawah tumpukan sampah bisa meledak, dan sampah yang tidak tertangani dapat mencapai kawasan perumahan warga, menimbulkan bau yang mengganggu, dan mencemari lingkungan.


Setiap harinya, masyarakat dapat menghasilkan sekitar 0,7 gram sampah per orang. Oleh karena itu, penting untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya memilah sampah sesuai jenisnya, yaitu organik, kertas, plastik, dan logam. Sampah organik berasal dari alam dan dapat menjadi sumber bau jika tidak dikelola dengan baik. Sementara itu, sampah anorganik, yang merupakan hasil olahan pabrik dan tidak bisa terurai, perlu didaur ulang melalui konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle).

Salah satu kendala utama dalam pengelolaan sampah di TPST Randu Alas adalah kurangnya alat yang mendukung. Sampah seringkali menjadi masalah di rumah tangga, lahan kosong, dan sungai. Masalah sampah timbul saat sudah berbau atau ketika sirkulasi udara terhambat. Jika sampah tidak dipilah dan didaur ulang, maka akan menjadi masalah besar. Dengan pemilahan dan daur ulang yang tepat, sekitar 60-69% residu bisa dikurangi dari tempat pembuangan akhir (TPA).


Sampah jenis sisa makanan adalah yang paling cepat menimbulkan bau jika tidak segera diolah. Di TPST Randu Alas, sampah diolah menjadi pupuk kompos menggunakan teknik batang berongga, withdraw, dan menghasilkan produk turunan seperti ecoenzym, MOL (mikroba organisme lokal), dan ecolindi (cairan penetral bau sampah). Proses ini memakan waktu dan biaya yang cukup besar.

TPST Randu Alas memiliki tanggung jawab untuk mengelola sampah dari enam pedukuhan dengan sekitar 350 pelanggan. Pengambilan sampah dilakukan dua kali seminggu menggunakan dump truck. Sampah dipilah secara manual karena keterbatasan mesin dan teknologi. Sejak berdiri pada tahun 2016, TPST ini telah berkembang dari hanya 25 pelanggan menjadi ratusan, namun masih menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah.


Permasalahan lain yang dihadapi adalah konsumsi berlebihan oleh masyarakat. Penggunaan produk yang berlebihan dan pembuangan yang cepat meningkatkan jumlah sampah yang dihasilkan. TPST Randu Alas, meskipun sudah berupaya keras, masih memerlukan dukungan pemerintah dan peningkatan kesadaran masyarakat untuk mengurangi sampah sejak dari sumbernya. Dengan kerja sama yang baik antara semua pihak, masalah sampah yang berkelanjutan bisa diatasi, menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat bagi semua.


0 komentar:

Posting Komentar