18.5.24

Tugas Ringkasan Materi Webinar Adiksi Perubahan Perilaku Oleh SITI RAFIDA

 

Mata kuliah : Teori Kepribadian

Dosen Pengampu : FX. Wahyu Widiantoro, S.Psi., MA

Kelas Online & Diskusi


SITI RAFIDA (23310410088)

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta



Tahapan perubahan perilaku merupakan kunci terapi  dari adiksi zat dan adiksi perilaku. Adiksi itu sendiri memiliki dua macam yaitu, adiksi zat dan adiksi perilaku, dimana adiksi zat ini sering kita temui seperti pasien yang mengonsumsi adiksi alkohol, tembakau, ganja. Sementara adiksi perilaku itu sendiri merupakan kecanduan yang menimbulkan perilaku-perilaku yang negatif sehingga memberikan dampak buruk misalnya, adiksi pornogafri, adiksi internet. Dari dua adiksi ini ternyata memiliki banyak kesaman yang awalnya hanya coba-coba dan pada akhirnya mengalami adiksi. Dampak buruk yang di timbulkan dari dua adiksi ini berdampak pada fusik, psikis, dan bahkan pada lingkungan sosialnya.

Dalam menangani klien yang mengalami adiksi zat dan adiksi perilaku, hal pertama yang perlu di lakukan adalah dengan mengetahui sejauh mana perubahan perilaku pada klien tersebut. Hal ini sangat penting untuk memudahkan kita dalam pemberian terapi itu tepat.

Adapun tahap perubahan perilaku yang pertama adalah prakontemplasi. Prakontemplasi itu bercirikan seseorang yang cara berpikirnya belum berubah  dan  bahkan tidak tertarik pada bantuan orang lain, orang yang cenderung definsif dan bertahan pada kebiasaannya yang kurang baik, orang yang bahkan tidak merasa bersalah akan kebiasaan-kebiasaan buruknya tersebut. hal ini sangat perlu diberikan motivasi-motivasi atau nasehat-nasehat positif untuk meningkatkan sesadaranya sebelum prakontemplasinya ini semakin memburuk. Akan tetapi jika pasien tetap pada perilaku tersebut kita cukup memberikan informasi seperti leaflet atau brosur untuk pasien baca sendiri terkait adiksinya.

Kemudian tahap perubahan perilaku yang kedua adalah kontemplasi. Berbedah halnya dengan prakontenplasi pada tahap ini pasien mulai menyadari konsekuensi yang akan muncul dari kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan, dan bahkan pasien dengan kontemplasi ini masi menyempatkan dirinya memikirkan masalah yang terjadi pada dirinya, mulai mempertimbangkan kemungkinan menghentikan kebiasaannya, akan tetapi masih ada keraguan yang muncul dalam dirinya bahkan memerlukan waktu beberapa minggu untuk melewati fase ini. Sikap kita untuk menghadapi pasien dengan tahap kontemplasi ini yang perlu kita lakukan adalah membantu klien untuk mengakhiri ambivalensinya dan memilih untuk berubah, misalnya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang membuat pasien bisa mempertimbangkan pro atau kontranya dari perilaku yang ia lakukan, bahkan kita bisa membantu klien untuk membangun rasa percaya diri untuk berubah mungkin dengan cara memberikan kata-kata positif, nasehat-nasehat yang membangun, sehingga membuka pemikiran sang klien.

Selanjutnya tahap yang ketiga yaitu preparasi. Pada tahap ini pasien sudah memiliki komitmen untuk berubah, mulai mengambil Langkah-langkah kecil dalam proses perubahannya, ada motivasi yang kuat sudah mulai terlihat, dan pasienpun sudah mulai mengumpulkan banyak informasi-informasi mengenai cara berubah dan mengumpulkan banyak strategi yang dapat membantu mereka berubah. Sikap kita pada tahap preparasi ini dapat kita lakukan dengan cara membantu klien untuk mengidentifikasi strategi perubahan dengan cara memilih yang sesuai pada keadaan sang klien, kemudian kita dapat memulai dengan perenacanaan untuk berubah dan mengevaluasi kemampuan klien untuk berubah dan kita perlukan pula adalah mengevaluasi keterampilan sang klien.

Setelah tahap preparasi ada tahap yang ke empat yaitu tahap aksi. Pada tahap ini pasien sudah yakin bahwa dirinya bisa mengubah perilaku dan kebiasaanya. Pasien juga mulai aktif dalam mengambil Langkah untuk berubah dengan berbagai macam Teknik yang bervariasi, mulai mereview terhadap komitmen perubahannya dan mengembangkan cara untuk bertahan, bahkan pasien pun mencari dan mau menerima bantuan orang lain serta mulai mencari dukungan. Adapun sikap yang dapat kita lakukan adalah membantu klien untuk memilih strategi yang tepat untuk berubah, membantu dalam menjalani strategi tersebut sehingga pasien tau bagaimana mencegah relaps, normalisasi ambivalensi sehinga dalam proses perubahan perilaku pasien berhassil.

Dan tahap ke lima adalah pemeliharaan. Pada tahap ini pasien sudah mampu menghindari godaan untuk Kembali ke kebiasaan lama, pasien juga sudah mampu bertahan dan mengingatkan diri sendiri mengenai perubahan yang sudah mereka alami, pasien juga sudah mulai membuat aturan-aturan dan menerima keterampilan-keterampilan baru dalam menghadapi kehidupan serta mencegah relaps, pasien juga sudah bisa mengantisipasi situasi dan resiko yang bisa membuat relaps. Pada tahap ini hal yang dapat kita lakukan adalah membantu klien mengembangkan keterampilan baru, bersosialilasi, dan beraktivitas untuk memperkuat pemulihan, kita juga dapat membantu dengan cara memberikan dukungan dalam mempertahankan koping yang baik dan mengembangan tujuan hidup klien, sehingga klien tidak merasa sendirian dalam proses perubahannya.

Tahapan perubahan perilaku dalam adiksi zat dan adiksi perilaku ini dapat dihubungkan dengan teori kepribadian untuk memahami bagaimana individu bergerak melalui proses perubahan, khususnya dalam adiksi zat dan perilaku. Misalnya, individu dengan tingkat neurotisisme tinggi mungkin mengalami kesulitan untuk beralih dari kontemplasi ke aksi karena kecemasan yang tinggi, sementara mereka yang memiliki tingkat keteraturan tinggi lebih mampu merencanakan dan mengikuti langkah-langkah untuk perubahan. Penelitian oleh Suwari dan Sahrul (2022) menunjukkan bahwa kontrol diri, sebagai aspek kepribadian, mempengaruhi kecanduan game online pada remaja. Remaja dengan kontrol diri rendah cenderung lebih sulit mengurangi waktu bermain game, sedangkan mereka dengan kontrol diri tinggi lebih efektif dalam memulai dan mempertahankan perubahan perilaku. Memahami hubungan ini membantu dalam merancang intervensi yang lebih sesuai dengan profil kepribadian individu, meningkatkan keberhasilan dalam mengatasi adiksi.

 

Referensi

Suwari, G. V., & Sahrul, M. (2022). Kontrol Diri terhadap Perilaku Adiksi Remaja Pengguna Game Online. KHIDMAT SOSIAL: Journal of Social Work and Social Services2(2), 123-134.




0 komentar:

Posting Komentar