28.12.23

PERUBAHAN DIRI KE ARAH YANG LEBIH POSITIF

 

PERUBAHAN DIRI KE ARAH YANG LEBIH POSITIF

Essay Ulangan Akhir Semester Psikologi Inovasi

Meli Nur Hidayah

NIM : 21310410085

Kelas Reguler / Semester 5

Dosen Pengampu : Dr. Dra. Arundati Shinta

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta



 

Perubahan diri merupakan suatu usaha yang di dalam nya terdapat proses yang di lakukan oleh seorang individu dalam melakukan sesuatu hal yang baru dalam dirinya. Disini perubahan diri tentunya terdapat dua hal yakni perubahan diri menjadi lebih baik, atau justru sebaliknya menjadi lebih buruk. Namun disini cenderung individu akan melakukan sesuatu hal yang baru yang bisa mengubah dirinya menjadi lebih baik lagi. Perubahan yang di alami oleh individu tersebut berdasarkan pada apa yang telah di alami dan di pelajari oleh dirinya melakui beberapa sumber seperti keluarga, teman dan lingkungan sosialnya, ataupun dari dirinya sendiri. Untuk melakukan perubahan tentu saja terdapat suatu pengorbanan agar apa yang di lakukan nya bisa mencapai tujuan yang di inginkan, salah satu usaha yang bisa di lakukan oleh seorang individu adalah harus bisa mengatur dirinya sendiri atau biasa di sebut dengan regulasi diri. Regulasi diri atau pengaturan diri didefinisikan sebagai tingkatan dimana individu aktif melibatkan metakognisi, motivasi, dan perilaku dalam proses belajar (Zimmerman & Schunk, 2002). Sedangkan menurut Brandstatter dan Frank, regulasi diri merupakan usaha sadar dan aktif mengintervensi untuk mengontrol pemikiran, reaksi dan perilaku seseorang (Taylor, Peplau, & Sears, 2012). Barry Zimmerman juga mendefinisikan regulasi diri (pengaturan diri) sebagai proses yang digunakan untuk mengaktifkan dan mengatur pikiran, perilaku dan emosi dalam mencapai suatu tujuan (2002).

Perilaku individu cenderung akan merespon sesuatu yang di berikan kepadanya contoh nya seperti suatu intruksi yang perlu di lakukan, seperti yang di instruksikan oleh dosen mata kuliah psikologi inovasi yaitu melakukan perubahan diri selama 8 minggu berturut turut yakni melakukan olahraga selama 1 jam. Instruksi ini di berikan kepada mahasiswa sebagai suatu perintah agar mahasiswa mau dan mampu melakukan perubahan diri menjadi lebih baik yaitu dengan berolahraga, karena dengan seperti itu mahasiswa akan mendapatkan manfaat dari berolahraga seperti badan menjadi lebih bugas dan sehat, melakukan pola hidup sehat, melakukan suatu hal yang produktif dan masih banyak lagi lain nya. Disini tentu saja setiap mahasiswa memiliki respon yang berbeda beda terhadap instruksi yang di berikan oleh dosen, Sebagian mahasiswa menganggap hal ini mudah untuk di lakukan karena sudah terbiasa melakukan olahraga dan sudah tau apa manfaat yang bisa di rasakan saat melakukan olahraga tersebut denga artian mahasiswa tersebut merespon instruksi secara positif, namun bagi Sebagian mahasiswa yang lain justru hak ini sangat memberatkan karena al ini menjadi suatu yang baru bagi dirinya, atau bisa jadi mahasiswa tersebut belum mengetahui manfaat dari berolahraga. Respon respon tersebut di dasarkan pada persepsi diri masing masing individu, persepsi yang di berikan bisa jadi positif atau sebaliknya yaitu perspektif negative, perspektif positif bisa berupa pemikiran yang mengarah ke hal yang baik yaitu seperti tadi sudah di jelaskan bahwa ia memiliki persepsi bahwa olahraga memiliki manfaat yang banyak bagi tubuh, namun bagi individu yang memiliki persepsi negative justru sebaliknya yaitu olahraga hanya membuat badan Lelah dan membuang waktu saja. Persepsi persepsi tersebut berdasarkan tingkat kreativitas yang tinggi dalam membentuk persepsi mereka berdasarkan pada manfaat yang mungkin diperoleh untuk dirinya (Shinta, 2013).

