4.6.24

Tugas Essay 6: Psikologi Lingkungan - Belajar di TPST Oleh : KRISNA

DOSEN PENGAMPU : Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA MA

NAMA :  KRISNA

NIM : 22310410142

KELAS : SJ

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

  Indeks terhadap  sampah Sekitar 40% - 60%  orang-orang memiliki permasalahan sampah. Tentu dengan persentase tersebut warning bagi masyarakat global untuk bijak dan bergerak bersama mengelola sampah dengan baik, benar dan sehat.

     Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Randu Alas merupakan kelompok masyarakat yang memiliki sebuah ide yang bijak dan demi lingkungan serta kemanusiaan. Dinamakan TPS Randu Alas karena ada pohon Randu berdiri kokoh dan besar. Mulanya penuh tantangan untuk mendirikan TPST Randu Alas sebab banyak pertentangan dari pihak pengelola sampah mandiri dan pihak tertentu. Tentunya dengan berdiri TPS tersebut akan memangkas penghasilan dari pengelola lainnya. Tetapi, pengelola lainnya hanya mengambil sampah dan tidak mengelola dengan sistem serta standarisasi sebuah pengelolahan sampah. Hal ini tentu berbeda dengan visi dan misi dari TPS Randu Alas yang memiliki ide pengelolahan secara bijak dan sesuai dengan lingkungan. 

TPS Randu Alas yaitu pengelolaan sampah dengan metode 3 R yaitu Reduce-Reuse-Recyle.  Diselenggarakan oleh Satuan Kerja Penyehatan Lingkungan Permukiman Berbasis Masyarakat dikenal dengan Satker PLPBM. TPST Randu Alas terletak di RW 09, Dusun Candi Karang, Desa Sardonoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman. Terdiri dari 6 padukuhan dan 350 Kk mitra. Untuk pengembangan dan pengelolahan  belum ada mesin yang memadai. Mulanya pembuangan smaph liar itu 2015 dan proses panjang akhirnya pada 2016 Lounching TPST Randu Alas. Pengolahan TPS itu minimal 500 KK. Setiap satu minggu  untuk pengambilan sampah  yaitu dua kali.  Pemilahan sampah TPS Randu Alas yaitu terbagi dalam sampah organik, sampah anorganik, limbah B3, dan sampah residu. Untuk pengelolahan kompos memilliki sistem yaitu Windrow, Takakura, dan Batu berongga. 

TPS  Randu Alas mimiliki mesin Pencacah 1 unit, lalu memliki besaran Rp25.000,00-30.000,00/bulan. Sampah masuk ke TPS Randu Alas kurang lebih 16,37 ton /bulan  dan 2,17 ton merupakan  sampah organik.  TPST Randu Alas juga memiliki 4 karyawan  dan 4 unit kendaraan angkut dari pemerintah dan bantuan dari lingkungan hidup. Biaya operasional yang dibutuhkan TPS 3 R Randu Alas memiliki besaran  Rp 6.500.000,00/ bulan.

Kerjasama TPS Randu Alas sendiri telah bekerjasama dengan CSR dari Jerman. Kemudian sampah organik memiliki banyak turunan yaitu Eco lindi, Eco enzim, dan mole. Eco enzim memiliki cara pengolahannya dengan enzim buah  dengan perbandingan 1/7 yaitu tetes tebu dan buah serta 7 itu airnya. Fermentasi membutuhkan waktu 3 bulan. MOL alias mikroba lokal dimanfaatkan  sebagai pupuk kompos tanaman dan untuk petani. MOL didapat dari ragu tape, tempe, terasi dan bakteri Yakult membutuhkan waktu sebanyak 20 hari. Selanjutnya biokonversi  dari Maggot yang dapat  dimanfaatkan sebagai  pakan ternak, seperti ikan lele, ayam. Maggot merupakan kaya akan protein.  Maggot terbuat dari 100% larva BSF pilihan. 

Pengolahan sampah yang dilakukan oleh TPS Randu Alas telah menjadi pionir bahwa menjaga lingkungan harus sejak dini dari lingkup keluarga dan harus waspada betul tentang dampak-dampak apabila tidak bijak dalam mengelola sampah. Hanya saja tantangan dan pressure   dalam memulai pasti ada resiko.  Apapun  kondisinya tetap cerdik dan jadikan sampah sebagai proyek masa depan yang bagus prospek kedepannya.

0 komentar:

Posting Komentar