PERUBAHAN
DIRI KE ARAH
YANG LEBIH POSITIF
Essay Ulangan
Akhir Semester
Psikologi Inovasi
Meli
Nur Hidayah
NIM : 21310410085
Kelas Reguler / Semester 5
Dosen Pengampu : Dr. Dra.
Arundati Shinta
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Perubahan
diri merupakan suatu usaha yang di dalam nya terdapat proses yang di lakukan
oleh seorang individu dalam melakukan sesuatu hal yang baru dalam dirinya. Disini
perubahan diri tentunya terdapat dua hal yakni perubahan diri menjadi lebih
baik, atau justru sebaliknya menjadi lebih buruk. Namun disini cenderung individu
akan melakukan sesuatu hal yang baru yang bisa mengubah dirinya menjadi lebih
baik lagi. Perubahan yang di alami oleh individu tersebut berdasarkan pada apa
yang telah di alami dan di pelajari oleh dirinya melakui beberapa sumber
seperti keluarga, teman dan lingkungan sosialnya, ataupun dari dirinya sendiri.
Untuk melakukan perubahan tentu saja terdapat suatu pengorbanan agar apa yang
di lakukan nya bisa mencapai tujuan yang di inginkan, salah satu usaha yang
bisa di lakukan oleh seorang individu adalah harus bisa mengatur dirinya
sendiri atau biasa di sebut dengan regulasi diri. Regulasi diri
atau pengaturan diri
didefinisikan sebagai tingkatan dimana individu aktif melibatkan
metakognisi, motivasi, dan perilaku dalam proses belajar (Zimmerman &
Schunk, 2002). Sedangkan menurut Brandstatter dan Frank, regulasi diri
merupakan usaha sadar dan aktif mengintervensi untuk mengontrol pemikiran,
reaksi dan perilaku seseorang (Taylor, Peplau, & Sears, 2012). Barry
Zimmerman juga mendefinisikan regulasi diri (pengaturan diri) sebagai proses
yang digunakan untuk mengaktifkan dan mengatur pikiran, perilaku dan emosi
dalam mencapai suatu tujuan (2002).
Perilaku individu
cenderung akan merespon sesuatu yang di berikan kepadanya contoh nya seperti
suatu intruksi yang perlu di lakukan, seperti yang di instruksikan oleh dosen
mata kuliah psikologi inovasi yaitu melakukan perubahan diri selama 8 minggu
berturut turut yakni melakukan olahraga selama 1 jam. Instruksi ini di berikan
kepada mahasiswa sebagai suatu perintah agar mahasiswa mau dan mampu melakukan
perubahan diri menjadi lebih baik yaitu dengan berolahraga, karena dengan
seperti itu mahasiswa akan mendapatkan manfaat dari berolahraga seperti badan
menjadi lebih bugas dan sehat, melakukan pola hidup sehat, melakukan suatu hal
yang produktif dan masih banyak lagi lain nya. Disini tentu saja setiap mahasiswa
memiliki respon yang berbeda beda terhadap instruksi yang di berikan oleh
dosen, Sebagian mahasiswa menganggap hal ini mudah untuk di lakukan karena
sudah terbiasa melakukan olahraga dan sudah tau apa manfaat yang bisa di rasakan
saat melakukan olahraga tersebut denga artian mahasiswa tersebut merespon
instruksi secara positif, namun bagi Sebagian mahasiswa yang lain justru hak
ini sangat memberatkan karena al ini menjadi suatu yang baru bagi dirinya, atau
bisa jadi mahasiswa tersebut belum mengetahui manfaat dari berolahraga. Respon respon
tersebut di dasarkan pada persepsi diri masing masing individu, persepsi yang
di berikan bisa jadi positif atau sebaliknya yaitu perspektif negative,
perspektif positif bisa berupa pemikiran yang mengarah ke hal yang baik yaitu
seperti tadi sudah di jelaskan bahwa ia memiliki persepsi bahwa olahraga
memiliki manfaat yang banyak bagi tubuh, namun bagi individu yang memiliki persepsi
negative justru sebaliknya yaitu olahraga hanya membuat badan Lelah dan
membuang waktu saja. Persepsi persepsi tersebut berdasarkan tingkat kreativitas yang
tinggi dalam membentuk persepsi mereka berdasarkan pada manfaat yang mungkin
diperoleh untuk dirinya (Shinta, 2013).
