FARICHATUL LAIL HUDHALIFAH 22310410176
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 YOGYAKARTA
Dosen pengampu : FX. WAHYU WIDIANTORO S.Psi., MA
Mata Kuliah : Kesehatan Mental
Konsep Dasar Terapi Kecanduan / Adiksi : Tahapan Perubahan Perilaku - dr. Firdaus Yamani, Sp.KJ (K)
Tahapan perubahan perilaku ini merupakan kunci terapi untuk adiksi zat dan adiksi perilaku adiksi ada dua macam seperti yang kita ketahui bersama yaitu adiksi zat dan juga adiksi perilaku, yang pertama adalah adiksi zat banyak pasien yang mengalami adiksi zat ini tentu tidak asing bagi kita ada yang adiksi tembakau, alkohol atau ganja golongan opioid untuk Pain Killer biasanya heroin kalau adiksi perilaku itu merupakan kecanduan di mana terdapat perilaku-perilaku negatif yang menimbulkan dampak buruk contohnya adalah adiksi pornografi kemudian adiksi judi adiksi makanan juga ada adiksi internet e kedua macam adiksi ini memiliki banyak kesamaan kalau pada adiksi ganja ada tahapannya dari coba-coba kemudian pergunaan yang rekreasional kemudian yang situasional atau ya kemudian akhirnya mengalami adiksitu juga pada adiksi perilaku juga memiliki tahap yang serupa kemudian juga memiliki dampak buruk dampak baik pada fisiknya dan yang menjadi ciri khas apabila kita menangani pasien dengan adiksi zat maupun adiksi perilaku kita harus mengetahui sejauh mana tahap perubahan perilaku pada pasien tersebut atau pada klien tersebut ini berbeda pada pasien dengan gangguan mental yang lain seperti skizofrenia depresi cemas ini kita tidak perlu menilai tahap perubahan perilakunya, Ini penting untuk kita ketahui agar tata laksana yang kita berikan bisa lebih tepat preparasi aksi maintenance dan relaks baik yang pertama adalah prakontemplasi ini dicirikan seseorang itu belum berpikir untuk berubah dan tidak tertarik pada bantuan orang lain sehingga karena belum ada kesadaran sehingga cenderung defensif ada resistensi dan bertahan pada kebiasaannya yang kurang baik jadi ketika kita wawancara dia Mungkin sering Diam tidak mau menanggapi atau sering membantah atau menyalahkan orang tuanya menyalahkan orang lain yaitu ciri-ciri klien atau pasien pada tahap prakontemplasi jadi tidak merasa ada masalah dari kebiasaanya tersebut pada pasien dengan prakontemplasi ini maka klien butuh untuk ditingkatkan kesadarannya sebelum ia menyadari bahwa ia perlu berubah, lalu bagaimana cara untuk meningkatkan kesadarannya, misalkan kita sudah berusaha tetapi pasien Masih pada tahap prakontemplasi kita cukup memberikan informasi. adiksinya selanjutnya adalah kontemplasi ya berbeda dengan tahap prakontemplasi pada tahap ini terkait pada pasien mulai menyadari konsekuensi yang muncul dari kebiasaannya dan mulai menyediakan waktu untuk berpikir mengenai masalahnya namun masih ada keragu-raguan atau ambivalens pada tahap ini mulai mempertimbangkan kemungkinan menghentikan kebiasaannya menimbang untung dan rugi tapi masih ragu Apakah ini tidak bertambah buruk pada dirinya Apakah ini menguntungkan atau tidak ini untuk mencapai tahap selanjutnya ini perlu waktu beberapa minggu dan Bagaimana sikap kita apabila menghadapi pasien dengan tahap kontemplasi ini, Bantu klien untuk mengakhiri ambivalensinya dan memilih untuk berubah bantu klien dengan timbangan pro dan kontra jadi baik klien yang berada tahap Prakontemplasi maupun kontemplasi yang pertama yang sangat menentukan adalah sikap kita kalau sikap kita memberikan empati kemudian kita tidak menyalahkan, kemudian kita mau mendengarkan ceritanya dengan baik dan memberikan respon juga memberikan afirmasi, sedikit banyak akan mempengaruhi klien sehingga yang awalnya prakontemplasi bisa menjadi kontemplasi yang awalnya kontemplasi akhirnya menjadi lebih bagus lagi menjadi preparasi aksi dan selanjutnya untuk mengakhiri ambivalensinya ini dari sikap