Mata kuliah : Teori Kepribadian
Dosen Pengampu : FX. Wahyu Widiantoro, S.Psi., MA
Kelas Online & Diskusi
SITI
RAFIDA (23310410088)
Fakultas
Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Tahapan perubahan
perilaku merupakan kunci terapi dari adiksi
zat dan adiksi perilaku. Adiksi itu sendiri memiliki dua macam yaitu, adiksi
zat dan adiksi perilaku, dimana adiksi zat ini sering kita temui seperti pasien
yang mengonsumsi adiksi alkohol, tembakau, ganja. Sementara adiksi perilaku itu
sendiri merupakan kecanduan yang menimbulkan perilaku-perilaku yang negatif
sehingga memberikan dampak buruk misalnya, adiksi pornogafri, adiksi internet. Dari
dua adiksi ini ternyata memiliki banyak kesaman yang awalnya hanya coba-coba
dan pada akhirnya mengalami adiksi. Dampak buruk yang di timbulkan dari dua
adiksi ini berdampak pada fusik, psikis, dan bahkan pada lingkungan sosialnya.
Dalam menangani klien yang
mengalami adiksi zat dan adiksi perilaku, hal pertama yang perlu di lakukan
adalah dengan mengetahui sejauh mana perubahan perilaku pada klien tersebut. Hal
ini sangat penting untuk memudahkan kita dalam pemberian terapi itu tepat.
Adapun tahap perubahan
perilaku yang pertama adalah prakontemplasi. Prakontemplasi itu bercirikan
seseorang yang cara berpikirnya belum berubah
dan bahkan tidak tertarik pada
bantuan orang lain, orang yang cenderung definsif dan bertahan pada
kebiasaannya yang kurang baik, orang yang bahkan tidak merasa bersalah akan
kebiasaan-kebiasaan buruknya tersebut. hal ini sangat perlu diberikan motivasi-motivasi
atau nasehat-nasehat positif untuk meningkatkan sesadaranya sebelum prakontemplasinya
ini semakin memburuk. Akan tetapi jika pasien tetap pada perilaku tersebut kita
cukup memberikan informasi seperti leaflet atau brosur untuk pasien baca
sendiri terkait adiksinya.
Kemudian tahap perubahan
perilaku yang kedua adalah kontemplasi. Berbedah halnya dengan prakontenplasi
pada tahap ini pasien mulai menyadari konsekuensi yang akan muncul dari
kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan, dan bahkan pasien dengan kontemplasi ini
masi menyempatkan dirinya memikirkan masalah yang terjadi pada dirinya, mulai
mempertimbangkan kemungkinan menghentikan kebiasaannya, akan tetapi masih ada
keraguan yang muncul dalam dirinya bahkan memerlukan waktu beberapa minggu
untuk melewati fase ini. Sikap kita untuk menghadapi pasien dengan tahap
kontemplasi ini yang perlu kita lakukan adalah membantu klien untuk mengakhiri
ambivalensinya dan memilih untuk berubah, misalnya dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang membuat pasien bisa mempertimbangkan pro atau kontranya
dari perilaku yang ia lakukan, bahkan kita bisa membantu klien untuk membangun
rasa percaya diri untuk berubah mungkin dengan cara memberikan kata-kata positif,
nasehat-nasehat yang membangun, sehingga membuka pemikiran sang klien.
Selanjutnya tahap yang
ketiga yaitu preparasi. Pada tahap ini pasien sudah memiliki komitmen untuk
berubah, mulai mengambil Langkah-langkah kecil dalam proses perubahannya, ada
motivasi yang kuat sudah mulai terlihat, dan pasienpun sudah mulai mengumpulkan
banyak informasi-informasi mengenai cara berubah dan mengumpulkan banyak strategi
yang dapat membantu mereka berubah. Sikap kita pada tahap preparasi ini dapat
kita lakukan dengan cara membantu klien untuk mengidentifikasi strategi
perubahan dengan cara memilih yang sesuai pada keadaan sang klien, kemudian
kita dapat memulai dengan perenacanaan untuk berubah dan mengevaluasi kemampuan
klien untuk berubah dan kita perlukan pula adalah mengevaluasi keterampilan
sang klien.
Setelah tahap preparasi
ada tahap yang ke empat yaitu tahap aksi. Pada tahap ini pasien sudah yakin
bahwa dirinya bisa mengubah perilaku dan kebiasaanya. Pasien juga mulai aktif
dalam mengambil Langkah untuk berubah dengan berbagai macam Teknik yang
bervariasi, mulai mereview terhadap komitmen perubahannya dan mengembangkan
cara untuk bertahan, bahkan pasien pun mencari dan mau menerima bantuan orang
lain serta mulai mencari dukungan. Adapun sikap yang dapat kita lakukan adalah
membantu klien untuk memilih strategi yang tepat untuk berubah, membantu dalam
menjalani strategi tersebut sehingga pasien tau bagaimana mencegah relaps,
normalisasi ambivalensi sehinga dalam proses perubahan perilaku pasien
berhassil.
Dan tahap ke lima adalah
pemeliharaan. Pada tahap ini pasien sudah mampu menghindari godaan untuk Kembali
ke kebiasaan lama, pasien juga sudah mampu bertahan dan mengingatkan diri sendiri
mengenai perubahan yang sudah mereka alami, pasien juga sudah mulai membuat
aturan-aturan dan menerima keterampilan-keterampilan baru dalam menghadapi
kehidupan serta mencegah relaps, pasien juga sudah bisa mengantisipasi situasi
dan resiko yang bisa membuat relaps. Pada tahap ini hal yang dapat kita lakukan
adalah membantu klien mengembangkan keterampilan baru, bersosialilasi, dan
beraktivitas untuk memperkuat pemulihan, kita juga dapat membantu dengan cara
memberikan dukungan dalam mempertahankan koping yang baik dan mengembangan
tujuan hidup klien, sehingga klien tidak merasa sendirian dalam proses
perubahannya.
Tahapan perubahan
perilaku dalam adiksi zat dan adiksi perilaku ini dapat dihubungkan dengan
teori kepribadian untuk memahami bagaimana individu bergerak melalui proses
perubahan, khususnya dalam adiksi zat dan perilaku. Misalnya, individu dengan
tingkat neurotisisme tinggi mungkin mengalami kesulitan untuk beralih dari kontemplasi
ke aksi karena kecemasan yang tinggi, sementara mereka yang memiliki tingkat
keteraturan tinggi lebih mampu merencanakan dan mengikuti langkah-langkah untuk
perubahan. Penelitian oleh Suwari dan Sahrul (2022) menunjukkan bahwa kontrol
diri, sebagai aspek kepribadian, mempengaruhi kecanduan game online pada
remaja. Remaja dengan kontrol diri rendah cenderung lebih sulit mengurangi
waktu bermain game, sedangkan mereka dengan kontrol diri tinggi lebih efektif
dalam memulai dan mempertahankan perubahan perilaku. Memahami hubungan ini
membantu dalam merancang intervensi yang lebih sesuai dengan profil kepribadian
individu, meningkatkan keberhasilan dalam mengatasi adiksi.
Referensi
Suwari, G. V., & Sahrul, M. (2022). Kontrol Diri terhadap Perilaku
Adiksi Remaja Pengguna Game Online. KHIDMAT SOSIAL: Journal of Social Work and Social Services, 2(2), 123-134.
0 komentar:
Posting Komentar