6.5.24

Tugas Essay 1: Psikologi Lingkungan - Review Journal - "ANALISIS PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA DISANAH KECAMATAN SRESEH KABUPATEN SAMPANG" oleh Nanda Aprilia Dewi Saputri

Psikologi Lingkungan  / Essay 1 

Dr., Dra. Arundati Shinta MA

Nanda Aprilia Dewi Saputri

22310410158

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Topik

Analisis Pengelolaan Sampah Pada Masyarakat Desa Disanah, kecamatan Sreseh, kabupaten Sampang 

Sumber

Muchammad Zamzami Elamin , Kartika Nuril Ilmi , Tsimaratut Tahrirah , Yudhi Ahmad Zarnuzi, Yanuar Citra Suci , Dwi Ragil Rahmawati , Rizky Kusumawardhani , Dimas Mahendra Dwi P. Rizqi Azizir Rohmawati ,Pandhu Aji Bhagaskoro, Ismi Fuatjia Nasifa. 2018. Analisis Pengelolaan Sampah Pada Masyarakat Desa Disanah Ke camatan Sreseh Kabupaten Sampang.  Madura.

Permasalahan

Sampah merupakan suatu hal yang selalu ada dalam kehidupan sehari-hari. Semua yang

beraktivitas pasti akan menghasilkan sampah dan begitu juga yang terjadi di Desa Disanah Kecamatan

Sreseh Kabupaten Sampah. Permasalahan dari penelitian ini adalah proses pengelolaan sampah yang

dilakukan belum masuk dalam kategori yang baik dan benar dikarenakan proses pengelolaan dilakukan

dengan pembuangan yang tidak pada tempatnya dan dengan proses pembakaran

Tujuan

Penelitian

Tujuan dari penelitian ini aalah untuk mengetahui sistem pengelolaan sampah yang ada di Desa Disanah Kecamatan Sreseh Kabupaten Sampang. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan rancang bangun observasional deskriptif.

Isi

1. Pola pilah kumpul yang dilakukan masyarakat dan olah yang dilakukan oleh Pemerintah daerah di unit pengomposan di TPA menciptakan pembagian peran dan kemitraan yang baik antara masyarakat dan pemda dalam pengelolaan sampah di Kota Probolinggo.

2. Pola pilah kumpul dan olah dapat meningkatkan/menghasilkan reduksi volume

sampah domestik yang masuk TPA ± 6,4 ton/ hari (6%) dan masyarakat mendapat tambahan penghasilan antara Rp. 20.000,– Rp. 30.000,- per hari.

3. Pola pemasaran kompos dengan ketentuan 70% untuk masyarakat dan 30% dikelola UPTD Komposting meningkatkan penghargaan atas partisipasi pokmas dalam melakukan pemilahan dan pengumpulan yang sudah dimulai dari sumber.

4. Kunci keberhasilan dalam pengelolaan sampah adalah perubahan perilaku masyarakat serta adanya pembinaan dari tokoh penggerak masyarakat/fasilitator. Perubahan perilaku perlu didukung oleh kegiatan yang dapat menumbuhkan motivasi masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan penghargaan dan motif keuntungan ekonomi dan lingkungan.


Metode

Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan rancang bangun observasional deskriptif. Teknik penelitian yang dilakukan dengan cara survei lapangan, focus group discussion (FGD) yang melibatkan partisipan, wawancara terbuka, dan studi literatur. Kualitatif dikarenakan untuk mengetahui informasi terkait penanganan sampah yang ada dilingkungan Desa Disanah. Observasional/survei lapangan dilakukan untuk melihat kondisi nyata yang ada dilapangan sehingga diketahui secara benar apa yang sedang terjadi. Focus group discussion (FGD) dilakukan dengan beberapa perangkat desa, organisasi yang ada di desa dan karang taruna. Focus group discussion yang dilakukan memiliki topik tentang pengelolaan sampah yang ada di Desa Disanah. Wawancara terbuka dilakukan dengan kepala desa Disanah Kecamatan Sreseh dan staff Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Sampang. Populasi dari penelitian ini mengambil dari organisasi (karang

taruna dan pemuda disanah) yang ada di desa dan perangkat desa yang diwakili oleh Badan Perwakilan Desa (BPD)

Hasil

Berdasarkan hasil Observasi, diperoleh informasi bahwa warga desa tidak memiliki tempat sampah untuk melakukan proses pewadahan sehingga warga terbiasa membuang sampah sembarangan dan membakarnya di sekitar rumah. Karena tidak adanya tempat pembuangan sampah sementara, maka warga membuang sampah rumah tangga yang berskala besar di lahan kosong atau tambak yang dimanfaatkan menjadi tempat pembuangan akhir.

Minim dan mahalnya lahan menyebabkan Desa Disanah tidak memiliki tempat untuk pembuangan akhir. Kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan masih kurang sehingga permasalahan sampah tersebut masih dipandang wajar. Menurut data penelitian dari Karim, 2016 bahwa tingkat pendidikan warga Desa Disanah ditunjukkan dengan sebesar 123 orang tidak bersekolah, sebesar 240 orang lulusan taman kanak-kanak (TK), 167 orang lulusan sekolah dasar (SD/MI), 205 orang lulusan sekolah menengah pertama (SMP/SLTP), 185 orang lulusan sekolah menengah atas (SMA/SLTA), dan 20 orang lulusan perguruan tinggi.

