23.6.24

ESSAY UAS-PSIKOLOGI LINGKUNGAN OLEH ELVIRA FEBRIAN

 

UAS PSIKOLOGI LINGKUNGAN

PERILAKU TIDAK PEDULI MASYARAKAT TERHADAP SAMPAH 

Tugas Mata Kuliah Psikologi Lingkungan

Dosen Pengampu : Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA, MA

ELVIRA FEBRIAN (22310410187)

Kelas : SP


Urgensi masalah sampah menjadi sesuatu yang sangat meresahkan saat ini bukan hanya di Indonesia tapi di seluruh dunia. Perilaku masyarakat yang kurang bertanggung jawab pada sampah yang mereka hasilkan adalah awal dari permasalahan sampah ini muncul. Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan maupun bagi diri kita sendiri. Munculnya perilaku kurang bertanggung jawab dari masyarakat ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti pengetahuan dan sosial budaya yang membangun persepsi dan perilaku masyarakat terhadap sampah. 


Persepsi adalah proses memperoleh atau menerima informasi dari lingkungan. Proses tersebut bersifat empiris karena melibatkan sistem panca  indera sebagai penerima stimulus. Paul A. Bell dan kawan-kawan mengembangkan model persepsi yang menghubungkan faktor-faktor eksternal dengan respons dari individu.  Adapun proses terjadinya persepsi ini dapat digambarkan melalui skema oleh Paul A. Bell (1978) seperti terlihat pada gambar 1


Gambar 1


Dalam gambar 1 skema persepsi itu terlihat bahwa tahap pertama dari hubungan manusia dengan lingkungannya adalah kontak fisik antara individu dengan objek-objek di lingkungannya. Objek tampil dengan manfaatnya masing-masing, sedangkan individu datang dengan sifat-sifat individunya seperti pengalaman, minat, sikap, dan berbagai ciri kepribadiannya masing-masing. Hasil interaksi individu dengan objek menghasilkan persepsi individu tentang objek itu. Persepsi seseorang terhadap objek dapat menimbulkan dampak yang berkelanjutan. Jika seseorang mempersepsikan sesuatu dan masih berada dalam batas optimal (ambang batas), maka individu tersebut berada dalam keadaan seimbang (homeostatis). Sebaliknya, apabila persepsi tersebut tidak dapat diterima dan melampaui batas batas optimal seseorang, maka individu dapat mengalami stres. Selanjutnya, stres ini akan diikuti dengan tindakan coping stress. Jika berhasil, maka akan terjadi adaptasi efek positif. Sebaliknya, jika gagal dalam melakukan coping, efek lanjutan yang timbul akan negatif, bahkan dapat menimbulkan stres yang lebih parah.


Dalam skema persepsi dari Paul A. Bell dan kawan kawan tersebut dapat menjelaskan bagaimana persepsi masyarakat akan sampah ini membentuk perilaku mereka. Berikut adalah penjelasan dalam proses terjadinya persepsi dan perilaku menurut skema Paul A. Bell. Pada tahap awal individu ini akan bersinggungan dan mengamati suatu objek, Seperti saat seseorang melihat suatu fenomena sampah yang banyak menumpuk di sungai atau di pinggiran jalan yang menimbulkan bau. Dari hal tersebut akan membentuk sebuah persepsi seperti sampah adalah sumber masalah dan sampah adalah sesuatu yang menjengkelkan. Persepsi ini muncul dari berbagai faktor seperti sosial budaya, sebagai contoh kurangnya fasilitas pembuangan sampah yang membuat masyarakat membuang sampah sembarangan dan mewajarkan perilaku tersebut, maupun faktor pendidikan apakah seseorang memiliki edukasi tentang cara cara mengelola sampah. 


Jika fenomena tersebut dianggap masih dalam batas optimal maka seseorang akan menganggap wajar fenomena tersebut dan menimbulkan perilaku acuh terhadap masalah sampah, namun jika seseorang merasa hal tersebut diluar batas optimalnya maka seseorang akan merasa stress melihat banyaknya sampah yang berserakan di berbagai tempat. Hal tersebut akan menimbulkan berbagai reaksi perilaku guna menangani stress yang sedang ditimbulkan. Seperti contoh yang dilakukan Pandawara Group sebagai suatu kelompok penggerak peduli lingkungan yang berusaha membersihkan tumpukan sampah yang banyak berada di sungai selain melakukan pembersihan usaha coping lain juga dilakukan untuk menggerakkan masyarakat seperti pembuatan konten before after yang dipromosikan di akun media sosial mereka. Namun jika usaha coping tersebut gagal dilakukan oleh seseorang maka seseorang merasa tidak berdaya dan perasaan stress tersebut akan terus terusan membayangi pikirannya saat melihat banyaknya tumpukan sampah dan merasakan ketidakberdayaan dalam menangani permasalahan tersebut (learned helplessness )


Dalam penulisan artikel ini saya berharap banyak dari masyarakat agar lebih peduli terhadap lingkungan. Adanya edukasi dan campaign dari salah satu content creator Pandawara Group dapat menjadi contohnya sekelompok komunitas peduli lingkungan dapat menggerakan minat masyarakat untuk lebih peduli dan turut melakukan gerakan peduli lingkungan. Pandawara Group juga mampu mengubah persepsi masyarakat bahwa memungut sampah bukan sebuah hal yang memalukan. Sampah berawal dari diri kita sendiri yang memproduksinya dan sudah selayaknya kita juga yang harus bertanggung jawab. 




Daftar Pustaka 

Konsep Arsitektur Perilaku pada Penataan Kawasan Zona, P., Kota Tua Yoyok Agustina, P., Widyati, A. P., Prayogi, L., & Agustina Ari Widyati Purwantiasning Lutfi Prayogi, Y. (n.d.). PENERAPAN KONSEP ARSITEKTUR PERILAKU PADA PENATAAN KAWASAN ZONA 4 PEKOJAN KOTA TUA JAKARTA.

Wilayah, J. P., Kota, D., Pamekas, E. B. Z., Waani, J. O., & Poli, H. (2019). ADAPTASI MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI TERHADAP BANJIR DI KELURAHAN PAKOWA KOTA MANADO. Jurnal Spasial, 6(2).

Patimah, A.S., Shinta, A. & Al-Adib, A. (2024). Persepsi terhadap lingkungan. Jurnal Psikologi. 20(1), Maret, 23-29.


0 komentar:

Posting Komentar