28.12.23

UJIAN AKHIR SEMESTER PSIKOLOGI INOVASI

 UJIAN AKHIR SEMESTER PSIKOLOGI INOVASI

Dosen Pengampu : Dr. Arundanti Shinta, MA

 

Septi Ambarwati

21310410117

Karyawan SP

 


Persepsi adalah suatu proses pengetahuan yang dimiliki atau disimpan dalam ingatan untuk mendeteksi atau memperoleh dan menginterprestasi stimulus (rangsangan) yang diterima oleh alat indera seperti mata, telinga dan hidung  (Matlin, 1989; Solso, 1988). Persepsi antara orang satu dan yang lain memiliki makna atau arti yang berbeda berdasarkan stimulusnya. Stimulus yang sama mungkin saja dipersepsikan berbeda bahkan berkebalikan oleh dua orang, dalam waktu yang sama (Shinta, 2013). Gambaran ini bisa dijelaskan pada persepsi mahasiswa Psikologi Inovasi yang memperoleh intruksi dosen agar mahasiswa melakukan kegiatan perubahan diri melalui kegiatan olah raga secara teratur selama minimal 8 minggu, @ 1 jam/minggu.

Stimulus yang diberikan oleh dosen berupa instruksi tugas, akan dipersepsikan berbeda antara mahasiswa satu dengan yang lainnya. Perbedaan persepsi mahasiswa tersebut akan menimbulkan perilaku yang berbeda. Ada yang menganggap instruksi tugas dosen itu sebagai bagian kewajiban yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Makan ia akan berusaha dengan sungguh-sungguh melakukan perubahan perilaku, berolahraga minimal 8 minggu berturut-turut. Namun, tidak semua mahasiswa demikian, ada juga yang menganggap bahwa instruksi tugas tersebut sebagai beban. Alasannya karena hal itu berat dilakukan, setiap minggu harus berolahraga minimal 1 jam, mengganggu aktivitas lain, buang-buang tenaga dan waktu.

Saya sendiri mendapatkan instruksi tugas dosen untuk merubah perilaku, berolahraga rutin merasa sangat tertantang. Saat membayangkan pertama kali sangat berat dilakukan, karena selama ini saya melakukan olahraga jika mau saja, tidak rutin. Bisa dua minggu sekali, atau sebulan sekali. Menurut Martin Seligman seorang tokoh Psikologi, mengungkapkan tentang rasa pesimis dan optimis. Dimana rasa pesimis membuat orang menjadi learned helpessness. Kondisi ini terjadi saat mahasiwa tidak mampu mengendalikan situasi yang menekan, stres secara berulang, dan memilih tidak melakukan apa-apa, pasrah keitka menghadapi kondisi yang serupa. Hal ini tentu saja harus ditangani, jika tidak akan menimbulkan gangguan kesehatan, baik fisik maupun mental. Martin Seligmen menyebutkan rasa optimis akan membuat orang menjadi belajar berubah, bangkit dan lebih bersemangat, rasa percaya diri meningkat sehingga bisa move on. Seligmen juga menyebutkan cara paling efektif dalam merubah perilaku seseorang adalah melalui pelatihan, pendampingan dan konseling secara individual. Jika bersifat berkelompok dianggap kurang efektif. Oleh sebab itu saya menganggap bahwa instruksi tugas dosen untuk merubah perilaku olahraga rutin sangat tepat. Mahasiswa merasa itu menjadi tanggung jawab pribadi, bukan kelompok. Sehingga mau tidak mau harus melakukannya meski awalnya berat dilakukan. Berubah dari pesimis menjadi optimis, bersemangat dalam merubah perilaku sehat dengan berolahraga. Saya sendiri merasakannya, jika bukan karena tugas Psikologi Inovasi saya tidak akan rutin berolahraga. Dampaknya sangat saya rasakan, stamina lebih fit, badan terasa segar dan tidak mudah lelah.

Kegiatan olahraga rutin akan berjalan dan berkelanjutan jika seseorang berpegang teguh pada keyakinan, bahwa ia mampu merubah kebiasaan buruk menjadi kebiasaan baik dengan disiplin dan sungguh-sungguh. Menjadikan olahraga sebagai kebutuhan untuk diri sendiri. Menyakini jika dilakukan secara terus menerus akan berdampak besar pada kehidupan, menjadi pribadi yang lebih positif, sehat fisik, sehat mental dan bersemangat. Menjalani kehidupan dengan dipenuhi kebahagiaan bersama orang-orang tersayang. Untuk mewujudkan hal tersebut, syarat yang harus dilakukan adalah dengan merubah mindset bahwa olahraga rutin itu menyenangkan, dan tidak lupa tetapkan target dan tujuannya.

 

Daftar Pustaka

https://ocw.upj.ac.id/files/Slide-VCD209-Psikologi-Persepsi.pdf

https://www.sehatq.com/artikel/tanda-tanda-learned-helplessness-ketidakberdayaan-yang-membuat-seseorang-putus-asa-ketika-menghadapi-masalah

James, R. (2010). Promoting sustainable behavior: A guide to successful communication. Barkeley: Berkeley bright green, University of Carolina.

Matlin, M. W. (1989). Cognition 2nd edition. New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc.

Shinta, A. (2013). Persepsi terhadap lingkungan. Kupasiana. Retrieved from:

http://kupasiana.psikologiup45.com/2013/04/persepsi-terhadap-lingkungan.html

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

0 komentar:

Posting Komentar