23.6.24

ESSAY UAS-PSIKOLOGI LINGKUNGAN OLEH AMIEN WAHYUDI

 SAMPAH DAN KETIDAKPEDULIAN MANUSIA

UAS  Mata Kuliah Psikologi Lingkungan

Dosen Pengampu : Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA, MA

Nama Mahasiswa Amien Wahyudi NIM 22310410190

Kelas : SP



Sampah telah menjadi masalah yang dialami oleh Masyarakat bahkan negara. Permasalahan sampah ini timbul diantaranya disebabkan perilaku manusia yang tidak memperhatikan dampak sampah di masa depan.  Negara negara maju telah menjadi persoalan sampah sebagai bagian yang penting, sehingga proses pengelolaan sampah telah dilakukan secara modern. Tetapi hal ini berbeda dengan negara berkembang. Berdasarkan data, Indonesia merupakan negara penghasil sampah nomer dua di dunia (https://binus.ac.id/knowledge/2019/11/indonesia-negara-pemroduksi-sampah-terbanyak-nomor-2-di-dunia-mengapa/). Masalah sampah di Indoensia setidaknya disebabkan oleh dua persoalan yaitu kurangnya kesadaran masyarakat dan sedikitnya solusi dari pemerintah.

Ada beragam teori yang dapat digunakan untuk melihat ketidakpedualian masyarakat dalam menangani sampah tersebut. Diantara teori tersebut adalah teori yang dikemukakan oleh Paul A Bell (1978). Teori Paul A Bell ini dikenal dengan teori persepsi perilaku. Dalam pandangan teori ini dijelaskan bahwa persepsi adalah proses  menerima informasi dari lingkungan, suatu proses untuk mendapatkan informasi dari dan tentang lingkungan seseorang yang berfokus pada penerimaan pengalaman empiris, biasanya didahului dengan adanya stimulus, proses diterimanya rangsangan sampai rangsangan itu disadari dan dimengerti oleh individu yang bersangkutan ini disebut persepsi. Berdasarkan tulisan Muhammad Irfan Dwifan H., Maya Andria Nirawati, Kusumaningdyah Nurul Handayani (2024), diperlihatkan tentang skema proses persepsi sebagai berikut :

 

Pada skema persepsi oleh Paul Bell (1978) dijelaskan bahwa persepsi dapat timbul dari individu dan objek fisik, lalu dari persepsi itu ada yang dalam batas optimal dan ada yang diluar batas optimal seseorang. Dalam batas optimal akan berlanjut menjadi homeostatis, jika persepsi yang didapat diluar batas optimal akan berlanjut menjadi stress. Lalu dari stress ini akan timbul 2 aksi yaitu adaptasi atau stress itu masih tetap berlanjut.

Dalam melihat problematika sampah ini, Masyarakat melihat kebiasaan yang selama ini ada dan berkembang. Kebiasaan ini menjadi stimulus yang akan dipersepsikan bahwa hal tersebut wajar adanya. Karena menganggap hal ini kewajaran, maka membuang sampah sembarangan tidak mendapatkan sangsi sosial, karena banyak dilakukan oleh Masyarakat lainnya. Dampaknya adalah sampah menjadi menumpuk dan menimbulkan masalah diantaranya munculnya strees dalam Masyarakat.

Ada dua cara dalam mengatasi strees ini, pertama adalah adaptasi atau kedua strees berlanjut. Dalam mengatasi sampah yang ada tampaknya masyarakay mencoba beradaptasi. Adaptasi yang dilakukan adalah mulai melakukan gerakan untuk mengurangi sampah yang ada di lingkungan. Selain itu, pemerintah tampaknya mulai memiliki kepedulian  terhadap permasalah sampah ini. Hal ini ditunjukan dengan mendirikan tempat pengelolaan sampah terpadu yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Dampak yang diberikan ketika manusia bisa beradaptasi dengan masalah sampah ini, manusia tidak mengalami stress tetapi bila tidak mampu beradaptasi maka stress tersebut akan terus berlanjut dan dapat menimbulkan masalah sosial yang lebih besar.

Teori persepsi oleh Paul Bell (1978), memberikan gambaran bahwa ada dua potensi manusia dalam menghadapi masalah sampah ini. Apabila persepsi masalah sampah dalam batas optimal, maka masalah sampah ini tidak akan menjadi masalah bagi individu atau Masyarakat. Sebagai contoh pengelolaan sampah di Negara Singapura telah sampai kepada persepsi optimal, karena pengelolaan sampah dinegara tersebut telah modern. Sampah dikelola dengan baik dan menghasilkan nilai ekonomi berupa energi yang dapat digunakan Masyarakat secara luas. Sehingga masalah sampah dinegara maju membawa manfaat positif dibandingkan dengan masalah lingkungan yang terjadi dinegara berkembang.

Negara lainnya yang pengelolaan sampahnya baik adalah Jerman. Jerman digadang-gadang sebagai negara dengan pengolahan sampah terbaik di dunia. Sudah dua dekade terakhir Jerman berupaya untuk meningkatkan kesadaran bahwa sampah bisa menjadi sumber bahan baku dan energi yang bermanfaat. Untuk mencapai tujuan itu, pemerintah Jerman lewat kementerian lingkungannya mengeluarkan Undang-Undang Manajemen Siklus Tertutup yang baru. Lewat kebijakan ini, pemerintah memberikan tanggung jawab pengolahan sampah kepada produsen dan distributor produk. Sehingga, produsen dan distributor ikut bertanggung jawab atas sampah-sampah yang dihasilkan. Dampaknya, kesadaran memilah sampah, penggunaan teknologi terbarukan, dan kapasitas untuk daur ulang, meningkat (https://waste4change.com/blog/melihat-pengolahan-sampah-di-4-negara-maju-bisa-dicontoh-nih/) .


Daftar Pustaka

https://jurnal.ft.uns.ac.id/index.php/senthong/article/viewFile/1749/948#:~:text=Pada%20skema%20persepsi%20oleh%20Paul,yang%20diluar%20batas%20optimal%20seseorang.

https://waste4change.com/blog/melihat-pengolahan-sampah-di-4-negara-maju-bisa-dicontoh-nih/)

(https://binus.ac.id/knowledge/2019/11/indonesia-negara-pemroduksi-sampah-terbanyak-nomor-2-di-dunia-mengapa/

 


0 komentar:

Posting Komentar