11.6.24

Tugas Essay 5: Psikologi Lingkungan - Eksperimen Tentang Sampah - Oleh Abdul Basit Cahyana

 PSIKOLOGI LINGKUNGAN

Dosen Pembimbing:

Dr., Dra., Arundati Shinta MA.

Oleh:

Abdul Basit Cahyana

22310410166

 



Sampah Menjadi Bahan Baku Eksperimen

Minggu, 19 Mei lalu lebih dari satu lusin mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta menyerbu kediaman rumah Ibu Arundati Shinta, selaku dosen Psikologi Lingkungan di smester 2 kali ini. Kedatangan mahasiswa bukan hanya sekedar kunjungan biasa, melainkan ini adalah salah satu pembelajaran dalam psikologi lingkungan yang cakupannya mengenai manusia dan lingkungan, boleh mungkin dikatakan sebagai salah satu usaha untuk menumbuhkan kesadaran untuk perilaku pro-lingkungan.

Topiknya masih sama, masih seputar permasalahan sampah, namun kali ini adalah bagaimana cara mengolah sampah menjadi sesuatu. Kali ini target sampah yang menjadi bahan baku adalah sampah organik, meski fokus utama kali ini berkaitan dengan samah organic, namun tetap sampah anorganik yang muncul tetap kami perhatikan, salah satunya adalah urusan sampah bekas makanan, ada beberapa hal yang diperhatikan, dan dipilah peletakannya sehingga dapat diserahkan ke bank sampah.

Nah, kembali lagi ke urusan sampah organic, Ada tiga pembelajaran pada hari itu, yang pertama adalah pembuatan kompos, pembuatan Eco Enzym, dan Pembuatan Sabun Cair.

Pembuatan Kompos

         Salah satu cara untuk mengelola sampah organic adalah dengan membuat kompos yang bisa dipergunakan untuk pupuk tanaman. So, basically kita bisa menyebut pembuatan kompos ini sebagai upaya mengembalikan nutrisi tanah yang telah memberi makanan untuk kita, terdengar mulia bukan?

         Well, untuk eksperimen kompos ini Ibu Shinta selaku dosen pengampu menerangkan bahwa kompos yang beliau olah adalah kompos yang berbahan baku dedaunan kering, ranting pohon, ampas teh dan ampas kopi, cangkang telur, charcoal, serta daun sirih yang menjadi salah satu rahasia sehingga membuat kompos yang mulanya saya pikir akan berbau tak sedap justru malah tercium harum seperti rempah-rempah.

         Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat pembuatan kompos ini, sebagaimana yang disampaikan beliau, dimana untuk pertama kali kita harus benar-benar memisahkan sampah organic dan sampah anorganik, setelah itu sampah organic kemudian diolah dengan cara memotong bagian sampah yang kemudian menjadi bahan baku menjadi potongan kecil supaya penguraian akan berjalan lebih cepat, dan untuk bahan baku seperti cangkang telur dan charcoal harus ditumbuk sampai lebur sehingga mudah tercampur nantinya Untuk wadah sendiri jangan lupa untuk membuat membuat lubang-lubang kecil sebagai saluran udara dan aliran air, kemudian campurkan semua bahan baku tadi dan jangan lupa untuk menjaga kelembaban kompos. Nah ini yang tidak mudah, kompos ini perlu diaduk secara berkala, dengan intensitas minimal satu kali dalam satu minggu. Dalam pembuatan kompos juga harus telaten, kita harus memantau kompos dan memastikan kompos diletakkan di dalam wadah tertutup.

Pembuatan Eco Enzym

       Selanjutnya eksperimen yang dilakukan adalah pembuatan eco enzym. Eco Enzym ini sebenarnya sangat asing di telinga saya, sampai akhirnya beliau memaparkan bahwa eco enzym ini sangat berguna untuk berbagai hal seperti penghilang bau, sebagai pembersih, dan sebagainya, dan tentunya eco enzym ini berasal dari fermentasi limbah dapur. Siapa sangka limbah yang kita kira hanya kotor dan bau justru bisa menjadi bahan untuk membersihkan dan menghilangkan bau.

         Nah untuk bahan baku eco enzym ini meliputi kulit buah, potongan sayuran yang tidak digunakan, gula merah, dan air. Nah, dari kulit buah dan sisa sayuran tadi kita potong kecil-kecil untuk kemudian kita masukan dalam botol berisi gula merah, dan untuk takarannya antara sampah organic: gula merah: air adalah 3:1:10. Kemudian campuran ini kita tutup rapat dalam wadah botol untuk didiamkan untuk proses fermentasi selama tiga bulan sebelum akhirnya bisa digunakan.

Pembuatan Sabun Cair

         Selain kompos dan eco enzym, kami juga belajar mengenai pembuatan sabun cair yang menggunakan bahan-bahan alami dan tentunya limbah rumah tangga.  Karena bahan bakunya meliputi minyak jelantah (minyak bekas), minyak kelapa, minyak zaitun dan alkali (KOH).

         Minyak kelapa dan minyak zaitun dicampurkan terlebih dahulu dalam satu wadah untuk kemudian ditambahkan larutan alkali secara bertahap atau sedikit demi sedikit sambil terus diaduk hingga menjadi larutan sabun untuk kemudian dilakukan proses saponifikasi yang dipercepat dengan cara dipanaskan pada suhu rendah. Setelah proses tersebut selesai, kemudian diamkan untuk beberapa hari sampai proses kimia selesai dan sabun siap digunakan.

Selesai dan bawa goodie bag pulang

       Eksperimen yang ternyata mengasyikan namun tidak sederhana akhirnya berhasil, tidak lupa Ibu Shinta memberikan goodie bag yang terbuat dari kertas karton hasil karya mahasiswa sebagai cindera mata.

         Dari sini, saya belajar. Mungkin sampah sepertinya hal sepele yang harus dilenyapkan, namun ketika kita mampu mengolah sampah dengan ilmu yang tepat dan kesadaran akan betapa pentingnya interaksi yang sehat antara lingkungan dan manusia, dimana perilaku manusia bisa memberikan efek untuk lingkungan dan alam, sebagaimana alam juga dapat memberikan pengaruh besar bagi manusia, lantas pengelolaan sampah semacam ini adalah salah satu dari sekian banyak hal dari perilaku pro-lingkungan yang dapat dilakukan demi menjaga keselarasan antara manusia dengan lingkungan dan alam.


0 komentar:

Posting Komentar