DOSEN PENGAMPU : Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA MA
NAMA : Krisna
NIM : 22310410142
KELAS : SJ
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA
Pengelolahan sampah yang tepat merupakan kewajiban yang utama dijalankan, sebab banyak hal dalam hidup hajat manusia itu menyumbangkan sampah. Walaupun diawlanya tanpa disadari bahwa hal itu biasa saja dan tidak dipikirkan dampak selanjutnya. Namun, seiring waktu terasa terhadap perubahan iklim hingga buruknya kualitas udara. Nah, bumi ini semakin lama semakin tinggi terhadap kapasitas sampah. Dari setiap individu mulai ditanamkan jiwa keseriusan akan tanggung jawab tentang sampah. Beberapa eksperimen dilaksanakan yaitu pembuatan kompos, lalu pembuatan sabun cair, dan Eco Enzym. Sampah sendiri tergolong dalam beberapa jenis dan bahkan dari bank sampah saja sampai dengan 40 jenis sampah dan beberapa yang ada itu bedakan menjadi 20 jenis sampah. Begitu kiatnya dalam pengelolahan sampah maka dengan semangat Bank sampah terwujud sebagai pengelolahan sampah secara bijak. Sampah bisa menjadi sebuah nilai ekonomis yang mumpuni terutama sebagai ekonomi sirkuler, walaupun beberapa orang belum memahami langkah-langkah tersebut dan ekonomi sirkuler mulai dikembangkan pada lingkungan padat penduduk dan dilingkup pedesaan belum ada dan jangan kira masyarakat pedesaan yang luasnya tempat jadi bisa menjaga lingkungan, bahkan beberapa yang ada sebagian besar kadang sebagai objek wisata sampah atau juga dibuang disekat yang sempit atau rimbun karena masih banyak tumbuhan.
Ekonomi sirkuler dan Bank sampah merupakan rangkaian yang saling berkolaborasi untuk sebuah kemajuan sistem yang mulanya hanya suatu dampak yang miring justru lebih menjanjikan sebagai langkah tepat menghadapi kondisi kedepanya dalam hal pengelolahan sampah. Pada eksperimen yang dilaksankan itu sampah di kategorikan 7 jenis sampah. Dari kegiatan berlangsung sangat menyenangkan dan hal tersebut membawa hal baru yaitu khazanah keilmuan dan implementasi secara nyata dari pengelolahan sampah secara bijak. Untuk pembuatan kompos sendiri menggunakan lignin atau grajen kayu lalu ditambah dengan vitamin B yaitu yaitu dedak.
Mengapa menggunakan kompos dari grajen? tentu sangat menarik karena penggunaan grajen didalam kompos ini untuk minimalisir dari hewan tanah seperti cacing, lebih kompleks dan fleksibel juga. Daripada media lainnya. Tahapan yang perlu diketahui yaitu perlu adanya adanya bantalan untuk pembuatan kompos berfungsi untuk mengurangi lembab dan untuk media bantalan cukup sederhana yaitu bahan yang diperlukan kardus bekas, siapkan gunting, senar pancing dan bahan untuk dianyam sebagai bantalan kompos. Selanjutnya menggunting kardus tersebut menjadi potongan kecil dan dengan ukuran yang stabil artinya tidak besar dan kecil. Sekira cukup maka potongan gunting masukan dalam wadah yang akan di anyam atau jahit tersebut. Setelah itu siapkan bahan untuk kompos dan ditempatkan pada lokasi yang agak luas agar lebih enak dalam pembuatan beserta menempatkan kompos nantinya. Kemudian juga setelah dicampur dan diaduk secara merata serta setiap dua hari sekali dibuka dan diaduk. Selanjutnya yaitu dimasukan dalam gentong dan pada saat itu kurang lebih ada 7 gentong lalu lapisi dengan bantalan atas yaitu dengan karung kemudian disimpan ditempat penampungan kompos.
Pengelolahan dan pembuatan sabun cair yaitu bisa menggunakan garam industri untuk lebih hemat dan jika menggunakan garam rumah tangga yaitu memiliki kandungan yodium. Pembuatannya membutuhkan beberapa waktu dan terus diaduk. Agar bagus hasilnya. Berikutnya adalah pembuatan Eco Enzym. Nah, dalam membuatnya yaitu sisa-sisa buah-buahan yang telah dikonsumsi lalu dicampur dengan air serta madu dengan dtimbang memiliki takaran khusus sehingga pembuatannya pun stabil dengan hasil. Fungsinya yaitu untuk pupuk pada tanaman sangat bagus terutama dilingkungan sekitar. Selanjutnya yaitu pembuatan Eco Enzym dalam pembuatannya yaitu menggunakan serai kering yang dipotong-potong kecil, lalu ada potongan kulit jeruk, dan ditambah 50 lembar daun sirih agar memiliki aroma yang khas dan yang utama adalah dicampur dengan biji atau buah lerak yang memiliki fungsi sebagai penjaga kualitas Eco Enzym. Untuk Eco Enzym sendiri membutuhkan waktu 3 bulan untuk melihat hasilnya secara maksimal atau tidaknya dan apabila proses tersebut memiliki warna pekat hitam atau gelap maka dikategorikan gagal dan apabila memiliki warna yang anggun dan memiliki tekstur maka dikatakan hasilnya maksimal.
0 komentar:
Posting Komentar