Tingkat pendidikan ini akan mempengaruhi pola pikir masyarakat dan cara mengelola sampah. Ada 3 tempat yang dimanfaatkan untuk tempat pembuangan sampah ilegal yaitu di daerah awal masuk Muchammad Zamzami Elamin, et al, Analisis Pengelolaan sampah 371 pemukiman melalui jalur darat terdapat kolam dibagian kanan jalan dan dua yang lain berada dijalan menuju ke tambak yang dipenuhi sampah baik organik maupun anorganik. Ada Penyakit yang muncul karenanya, penyakit tersebut berawal dari genangan air di tumpukan sampah kemudian menjadi sarang bagi vektor dan rodent sehingga menyebabkan seseorang terkena penyakit. Setelah sampah terkumpul, tindakan yang dilakukan adalah membakar kumpulan sampah tersebut atau sebagian dari warga membuang sampah tersebut di titik penampungan sampah desa yang terletak di beberapa titik wilayah pemukiman desa.

Menurut Ikhsandri (2014) mengatakan bahwa tindakan membakar sampah merupakan salah satu teknik pengolahan sampah, akan tetapi pembakaran sampah dilakukan di lapangan yang jauh dari pemukiman.

Namun, pembakaran seperti ini susah dikendalikan karena terdapat asap, angin kencang, debu, dan arang sampah yang mana akan terbawa ke tempat sekitar sehingga menimbulkan gangguan.

Bagi masyarakat Desa Disanah, kondisi tersebut menjadi hal yang biasa dan tidak perlu diatasi. Sehingga tidak ada tindak lanjut yang dilakukan untuk mengatasi masalah penumpukan sampah tersebut.

Bahkan masyarakat Desa Disanah beranggapan bahwa kerjabakti yang biasanya dilakukan untuk membersihkan desa adalah kegiatan membersihkan jalan dari berbagai penghalang seperti ranting pohon.

Hasil observasi menunjukkan bahwa warga Desa Disanah tidak memiliki tempat sampah pribadi yang digunakan untuk membuang sampah rumah tangga setiap harinya. Sampah rumah tangga yang dihasilkan setiap hari oleh warga dikumpulkan dalam kantong plastik dan dibuang ke lahan dekat tambak sebagai pembuangan terakhirnya.

Hal ini dikarenakan tidak tersedianya lahan dan tidak ada transportasi untuk membawa sampah ke TPA sehingga warga cenderung membuang sampah pada lahan kosong dan membakarnya. Lingkungan Desa Disanah juga terlihat kotor karena banyak sampah yang berserakan dan terdapat kotoran hewan di sepanjang jalan desa. Selain itu ada beberapa penjual makanan yang memiliki hewan peliharaan dan makanan yang dijualnya tidak ditutup sehingga ada peluang untuk terkontaminasi dari debu atau kotoran dari hewan. Warga Desa disana hanya memahami bahwa membuang sampah harus pada tempatnya namun tidak memahami bahwa tempat pembuangan sampah harus dipisahkan.

Pemahaman warga mengenai pengelolaan sampah masih rendah, hal ini dikarenakan lokasi desa yang terisolasi.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa warga Desa Disanah memiliki tingkat kesadaran yang rendah mengenai kebersihan lingkungan. Hal ini dilihat dari kebiasaan membuang sampah, kondisi lingkungan Desa Disanah dan pemahaman warga mengenai pengelolaan sampah serta keterbatasan fasilitas TPS untuk menampung sampah rumah tangga yang dihasilkan setiap harinya. Pada tingkat ini kepatuhan dan kesadaran masih rendah dikarenakan mudah berubah oleh suasana atau keadaan sekitar. Pada masyarakat Desa Disanah masih dalam tingkat heteronomus dikarenakan motivasi atau dorongan untuk menjaga kebersihan lingkungan masih mengikuti yang lain atau kelompok mayoritas namun sikap terhadap kebersihan lingkungan warga Desa Disanah cukup baik hanya karena keterbatasan fasilitas TPS, membuat warga tidak terbiasa membuang sampah pada tempatnya.

1. 000,- untuk pengelolaan sampah namun iuran tersebut berhenti karena tidak ada tempat penampungan 372 Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol. 10 , No. 4, Oktober 2018: 368-375 sampah dan sampah hanya dibakar, tidak dibawa ke TPA. Oleh karena itu warga tidak lagi membayar iuran tersebut karena dapat membakar sampah itu sendiri, tanpa ada orang lain yang melakukan.

Diskusi

Sistem pengelolaan sampah yang dimiliki desa Disanah masih belum baik. Hal ini bisa 

ditinjau dari perilaku warga yang terbiasa membuang sampah tidak pada  tempatnya/sembarangan yaitu seperti pada lahan kosong, tambak, selokan dan di sekitaran jalan. Selain itu, pemahaman akan pentingnya pengelolaan sampah juga kurang baik. Pengelolaan yang dilakukan hanya sebatas pembuangan yang tidak pada tempatnya dan pembakaran. Hal tersebut diakibatkan karena tidak adanya fasilitas sarana dan prasarana yang mendukung seperti tempat sampah di tiap rumah, tempat penampungan sementara (TPS)  dan lain-lain. Masalah utama dalam hal pengelolaan sampah di Desa Disanah adalah lahan untuk pembangunan tempat  penampungan sementara (TPS) serta akses menuju ke Desa yang masih dalam tahap  pembangunan. Hal lain yang menunjang terjadinya pembuangan sampah tidak pada tempatnya juga dipengaruhi oleh tingkat kesadaran warga akan kebersihan lingkungan 

masih kurang baik.


0 komentar:

Posting Komentar