8.6.24

Tugas Essay 6: Psikologi Lingkungan - Kunjungan ke TPST Randu Alas - Oleh Abdul Basit Cahyana

 PSIKOLOGI LINGKUNGAN

Dosen Pembimbing:

Dr., Dra., Arundati Shinta MA.

Oleh:

Abdul Basit Cahyana

22310410166



Perjuangan TPST Randu Alas Mengurai Sampah melalui Swadaya

      Sabtu, 1 Juni 2024 menjelang siang hari di TPST Randu Alas di Dusun Candikarang, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta, sampah menjadi pemandangan biasa di sana dengan beberapa orang bapak yang berkutat dengan sampah, diantaranya adalah Bapak Sujono dan Bapak Joko. Melalui keduanya kami akhirnya tahu bahwa ternyata TPST Randu Alas ini menggerakan kehidupan TPST melalui swadaya pihak-pihak yang terlibat dan menjadi pengurus sampah, berbagai inovasi yang dilakukan untuk berjalan dan berkembangnya TPST  bahkan sampai mengharuskan mereka merogoh kocek dari kantong masing-masing. Regulasi bukannya tidak ada, peraturan bahkan sebenarnya ada, namun berhenti di situ saja, bagaimana dengan berjalannya TPST? hal itu kembali pada pihak-pihak TPST sendiri dan mereka yang mau terlibat.

   Di TPST Randu Alas yang diharuskan mengelola sampah diari 6 pedukuhan dengan 350 pelanggan, pertanyaannya bagaimana cara Pak Sujono dan Pak Joko beserta kawan-kawan mengelola sampah? Sedangkan permasalahan teknologi yang memadai tidak ada, akhirnya mau tidak-mau pemilahan sampah dilakukan secara manual. Pengelolaan sampah di TPST ini sudah berlangsung sejak tahun 2016 berawal dari 25 pelanggan.



    Pengelolaan sampah ini merupakan hal yang berat, dimulai sejak pengambilan sampah menggunakan dump truck yang kemudian dipilih dan dipilah secara manual yang tentunya membutuhkan waktu lama. Sampah organik diolah menjadi pupuk kompos dengan teknik batang berongga. Dari pengolahan sampah organik tersebut diperoleh turunan yang dimanfaatkan untuk ecoenzym, MOL (Mikroba Organisme Lokal), bakteri (ragi tape, molase, ragi tempe, bakteri yakult yang diperoleh setelah 20 hari), ecolindi (cairan penetral bau sampah).

    Namun TPST ini mungkin bagi sebagian warga menjadi solusi cepat untuk mengatasi permasalahan sampah rumah tangga yang menumpuk, namun hal itu justru menjadi permasalahan baru, dimana masyarakat semakin konsumtif dan menggunakan suatu produk dengan cepat yang kemudian dibuang segera hingga akhirnya menambah debit sampah yang akhirnya semakin menggunung.

    Dari pembelajaran di TPST Randu Alas, akhirnya saya menyadari bahwa memibiasakan diri untuk melakukan pengelolaan sampah secara mandiri tak hanya sebatas melatih dan membiasakan diri untuk memupuk perilaku pro-lingkungan, namun juga bida membantu para penggiat di TPST.

0 komentar:

Posting Komentar