23.6.24

ESSAY UAS-PSIKOLOGI LINGKUNGAN OLEH MUHAMMAD IQBAL NUGROHO

 Nama : Muhammad Iqbal Nugroho

NIM : 22310410143

Matkul : Psikologi Lingkungan 


Optimalisasi Pengelolaan Sampah di Indonesia Melalui Skema Persepsi Paul A. Bell

Pengelolaan sampah di Indonesia merupakan tantangan besar memerlukan perhatian serius dari berbagai aspek. Produksi sampah yang terus meningkat, seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perubahan pola konsumsi, menimbulkan berbagai masalah lingkungan. Menurut Hendra (2016), ada lima aspek utama yang harus diperhatikan dalam pengelolaan sampah: peraturan, kelembagaan, pendanaan, sosial budaya, dan teknologi. Dari kelima aspek ini, aspek sosial budaya sering kali kurang mendapat perhatian, padahal perubahan perilaku masyarakat terhadap sampah merupakan kunci utama dalam keberhasilan pengelolaan sampah.

Indonesia menghasilkan sekitar 64 juta ton sampah setiap tahun, dengan 60% di antaranya adalah sampah organik dan 15% sampah plastik (Pramiati, 2016). UU RI No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah telah hadir sebagai kerangka regulasi, namun implementasi dan penegakannya masih lemah. Di tingkat lokal, peraturan tentang pengelolaan sampah sering kali tidak ditaati, dan masyarakat cenderung membuang sampah sembarangan. Lembaga seperti TPA (Tempat Pembuangan Akhir) dan TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) ada, tetapi belum optimal dalam pengelolaan sampah secara terpadu dan efisien. Dana untuk pengelolaan sampah masih terbatas, sehingga banyak daerah yang kesulitan dalam membiayai operasi pengelolaan sampah.

Menurut Paul A. Bell, persepsi adalah proses dimana individu mengindera objek di lingkungannya, memproses hasil penginderaan, dan menimbulkan makna tentang objek tersebut pada dirinya. Persepsi menjadi dasar terbentuknya perilaku, dan dalam pengelolaan sampah, persepsi masyarakat terhadap sampah sangat menentukan sikap dan tindakan mereka.

Gambar 1. Diagram Skema Proses Persepsi Paul Bell, 1978

Skema persepsi Paul A. Bell menggambarkan bahwa tahap paling awal dari hubungan manusia dengan lingkungannya adalah kontak fisik antara individu dengan objek-objek di lingkungannya. Objek tampil dengan kemanfaatannya masing-masing, sedangkan individu datang dengan sifat-sifat individualnya, pengalaman masa lalunya, bakat, minat, sikap, dan berbagai ciri kepribadiannya masing-masing. Interaksi ini menghasilkan persepsi individu tentang objek tersebut. Jika persepsi itu berada dalam batas-batas optimal, individu dikatakan dalam keadaan homeostatis. Sebaliknya, jika objek dipersepsikan sebagai di luar batas-batas optimal, individu akan mengalami stres dan harus melakukan coping untuk menyesuaikan dirinya atau lingkungannya.

Perilaku masyarakat Indonesia terhadap sampah sering kali tidak bertanggung jawab. Hal ini disebabkan oleh persepsi yang keliru tentang sampah dan kurangnya kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah yang baik. Budaya membuang sampah sembarangan masih sangat kuat, terutama di daerah perkotaan. Selain itu, mitos-mitos sampah yang menganggap sampah sebagai masalah kecil dan tidak penting juga memperburuk keadaan.

Menurut Duckworth & Gross (2020), perubahan perilaku masyarakat merupakan hal yang sangat sulit dilakukan, karena melibatkan perubahan persepsi yang telah tertanam lama. Untuk mengubah perilaku masyarakat menjadi lebih bertanggung jawab terhadap sampah, diperlukan upaya yang holistik dan berkelanjutan. Pendidikan dan sosialisasi tentang pentingnya pengelolaan sampah harus ditingkatkan, dan peran media massa sangat penting dalam membentuk persepsi positif tentang sampah.

Mengubah persepsi masyarakat tentang sampah bisa dimulai dari pendidikan lingkungan sejak dini. Program-program di sekolah yang mengajarkan tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan pengelolaan sampah yang baik dapat membentuk persepsi yang positif pada anak-anak. Selain itu, kampanye dan sosialisasi yang melibatkan tokoh masyarakat dan influencer juga bisa efektif dalam mengubah persepsi masyarakat luas.

Penerapan teknologi yang memudahkan pengelolaan sampah juga dapat membantu mengubah persepsi masyarakat. Misalnya, penggunaan komposter dan mesin pencacah sampah di tingkat rumah tangga dapat membuat masyarakat lebih mudah dan termotivasi untuk mengelola sampah mereka sendiri. Pemerintah juga harus memperkuat regulasi dan penegakan hukum terkait pengelolaan sampah, sehingga masyarakat lebih disiplin membuang sampah.

Optimalisasi pengelolaan sampah di Indonesia memerlukan pendekatan yang menyeluruh, termasuk perubahan persepsi masyarakat terhadap sampah. Skema persepsi Paul A. Bell digunakan untuk memahami bagaimana persepsi terbentuk dan bagaimana persepsi ini dapat diubah untuk mendukung pengelolaan sampah yang lebih baik. Dengan mengintegrasikan pendidikan, sosialisasi, teknologi, dan penegakan hukum, diharapkan perilaku masyarakat terhadap sampah bisa berubah menjadi lebih bertanggung jawab, sehingga masalah sampah di Indonesia bisa diatasi dengan lebih efektif.

Daftar Pustaka

Duckworth, A.L. & Gross, J.J. (2020). Behavior change. Organizational Behavior and Human Decision Processes. 161, 39–49. 

Hendra, Y. (2016). The comparison between waste management system in Indonesia and South Korea: 5 aspects of waste management analysed. Aspirasi. (7)1, Juni, 77-91.

Purwaningrum, P. (2016). Upaya mengurangi timbulan sampah plastik di lingkungan. Indonesian Journal of Urban and Environmental Technology, 8(2), 141-147.


0 komentar:

Posting Komentar