13.6.24

Tugas Essay 6: Psikologi Lingkungan - Belajar di TPST - Oleh Asna Khoirunisa

DOSEN PENGAMPU : Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA MA

NAMA : Asna Khoirunisa

NIM : 22310410153

KELAS : SJ

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

Pada hari Sabtu, 04 Mei 2024 kami berkesempatan mengunjungi TPST (Tempat Pengolahan Sapah Terakhir ) Randu Alas yang beralamatkan di Candikarang, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Yang awal mulanya pada tahun 2015 menjadi tempat pembuangan smapah liar kemudian pada tahun 2016 melalui proses yang panjang berdirilah TPST Randu Alas sampai sekarang. Di sana, kami bertemu dengan pengurus TPST, yaitu Pak Joko dan Pak Jono. Disana juga kami jadi tahu ternyata banyak sekali sampah sisa rumah tangga. Karena TPS Randu Alas mengelola sampah di 6 pedukuhan yang terdiri dari 350 KK dan setiap KK rata-rata menghasilkan sampah sebanyak 0,7 KG. Sampah yang diambil kemudian di pilah menjadi 4 yaitu sampah kertas, plastik, organik dan logam.  Sampah yang tidak segera diolah akan menjadi masalah. Contoh hal yang sering terjadi yaitu ketika sampah organik tidak segera diolah maka akan menimbulkan bau yang tidak sedap dan mendatangkan lalat. Oleh karena itu, sampah organic di TPS Randu Alas diolah menjadi beberapa produk yaitu eco lindi, eco enzim, kompos dan MOL. Eco enzim sendiri memiliki perbandingan 1 : 3 : 7 = 1 untuk molase (gula), 3 untuk buah, dan 7 untuk air. Sedangkan MOL sendiri terbuat dari ragi tape, molase, terasi dan bakteri yakult. Ciri-ciri MOL yang sudah jadi terdapat buih-buih putih diatasnya.

Dengan adanya TPS Randu Alas dapat mengurangi buangan residu sebesar 60% dan sampah yang tidak bisa diolah dikembalikan ke TPA. Berawal dari 25 KK dan sekarang sudah ada 350 KK dan target TPS Randu Alas adalah 500 KK. Pengambilan sampah dilakukan 2 minggu sekali oleh 2 petugas menggunakan tossa. 

Permasalahan perilaku yang sering dijumpai di TPS Randu Alas adalah sampah yang belum dipisah oleh warga. Hal ini menyebabkan para pekerja di TPS harus bekerja lebih ekstra dan yang memilukan mereka sering terkena bekas tusuk sate yang menyebabkan luka. Hal ini bisa terjadi karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya memilah sampah sebelum diserahkan ke TPS. Padahal dari pihak TPS sendiri sudah melakukan edukasi beberapa kali namun, hal tersebut tidak di indahkan oleh warga. Mereka hanya memilah sampah dua atau tiga kali setelah sosialisai pemilahan sampah dan setelahnya mereka kembali ke semula yaitu tidak memilah sampah tersebut dengan dalih “toh nanti disana sampahnya juga bakal di pilah”.  Dan gambar dibawah ini merupakan pemandangan sehari-hari di TPS Randu Alas.

0 komentar:

Posting Komentar