kita yang juga mungkin bisa melakukan dan memberikan pertanyaan-pertanyaan misalkan kita minta membayangkan pasien kalau misalkan pasien terus melakukan perilaku misalkan judi online, kita menanyakan kalau bapak Terus berjudi Apa yang akan terjadi kira-kira 1 bulan lagi 3 bulan lagi 6 bulan lagi nah ini kita menanyakan kepada pasien agar agar pasien berpikir apa dampaknya yang akan dia hadapi sehingga setelah dia berpikir seperti itu dia akan mempertimbangkan perilakunya sehingga dia lebih termotivasi untuk berubah atau bisa juga untuk mempertimbangkan manfaat dan dampak buruknya dari adiksinya tersebut misalkan pasien adiksi sabu kita menanyakan konstuksi sabu ini apa sih manfaat yang kamu rasakan dan setelah pasien selesai bercerita kemudian kita menanyakan kemudian apa Dapak buruk yang kamu dapatkan dari adiksi dari kecanduan sabu ini kemudian setelah pasien menceritakan kita menjelaskan Kalau Anda bandingkan antara dampak positif dan dampak negatifnya dari menggunakan sabu ini kira-kira lebih dominan yang mana ya kalau pasien menyatakan lebih banyak dapak negatifnya maka ini merupakan ya padapat positif kalau tahapan tahapan perilakunya bisa lebih baik kemudian juga jangan lupa untuk membantu klien untuk membangun rasa percaya diri untuk menjadi penyebab kenapa pasien menjadi prakontemplasi atau masih kontemplasi mungkin Kita bisa menceritakan apa pasen yang lain yang lebih berat kondisinya tetapi karena dia motivasinya kuat Akhirnya bisa sukses bisa berubah Nah ini bisa bisa diceritakan untuk membangun rasa percaya diri atau adanya dukungan dari keluarga ini juga bisa membangun rasa percaya diri dari klien selanjutnya adalah tahap preparasi ini sudah ada komitmen untuk berubah motivasi dari pasien sudah terlihat Mulai mengambil langkah kecil untuk berhenti sudah mengumpulkan banyak informasi mengenai cara berubah dan mengumpulkan banyak strategi yang dapat membantu mereka untuk berubah ada yang setelah preparasi ini lanjut ke aksi namun ada juga yang kembali ke tahap sebelumnya Prakontemplasi maupun kontemplasi karena gagal mendapatkan informasi yang cukup kemudian kurangnya dukungan dari keluarganya dari lingkungan sekitarnya apabila kita menghadapi pasien yang tahap preparasi ini maka kita membantu klien mengidentifikasi strategi perubahan dan pilih yang sesuai dengan keadaannya kemudian bantu untuk membuat perencanaan untuk berubah dan mengevaluasi kemampuan untuk berubah jadi bersama klien atau pasien kita menentukan tujuannya apa targetnya apa kemudian Bagaimana strategi perubahannya kemudian memilih yang mana kemudian setelah melakukan pemilihan melakukan perencanaan kemudian selanjutnya adalah evaluasi hal ini sama dengan arti pada tahap aksi Tetapi lebih intens setelah prerasi adalah tahap aksi pada tahap ini pasien yakin bisa mengubah perilaku dan kebiasaannya aktif mengambil langkah untuk berubah dengan teknik yang bervariasi mulai riview komitmen berubahnya dan mengembangkan cara untuk bertahan menggunakan reward untuk mempertahankan motivasi mencari dan mau menerima bantuan serta mencari dukungan dan ini tahap lebih baik pada preparasi namun bedanya nanti ada tahap maintenance kalau tahap aksi ini masih ada naik turunnya meskipun dia sudah sudah melakukan aksi untuk melakukan perubahan Tapi motivasinya masih naik turun karena adanya hambatan berupa yang apa yang dia rasakan kemudian adanya kurang dukungan dari lingkungan sekitar Kemudian pada tahap aksi ini yang kita lakukan adalah hampir sama pada tahap preparasi yaitu bantu klien untuk memilih strategi untuk berubah, Bantu klien menjelani strategi tersebut dan bagaimana mencegah relaps ini, karena yang naik turun Terkadang ada ambivalensi yang kita lakukan seperti pada tahap kontemplasi tadi untuk memperkuat motivasinya, jangan lupa afirmasi untuk keberhasilanya