11.5.24

ESAI 1 PSIKOLOGI LINGKUNGAN OLEH MARDIANTO TIRO

Meringkas Jurnal 

Analisa Pola Perilaku Masyarakat terhadap Pengelolaan Sampah

Studi Kasus RW 06 Desa Ciputri


Oleh: Mardianto Tiro / 22310410139
Kelas : SJ

Dosen Pengampu:  Dr., Dra. Arundati Shinta, MA.

Topik

Perilaku Warga Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Zona Pesisir Kota

Sumber 

Ilma Nurul., Majid, Makhrajani. (2021). Perilaku Warga Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Zona Pesisir Kota Parepare. Jurnal Manusia dan Kesehatan, Vol. 4, No. 1, pISSN 2614-5073, eISSN 2614-3151

Permasalahan

Penelitian ini menyoroti permasalahan sampah rumah tangga yang erat hubungannya dengan kehidupan manusia dan dapat dijumpai sehari-hari, baik dalam kehidupan perorangan maupun lingkungannya. Namun masalah yang sering kita jumpai dimasyarakat pesisir, masih banyak dari mereka yang membuang sampah disembarang tempat

Tujuan

Tujuan penelitian untuk menunjukan apakah tingkat pengetahuan, sikap, tingkat pendapatan, pendidikan, pekerjaan berpengaruh terhadap perilaku warga masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga di zona pesisir kota parepare.

Isi

  1. Peran aktif masyarakat atau individu dalam pengelolaan sampah dimulai dengan perilaku positif, yang meliputi pengumpulan, penampungan, pemilahan, dan daur ulang sampah. Tujuannya adalah mengurangi volume dan penyebaran sampah, terutama dalam konteks pengelolaan sampah rumah tangga.

  2. Mayoritas responden di Parepare, terutama yang tinggal di pesisir kota, memiliki pengetahuan yang baik mengenai pengelolaan sampah. Mereka mengetahui jenis sampah, tempat pembuangan yang tepat, dampak dari pembuangan sembarangan, serta cara mengurangi dan mendaur ulang sampah.

  3. Kelurahan memberikan pelatihan daur ulang sampah kepada ibu rumah tangga, fokus pada sampah plastik. Meskipun pengetahuan mereka tinggi, tidak semua masyarakat aktif dalam menjaga lingkungan.

  4. Meski mayoritas memiliki sikap positif terhadap pengelolaan sampah, masih ada tumpukan sampah di beberapa titik pesisir pantai, terutama karena padatnya hunian di area tersebut.

  5. Mayoritas ibu rumah tangga memiliki sikap positif terhadap penyediaan bak sampah swadaya, pemisahan sampah, memberikan retribusi kepada petugas sampah, dan membersihkan tempat sampah setiap hari demi menjaga kebersihan lingkungan.

  6. Hasil Chi-square menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara sikap dan perilaku ibu rumah tangga dalam pembuangan sampah di Parepare, namun, sikap dan perilaku secara langsung mempengaruhi pengelolaan sampah. Mayoritas ibu rumah tangga di Parepare memiliki sikap positif yang mendorong mereka aktif dalam pengelolaan sampah, sementara yang memiliki sikap negatif cenderung kurang aktif.

  7. Sikap responden dipengaruhi oleh pengalaman pribadi dan pengaruh lingkungan sosial seperti orang tua, saudara, dan tetangga. 

  8. Mayoritas masyarakat, khususnya ibu rumah tangga, tidak memiliki pendapatan tetap dan diduga menghabiskan lebih banyak waktu untuk pekerjaan rumah dibandingkan dengan pekerjaan yang menghasilkan upah.

  9. Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari berbagai sumber seperti gaji, usaha, atau hasil investasi. Semakin tinggi pendapatan, semakin tinggi konsumsi barang, yang berdampak pada konsumsi sampah. Namun, semakin tinggi pendapatan, semakin banyak rumah tangga yang juga aktif dalam penanganan sampah seperti mengumpulkannya ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS) atau melakukan pembakaran di satu tempat. Hal ini menunjukkan adanya korelasi antara pendapatan dan praktik pengelolaan sampah dalam masyarakat.

  10. Mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, yaitu lulus SMP dan SMA. Hal ini menunjukkan pemahaman yang baik tentang pengelolaan sampah, termasuk pengumpulan, penampungan, dan pembuangan sampah yang sesuai. Informasi tentang pengelolaan sampah telah disampaikan melalui pendidikan formal maupun non-formal, terutama di daerah pesisir yang rentan terhadap masalah sampah yang dapat merusak lingkungan, terutama di laut.