Evaluasi yang
di perlukan dalam kegiatan tersebut adalah mahasiswa tentunya harus memiliki
kesenangan tersendiri atas instruksi yang di berikan oleh dosen mengenai
perubahan diri dengan berolahraga selama 8 minggu tersebut, meskipun respon nya
berbeda karena setiap individu memiliki jiwa yang pesimis dan optimis. Jika seseorang mempunyai
jiwa pesimistik maka ketika tertimpa musibah akan menganggap semua sebagai
akhirnya hidup. Tetapi jika seseorang memiliki jiwa optimis maka segala cara
akan dilakukan sampai berhasil sesuai dengan yang dia yakini. Jiwa pesimis akan
menganggap bahwa masalah akan menjadi panjang dan tidak berujung dan sebaliknya
jika jiwa optimis maka akan berfikir atas apa yang terjadi maka semua ada jalan
keluarnya. Kebiasaan cara berfikir menurut seligman mempunyai beberapa
konsekuensi atas apa yang dikehendaki seseorang tersebut (Martin E.P Seligman,
2008). Perbedaan yang jelas terkait jiwa pesimis dan optimis dipaparkan oleh
seligman yaitu jiwa pesimis akan mudah depresi daripada jiwa optimis. Hal ini
perlu adanya tindak lanjut seseorang yang berjiwa pesimis agar merubah cara
berpikir tentang hidup agar meraih kebahagiaan sejati. Seperti yang dikatakan
seligman dalam bukunya yang berjudul menginstal optimisme bahwa jiwa optimis
mempunyai tempat yang teramat penting dalam kehidupan seseorang yang menghantarkan
seseorang dalam pemaknaan hidup. Sementara jiwa pesimis merupakan akar dari
masalah mengenai pemaknaan hidup dan mengarah pada kesalahan yang bisa
berakibat fatal. Maka perlunya memahami suatu peristiwa dan mempertimbangkan
atas apa yang akan dilakukan karena semua berawal dari diri. Kemudian
dijelaskan Seligman bahwa perasaan seseorang yang terjadi dalam hidup
dilatarbelakangi atas pengendalian diri seseorang tersebut. (Martin E.P
Seligman, 2008).
Kegiatan berolahraga
memiliki manfaat yang cukup signifikan bagi kehidupan manusia sehingga hal
tersebut tentu saja bisa berkelanjutan, namun tentu saja hal tersebut tidaklah
mudah perlu ada nya persyaratan khusus agar kegiatan tersebut terus berlanjut. Persyaratan
nya adalah sebagai berikut.
· 1. Memilih jenis olahraga yang di sukai, tentu saja ini
menjadi hal yang penting karena, individu cenderung mau melakukan sesuatu yang
ia sukai.
· 2. Membuat jadwal olahraga yang bisa menyesuaikan dengan
kegiatan yang lain nya agar tidak bertabarakan jadwal sehingga bisa terus di
lakukan.
· 3. Usahakan motivasi atau dorongan baik dari diri sendiri
maupun dari luar diri tetap konsisten agar kegiatan tersebut terus berjalan.
· 4. Buat target pencapaian seperti menambah durasi waktu
olahraga atau yang lain nya, agar tidak membosankan.
· 5. Cari tempat yang nyaman dan berbeda beda agar tidak
bosan dengan kegiatan tersebut.
· 6. Mengajak oranglain untuk melakukan hal yang sama, agar
bisa sama sama memotivasi melakukan hal yang di jalankan, seperti teman,
keluarga dan yang lainnya.
Daftar
Pustaka.
Friskilia, O., & Winata, H. (2018). Regulasi diri
(pengaturan diri) sebagai determinan hasil belajar siswa sekolah menengah
kejuruan. Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran, 3(1), 36-43.
Martin E.P Seligman, P. (2008). Menginstal Optimisme.
Bandung: Karya Kita.
Shinta, A.
(2013). Persepsi terhadap lingkungan. Kupasiana.
Retrieved from: http://kupasiana.psikologiup45.com/2013/04/persepsi-terhadap-lingkungan.html
Taylor, S., Peplau, L., & Sears, D. (2012).
Psikologi Sosial. Jakarta: Kencana.
Zimmerman,
& Schunk. (2002). Self Regulated Learning and Academic Achievment. Mahwah,
New Jersey: Erlbaum.
0 komentar:
Posting Komentar