28.12.23

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA

Nama: Marfino Hamzah

Nim: 21310410055 

Kelas: Psikologi SP

Mata Kuliah: Psikologi Inovasi

Dosen Pengampu: Dr. Arundati Shinta, MA

Universitas Proklamasi 45 




  1. Hubungan antara persepsi mahasiswa dengan perilaku yang dimunculkan ketika ada instruksi dosen agar mahasiswa melakukan kegiatan perubahan diri melalui kegiatan olah raga secara teratur selama minimal 8 minggu, @ 1 jam/minggu adalah meliputi beberapa aspek penting. Pertama, persepsi mahasiswa terhadap lingkungan kerja (persepsi terhadap lingkungan) mempengaruhi bagaimana mereka menangani situasi yang dihadapi. Dalam situasi ini, mahasiswa harus menyesuaikan perilaku mereka dengan instruksi dosen, yang mencakup perubahan diri melalui kegiatan olah raga.
  2.  

    Persepsi mahasiswa terhadap lingkungan kerja dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk beradaptasi dan mengatasi hambatan yang dihadapi. Dalam contoh yang diberikan, mahasiswa yang menghadiri kuliah dengan baik, menyiapkan materi pelajaran, dan meminta ijin keluar ruangan untuk keperluan menelepon telah mampu menghadapi dosen yang menjemukan dengan baik.Hal ini menunjukkan bagaimana persepsi mahasiswa terhadap dosen dan lingkungan kerja dapat mempengaruhi bagaimana mereka menangani situasi yang dihadapi dan mengembangkan perilaku yang positif.Dalam konteks pelatihan kelompok, perlu diperhatikan bahwa persepsi dan kognisi mahasiswa juga mempengaruhi hubungan antara persepsi mahasiswa dengan perilaku yang dimunculkan. Dalam hal ini, sikap dan perilaku yang tidak sinkron (misalnya, sikap positif pada perubahan namun hanya 2% saja peserta yang benar-benar mampu berperilaku nyata) menunjukkan bahwa ada hal-hal mendasar yang kurang diperhatikan selama pelatihan kelompok.Untuk meningkatkan efektivitas pelatihan, penting untuk memperhatikan persepsi dan kognisi mahasiswa, serta menyesuaikan program pelatihan dengan kebutuhan dan kemampuan mahasiswa. Hal ini akan memungkinkan pelatihan lebih efektif dan berkelanjutan untuk menciptakan perubahan perilaku yang positif dan berkelanjutan pada mahasiswa. 


  3. Mahasiswa merasa berbagai hal terhadap kegiatan pelatihan perubahan diri melalui olah raga, seperti kesulitan, senangan karena sudah terbiaa berolah raga, merasa tertekan karena tidak senang dengan olah raga, atau merasa kegiatan tersebut sia-sia saja dan tidak mungkin membuat mahasiswa menjadi lebih baik. Dalam konteks pelatihan yang diberikan, beberapa mahasiswa merasa kesulitan dan merasa tertekan karena dosen menemukan dengan hobi terlambat.Namun, ada juga mahasiswa yang menghadiri kuliah wajib, menyiapkan materi pelajaran, dan meminta ijin keluar ruangan untuk keperluan menelepon. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi mahasiswa terhadap dosen dan lingkungan kerja dapat mempengaruhi bagaimana mereka menangani situasi yang dihadapi dan mengembangkan perilaku yang positif.Dalam pelatihan kelompok, perlu diperhatikan bahwa persepsi dan kognisi mahasiswa juga mempengaruhi hubungan antara persepsi mahasiswa dengan perilaku yang dimunculkan. Dalam hal ini, sikap dan perilaku yang tidak sinkron (misalnya, sikap positif pada perubahan namun hanya 2% saja peserta yang benar-benar mampu berperilaku nyata) menunjukkan bahwa ada hal-hal mendasar yang kurang diperhatikan selama pelatihan kelompok.Untuk meningkatkan efektivitas pelatihan, penting untuk memperhatikan persepsi dan kognisi mahasiswa, serta menyesuaikan program pelatihan dengan kebutuhan dan kemampuan mahasiswa. Hal ini akan memungkinkan pelatihan lebih efektif dan berkelanjutan untuk menciptakan perubahan perilaku yang positif dan berkelanjutan pada mahasiswa.
  4. Untuk menjaga keberlangsungan kegiatan pelatihan perubahan diri melalui olahraga, diperlukan beberapa syarat. Pertama, program pelatihan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan individu. Hal ini akan memungkinkan pelatihan lebih efektif dan berkelanjutan untuk menciptakan perubahan perilaku yang positif dan berkelanjutan pada mahasiswa. Kedua, perlu dilakukan evaluasi secara berkala untuk mengetahui efektivitas program pelatihan dan menyesuaikan program jika diperlukan. Ketiga, perlu ada dukungan dan motivasi dari lingkungan sekitar, seperti keluarga, teman, dan dosen, untuk membantu mahasiswa mempertahankan perubahan perilaku yang positif.Selain itu, penting untuk memperhatikan persepsi dan kognisi mahasiswa, serta menyesuaikan program pelatihan dengan kebutuhan dan kemampuan mahasiswa. Hal ini akan memungkinkan pelatihan lebih efektif dan berkelanjutan untuk menciptakan perubahan perilaku yang positif dan berkelanjutan pada mahasiswa. Dalam hal ini, sikap dan perilaku yang tidak sinkron (misalnya, sikap positif pada perubahan namun hanya 2% saja peserta yang benar-benar mampu berperilaku nyata) menunjukkan bahwa ada hal-hal mendasar yang kurang diperhatikan selama pelatihan kelompok.


0 komentar:

Posting Komentar