ketika kalian berhasil melaksanakan strategi tadi kemudian berhasil mengurangi atau berhenti dari prilaku adiksinya atau menggunakan zat maka dilakukan afirmasi atau pujian atau penghargaan kemudian tahap maintenance atau pemeliharaan pada tahap ini lebih kuat lebih bagus daripada tahap tadi dimana mampu menghindari godaan untuk kembali ke keadaan lama tahan dan mulai mengingatkan diri mengenai perubahan yang sudah mereka alami mulai membuat aturan dan menerima keterampilan baru dalam menghadapi kehidupan dan mencegah serta mampu mengantisipasi situasi berisiko yang bisa membuat tahap ini karena kondisinya lebih bagus tetapi harus diwaspadai untuk kemungkinan kambuh pada tahap maintenance yang perlu kita lakukan adalah membantu klien untuk mengembangkan keterampilan baru untuk bersosialisasi dan ativitas untuk memperkuat pemulihannya bantu dan dukung klien dalam mempertahankan koping yang baik dan untuk mengembangkan tujuan hidup intinya dari semua ini adalah untuk yang menjaga kondisinya ini dan untuk mencegah relap, Tetapi kalau misalkan terjadi relaps ini maka kembali ke tahap awal lagi pasien mulai pada tahap bisa prakontemplasi ataupun kontemplasi dimana mengalami kemunduran sehingga ada keengganan untuk memulai perubahan atau ada keraguan untuk kembali memulai perubahan yang kita lakukan, dalam menghadapi pasien yang mengalami relaps bantu untuk segera pulih kemudian bantu untuk meningkatkan rasa percaya diri untuk bisa berubah dan mungkin kita bisa memberikan reasurance atau memberikan penjaminan dulu masalah kamu lebih berat beberapa bulan ini saya yakin bahwa kamu akan bisa kembali pulih. jadi kita melakukan hal untuk meningkatkan rasa percaya diri pada klien kemudian membantu kembali untuk menjalani proses pemulihan kemudian kenali dan antisipasi faktor internal dan eksternal penyebab relaps jadi secara garis besar kenapa pasien bisa kambuh biasanya ada faktor internal maupun eksternal faktor internal misalkan kurangnya aktivitas kemudian adanya distes yang dialami klien kalau faktor eksternal misalkan dia kembali bergaul atau ada stresser dari luar atau bisa juga dia melewati tempat yang dulu dia pernah menggunakanya di situ dan Ini bisa memicu penyebab dia mengalami relaps jadi kenali faktor internal dan eksternalnya kemudian bersama klien mendiskusikan Bagaimana mengantisipasinya dan ini tahapan terakhir dimana membantu kita lebih memudahkan untuk mengetahui Tahapan pertumbuhan perilaku pasien, kita bisa dengan menanyakan tiga hal ini yang pertama adalah willingness Jadi kita menanyakan seberapa besar tingkat keinginan pasien untuk berhenti, kita menanyakan dari angka 0 sampai 10 Kalau 0 itu berarti tidak ingin berhenti kalau 10 sangat ingin berhenti ini kita tanyakan kepada pasien kalau pasien memilih lebih tinggi itu berarti kemungkinan besar dia bukan pada tahap prakontemplasi bisa kontemplasi bisa preparasi Kemudian yang kedua kita menanyakan the confidence ruler dari angka 0 sampai 10 seberapa besar tingkat keyakinan atau kepercayaan diri pasien bahwa dia bisa berhasil dalam mengurangi atau berhenti dari adiksinya, semakin bagus semakin tinggi nilainya maka itu tahap perilakunya maka semakin baik tapi kadang-kadang ada yang willingness rulernya itu bagus 9 atau 10 tetapi tingkat kepercayaan dirinya ya cuma 5 atau maka Ini kemungkinan tahap kontemplasi ragu-ragu kemudian pertanyaan yang ketiga adalah dari jenis roller dari angka 0 sampai 10 seberapa siap anda untuk melaksanakan perubahan kalau confidence ini kan seberapa yakin bisa berhasil usaha perubahannya kalau yang ketiga ini seberapa siap dia melakukan usaha perubahan ya kalau ini cuma misalkan cuma angka 5 sedangkan rulernya bagus confidence rulernya bagus tapi ininya kecil maka kemungkinan masih tahap kontemplasi ragu ragu.
0 komentar:
Posting Komentar