Nama : Cica Ayu Betiyanti
Nim : 21310410026
Mata Kuliah : Psikologi Inovasi
Pengampu : Arundati Shinta
Martin Seligman, tokoh Psikologi Positif, menjelaskan bahwa
ada banyak hal yang bisa diajarkan kepada orang. Itu antara lain rasa pesimis
dan rasa optimis. Rasa pesimis yang merupakan hasil belajar menyebabkan
terjadinya learned helplessness. Rasa
optimis juga bisa diajarkan pada orang yang semula pesimis terus, sehingga
individu bisa move on, bangkit dan
menjadi percaya diri. Cara pengajarannya yang selama ini dianggap efektif
adalah dengan pelatihan, pendampingan dan konseling. Cara tersebut efektif
karena perubahan tersebut dilakukan berdasarkan unit analisis individu. Bila
perubahannya dilakukan secara makro (unit analisis masyarakat / kelompok), maka
pelatihan cenderung tidak efektif. James (2010) menjelaskan bahwa mengubah
sikap adalah penting namun hal itu tidak cukup. Ini karena dalam banyak
pelatihan, 94% peserta mengatakan bahwa mereka mempunyai sikap positif pada
perubahan namun hanya 2% saja peserta yang benar-benar mampu berperilaku nyata
(menerapkan hasil pelatihan). Sikap dan perilaku yang tidak sinkron ini
menunjukkan bahwa ada hal-hal mendasar yang kurang diperhatikan selama
pelatihan kelompok. Hal-hal mendasar itu adalah persepsi / kognisi.
Terdapat hubungan antara persepsi mahasiswa dengan perilaku
yang dimunculkan ketika ada instruksi dosen agar mahasiswa melakukan kegiatan
perubahan diri melalui kegiatan olah raga secara teratur selama minimal 8
minggu, @ 1 jam / minggu. Menurut Seligman potensi diri manusia yang positif ini
dipengaruhi oleh dua aspek yakni institusi positif dan positif self. Institusi
positif lingkungan yang mendorong individu menjadi individu yang lebih baik,
bertanggung jawab, sopan, toleransi, moderat, penuh cinta kasih, peduli dan
memiliki etos kerja yang tinggi (Seligman dan Csikszentmihalyi dalam…2012).
Sedangkan positif self yang dimaksud adalah factor internal atau factor yang
berada di bawah pengendalian individu yang memiliki dapak positif bagi
kehidupan.Dalam hal ini mahasiswa termasuk dalam Institusi positif lingkungan.
Hubungan antara persepsi mahasiswa dengan perilaku yang
dimunculkan ketika ada instruksi dosen mengenai perubahan diri tersebut yaitu
kaget, di awal terasa shock. Merasa bahwa mengapa harus seperti ini, bukankah
ini tidak termasuk inovasi sedangkan mata kuliahnya psikologi inovasi. Untuk perilakunya
sendiri pun beragam ada mahasiswa yang karena dia sudah berprofesi menjadi polisi
maka baginya tugas ini menjadi hal biasa karena ia sering melakukan hal ini
tanpa adanya tugas ataupun paksaan, namun bagi orang yang biasanya lebih suka
rebahan maka hal ini akan menjadi sebuah tantangan yang berat yang mana akan
menimbulkan rasa tidak nyaman dan melakukannya pun karena terpaksa. Namun kita
semua menyadari bahwa semua memang harus berubah tidak bisa stagnan disitu
saja, harus ada perubahan dalam hidup. Jadi saya sendiri pun awalnya melakukan
hal atau kegiatan selama 8 minggu ini terpaksa, namun etelah saya melakukan
saya merasa ada perubahan hal positif di badan saya dan akhirnya saya ingin
melakukannya lagi dan sampai sekarang sudh terbiasa, harapan saya adalah saya
bisa melakukan ini tanpa terputus atau bukan karena motivasi ekstrinsik saja. Seligman
mengungkap bahwa kebahagiaan merupakan fatornya jadi jika kita bisa
menjalaninya dengan senang hati maka kita kan mendapatkan kebahagiaan itu. Mengenai
evaluasi mahasiswa terhadap kegiatan tersebut Misalnya, mahasiswa merasa
kesulitan; merasa senang karena sudah terbiasa berolah raga; merasa tertekan
karena tidak senang dengan olah raga; merasa kegiatan tersebut sia-sia saja dan
tidak mungkin membuat mahasiswa menjadi lebih baik; dan sebagainya. Evaluasi
mahasiswa terhadap kegiatan tersebut beragam, tidak dapat dipungkiri pastinya
ada mahasiswa yang merasa kesulitan karena belum terbiasa, namun juga ada mahasiswa
yang sudah terbiasajadi bisa melakukannya tanpa beban. Dari kegiatan ini ada
banyak manfaat seperti mendapat emosi yang positif. Dan pastinya memperoleh
kehidupan yang bermakna. Kebahagiaan dimulai dari kesadaran akan banyaknya keinginan
manusia dan konflik yang berlangsung diantara keduanya. Wujud kebahagiaan itu
apakah merupakan pengalaman ruhaniah semata atau hanya pengalamana jasmaniah
atau bahkan pengalaman jasmani dan rohani.kegatan ini akan
berlanjut atau sustain apabila terpenuhi 3 syarat yaitu Kehidupan
Menyenangkan, Kehidupan Baik, dan Kehidupan Bermakna. Kehidupan menyenangkan disini yang
dimaksud adalah individu tersebut mampu enjoy atau senang dengan kegiatan ini. Kehidupan
baik, yang diharapkan dari kegiatan ini yaitu terciptanya individu yang sehat
bugar dan hidup sehat adi nanti akan memberikan dampak baik bagi kehidupa saat
ini dan di masa mendatang. Kehidupan bermakna. Kegiatan ini akan continue jika
individu memperoleh makna dari kegiatan selama 8 minggu ini. Misal makna pola
makan teratur dan tidur teratur.
”
Daftar Pustaka:
James, R. (2010). Promoting sustainable
behavior: A guide to successful communication.
Barkeley: Berkeley bright green, University of Carolina.
Shinta, A. (2013). Persepsi terhadap lingkungan. Kupasiana. Retrieved from:
http://kupasiana.psikologiup45.com/2013/04/persepsi-terhadap-lingkungan.html
---- selamat & sukses ---
0 komentar:
Posting Komentar