  11. Mayoritas responden adalah anggota URT, yang meliputi beragam profesi dari PNS, wiraswasta, nelayan, hingga pengusaha tambak. Hal ini menunjukkan variasi mata pencaharian di daerah pesisir, dan perilaku pengelolaan sampah tidak sepenuhnya terkait dengan jenis pekerjaan yang dimiliki oleh masyarakat setempat.

Metode

  1. Metode analitik dengan pendekatan Cross Sectional Study, sampel sebanyak 92 responden.

  2. Data dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji statistik uji Chi-Square melalui SPSS Versi 24.

Hasil

  1. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada pengaruh tingkat pengetahuan, tingkat pendapatan, pendidikan, pekerjaan terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di zona pesisir kota parepare, dan ada pengaruh sikap, terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di zona pesisir kota Parepare.

  2. Distribusi responden berdasarkan sikap terhadap perilaku warga masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tingkat pengetahuan, yang menunjukkan sikap Ya 59.8%, dan Tidak 40.2%. Perilaku

  3. Distribusi responden berdasarkan pendidikan yaitu SD 16.3%, SMP 34.8%, SMA 47.8%, dan S1 1.1%. 

  4. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan diketahui sebanyak 15.2% yang bekerja dan 84.8% tidak bekerja.

  5. Diperoleh hasil berdasarkan perilaku baik dengan kategori pengetahuan tinggi 36,5%, sedang 42,9%, rendah 0%. Perilaku tidak baik berdasarkan tingkat pengetahuan dengan kategori tinggi 63,5%, sedang 57,1%, rendah 100%.

  6. Diperoleh hasil berdasarkan perilaku baik dengan kategori sikap positif 29,6%, negatif 52,4%. Perilaku tidak baik dengan kategori sikap positif 70,4%, sedang 47,6 %.

  7. Diperoleh hasil berdasarkan perilaku baik dengan kategori pendapatan >2.250.000 100%, tidak tetap 31,2%. Perilaku tidak baik berdasarkan pendapatan 2.250.000 0%, tidak tetap 68,8%.

  8. Dari hasil penelitian diperoleh hasil berdasarkan perilaku baik dengan kategori pendidikan SD 20,0%, SMP 43,8%, SMA 34,1%, S1 0%. Perilaku tidak baik berdasarkan pendidikan SD 80,0%, SMP 56,3%, SMA 34,1%, S1 100%.

  9. Dari hasil penelitian yang dilakukan di peroleh hasil berdasarkan perilaku baik dengan kategori bekerja 35,7%, tidak bekerja 34,6%. Perilaku tidak baik dengan kategori bekerja 64,3%, tidak bekerja 65,4 %.

Diskusi

  1. Sikap adalah respons terhadap stimulus, tetapi tidak selalu menghasilkan tindakan nyata. Perilaku adalah ekspresi dari sikap yang terwujud dalam tindakan konkret. Untuk mendorong perubahan dari sikap menjadi tindakan, diperlukan fasilitas pendukung seperti infrastruktur pengelolaan sampah yang memadai.

  2. Lingkungan sosial memainkan peran penting dalam membentuk perilaku seseorang. Meskipun ada korelasi rendah antara sikap dan praktek, tetapi hal ini sesuai dengan konsep bahwa sikap memberikan kecenderungan untuk bertindak. Dengan kata lain, tindakan seseorang cenderung dipengaruhi oleh sikap yang dimilikinya.

  3. Pelatihan tentang daur ulang sampah merupakan bagian dari pendidikan non-formal yang diberikan kepada masyarakat. Hal ini menunjukkan pentingnya pendidikan dalam mendukung perilaku pengelolaan sampah, tidak hanya di daerah pesisir tetapi juga di daerah perkotaan dan pedesaan.

  4. Urgensi untuk meningkatkan kesadaran dengan penggunaan fasilitas pengelolaan sampah dengan baik harus diperhatikan.

  5. Kerja sama pemerintah dan pihak puskesmas setempat sangat diperlukan untuk memberikan penyuluhan, supaya menjalin kerjasama dengan pihak masyarakat dalam mengelola dan menyalurkan sampah dengan semestinya.

0 komentar:

Posting Komentar