10.6.24

EESAY 5_PSIKOLOGI LINGKUNGAN OLEH ELVIRA FEBRIAN

 

KUNJUNGAN EKSPERIMEN DI RUMAH DOSEN 

Tugas Mata Kuliah Psikologi Lingkungan

Dosen Pengampu : Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA, MA

ELVIRA FEBRIAN (22310410187)

Kelas : SP

Pada tanggal 19 Mei 2024 saya dan teman teman melakukan kunjungan ke rumah Ibu Shinta selaku dosen pengampu mata kuliah psikologi lingkungan disana kami diajarkan bagaimana cara untuk bertanggung jawab dengan sampah kita sendiri. Diawali dengan makan makan bersama. Dari  berbagai macam sampah yang kita hasilkan ini kita diajak untuk melakukan pemilahan sampah menjadi beberapa kategori yaitu sampah plastik, sampah organik, sampah kertas dan sampah residu. Disana kita juga diajari untuk membuat proyek dari sampah tersebut, seperti eco enzym, kompos dan sabun ramah lingkungan.

eco enzym adalah cairan serbaguna hasil dari fermentasi limbah dapur organik seperti kulit buah dan sayuran, molase (gula coklat, gula merah atau gula tebu), dan air. Karena terbuat dari sampah dapur, eco enzyme disebut juga sebagai *enzim sampah*. Secara sains, eco enzyme dihasilkan oleh respirasi anaerob (metabolisme tanpa oksigen) yang dilakukan oleh bakteri untuk memperoleh energi dari karbohidrat. Fermentasi tersebut menghasilkan eco enzyme sebagai produk utama dan alkohol atau asam asetat sebagai produk sampingannya. Larutan eco enzyme bisa digunakan untuk berbagai keperluan rumah, mulai dari pupuk tanaman hingga pembersih rumah karena kemampuannya dalam membunuh patogen. Produk eco-enzyme merupakan produk ramah lingkungan yang mudah digunakan dan mudah dibuat. Langkah pembuatan dimulai dari memotong buah atau sayur menjadi irisan yang kecil kecil. irisan yang kecil ini bertujuan untuk membuat proses fermentasi menjadi lebih cepat. Setelah itu masukkan irisan buah, molase dan air bersih ke dalam botol. Lalu tutup rapat dan beri label tanggal pembuatan dan tanggal panen.

Kompos yang kita buat saat itu adalah kompos organik dari daun, arang dan cangkang telur. Kompos organik berfungsi sebagai pupuk yang berfungsi memperkaya nutrisi tanah dan membuat tanaman subur. Kompos organik juga ramah lingkungan jadi tidak menimbulkan efek negatif untuk lingkungan.. Selain itu, penggunaan kompos membantu mengurangi jumlah sampah organik yang dibuang ke tempat pembuangan, mengurangi polusi bau, dan mencegah pelepasan gas metana ke udara. Disini kami memulai dengan memotong daun, menumbuk arang dan kulit telur. Dari ketiga bahan tersebut dicampur dengan larutan aktivator dan inokulan (kompos yang sudah jadi) dan diaduk secara merata lalu dimasukkan di wadah gerabah. Dalam wadah gerabah tersebut harus diaduk secara berkala untuk memastikan sirkulasi udara yang baik. Setelah beberapa minggu kompos disaring dan bagian yang kasar bisa digunakan untuk menjadi inokulan.

Sabun cair organik adalah pilihan yang baik untuk mengurangi dampak lingkungan. Sabun organik adalah jenis sabun yang di dalamnya terkandung sedikit atau tidak ada bahan kimia/sintetis. Produk dapat dikatakan organik jika komponen di dalamnya mengandung minimal 70% bahan alami. Perbedaannya dengan sabun biasa adalah penggunaan bahan kimia. Disini kami memasukkan irisan kulit jeruk, irisan sereh, irisan lerak dan cairan sabun yang sudah disiapkan kedalam botol. 

Dari kunjungan ini saya banyak belajar tentang pengelolaan sampah menjadi suatu proyek yang memiliki nilai ekonomi. Bagaimana kita bisa memandang sampah menjadi sebuah berkah. Banyak produk bermanfaat yang bisa dihasilkan oleh apa yang kita anggap sebagai sesuatu yang mengganggu dan sumber masalah. Dari sini saya banyak diberikan wawasan baru serta diajak untuk berpikir kritis dalam melihat suatu masalah. Banyak kegiatan seru yang kami lakukan bersama sama, kita juga menggambar di paper bag dan juga diberikan bingkisan berupa sabun organik dan kompos. 


0 komentar:

Posting Komentar