Evaluasi yang di perlukan dalam kegiatan tersebut adalah mahasiswa tentunya harus memiliki kesenangan tersendiri atas instruksi yang di berikan oleh dosen mengenai perubahan diri dengan berolahraga selama 8 minggu tersebut, meskipun respon nya berbeda karena setiap individu memiliki jiwa yang pesimis dan optimis. Jika seseorang mempunyai jiwa pesimistik maka ketika tertimpa musibah akan menganggap semua sebagai akhirnya hidup. Tetapi jika seseorang memiliki jiwa optimis maka segala cara akan dilakukan sampai berhasil sesuai dengan yang dia yakini. Jiwa pesimis akan menganggap bahwa masalah akan menjadi panjang dan tidak berujung dan sebaliknya jika jiwa optimis maka akan berfikir atas apa yang terjadi maka semua ada jalan keluarnya. Kebiasaan cara berfikir menurut seligman mempunyai beberapa konsekuensi atas apa yang dikehendaki seseorang tersebut (Martin E.P Seligman, 2008). Perbedaan yang jelas terkait jiwa pesimis dan optimis dipaparkan oleh seligman yaitu jiwa pesimis akan mudah depresi daripada jiwa optimis. Hal ini perlu adanya tindak lanjut seseorang yang berjiwa pesimis agar merubah cara berpikir tentang hidup agar meraih kebahagiaan sejati. Seperti yang dikatakan seligman dalam bukunya yang berjudul menginstal optimisme bahwa jiwa optimis mempunyai tempat yang teramat penting dalam kehidupan seseorang yang menghantarkan seseorang dalam pemaknaan hidup. Sementara jiwa pesimis merupakan akar dari masalah mengenai pemaknaan hidup dan mengarah pada kesalahan yang bisa berakibat fatal. Maka perlunya memahami suatu peristiwa dan mempertimbangkan atas apa yang akan dilakukan karena semua berawal dari diri. Kemudian dijelaskan Seligman bahwa perasaan seseorang yang terjadi dalam hidup dilatarbelakangi atas pengendalian diri seseorang tersebut. (Martin E.P Seligman, 2008).

Kegiatan berolahraga memiliki manfaat yang cukup signifikan bagi kehidupan manusia sehingga hal tersebut tentu saja bisa berkelanjutan, namun tentu saja hal tersebut tidaklah mudah perlu ada nya persyaratan khusus agar kegiatan tersebut terus berlanjut. Persyaratan nya adalah sebagai berikut.

·         1. Memilih jenis olahraga yang di sukai, tentu saja ini menjadi hal yang penting karena, individu cenderung mau melakukan sesuatu yang ia sukai.

·         2. Membuat jadwal olahraga yang bisa menyesuaikan dengan kegiatan yang lain nya agar tidak bertabarakan jadwal sehingga bisa terus di lakukan.

·       3.  Usahakan motivasi atau dorongan baik dari diri sendiri maupun dari luar diri tetap konsisten agar kegiatan tersebut terus berjalan.

·        4. Buat target pencapaian seperti menambah durasi waktu olahraga atau yang lain nya, agar tidak membosankan.

·      5.   Cari tempat yang nyaman dan berbeda beda agar tidak bosan dengan kegiatan tersebut.

·      6.   Mengajak oranglain untuk melakukan hal yang sama, agar bisa sama sama memotivasi melakukan hal yang di jalankan, seperti teman, keluarga dan yang lainnya.

 

Daftar Pustaka.

Friskilia, O., & Winata, H. (2018). Regulasi diri (pengaturan diri) sebagai determinan hasil belajar siswa sekolah menengah kejuruan. Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran3(1), 36-43.

Martin E.P Seligman, P. (2008). Menginstal Optimisme. Bandung: Karya Kita.

Shinta, A. (2013). Persepsi terhadap lingkungan. Kupasiana. Retrieved from: http://kupasiana.psikologiup45.com/2013/04/persepsi-terhadap-lingkungan.html

Taylor, S., Peplau, L., & Sears, D. (2012). Psikologi Sosial. Jakarta: Kencana.

Zimmerman, & Schunk. (2002). Self Regulated Learning and Academic Achievment. Mahwah, New Jersey: Erlbaum.

0 komentar:

Posting Komentar