Menurut tulisan Shinta (2013), salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku mahasiswa ketika menerima instruksi dari dosen mengenai perubahan diri melalui olahraga teratur adalah persepsi mereka terhadap instruksi tersebut. Persepsi sendiri dapat diartikan sebagai cara mahasiswa memahami dan menafsirkan informasi atau rangsangan yang diberikan. Dalam hal ini, apabila mahasiswa memiliki pandangan positif terhadap manfaat dan pentingnya olahraga secara teratur bagi kesehatan dan kualitas hidup mereka, kemungkinan besar mereka akan menunjukkan perilaku yang mendukung instruksi dosennya. Contohnya, mereka akan melaksanakan olahraga rutin selama minimal 8 minggu dengan tekun dan memenuhi waktu minimal 1 jam per minggu.
Sebaliknya, apabila persepsi mahasiswa terhadap manfaat olahraga teratur cenderung negatif atau ragu-ragu, kemungkinan mereka tidak akan sepenuhnya melaksanakan instruksi tersebut. Bahkan, mereka mungkin hanya melakukannya dengan kurang semangat atau bahkan mengabaikannya sama sekali. Persepsi mahasiswa juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti tingkat pengetahuan, pengalaman sebelumnya, kepentingan pribadi, dan budaya yang mereka anut. Semakin mahasiswa memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas mengenai manfaat olahraga, semakin besar kemungkinan mereka untuk konsisten melaksanakan instruksi tersebut.
Dalam kesimpulannya, tulisan Shinta (2013) menunjukkan bahwa hubungan antara persepsi mahasiswa dan perilaku yang dimunculkan saat diberikan instruksi oleh dosen untuk melakukan olahraga secara teratur sangat erat. Persepsi yang positif akan mendukung perilaku yang konsisten, sementara persepsi negatif atau ragu-ragu dapat menghambat pelaksanaan instruksi tersebut. Penting bagi dosen untuk memberikan informasi dan bantuan yang sesuai guna membentuk persepsi yang positif dan mendorong mahasiswa untuk melaksanakan perubahan diri melalui olahraga secara teratur.
Dalam konteks evaluasi mahasiswa terhadap kegiatan perubahan diri melalui olah raga, konsep psikologi positif yang diperkenalkan oleh Martin Seligman dapat memberikan gambaran yang bermanfaat. Menurut Seligman, penilaian terhadap suatu kegiatan atau pengalaman didasarkan pada tiga aspek yaitu perasaan positif, keterlibatan, dan makna. Perasaan positif merujuk pada perasaan positif yang dialami individu terhadap suatu kegiatan. Dalam hal ini, mahasiswa mungkin merasa bahagia, bergairah, atau puas ketika mereka melaksanakan olahraga secara rutin. Mereka dapat merasakan manfaat dari aktivitas fisik seperti peningkatan energi, meningkatkan suasana hati, dan merasa lebih baik secara fisik dan mental. Hal ini dapat menjadi dorongan utama bagi mahasiswa untuk terus melanjutkan kegiatan olahraga mereka.
Di sisi lain, mahasiswa juga mungkin menghadapi kesulitan dan merasa tertekan saat berusaha beradaptasi dengan olahraga baru. Hal ini bisa disebabkan oleh kurangnya keterampilan atau stamina, merasa tidak nyaman, atau kurangnya kepercayaan diri. Namun, jika mereka berhasil mengatasi tantangan ini dan melihat peningkatan dalam kemampuan mereka, mereka dapat merasakan kebahagiaan dan kepuasan atas pencapaian pribadi mereka.
Selanjutnya, aspek keterlibatan berkaitan dengan tingkat keterlibatan dan kehadiran yang dirasakan oleh mahasiswa dalam kegiatan olahraga. Jika mahasiswa merasa terlibat secara emosional dan kognitif dalam olahraga, mereka mungkin merasa lebih suka dan menikmati kegiatan tersebut. Tingkat keterlibatan yang tinggi dapat meningkatkan motivasi dan komitmen mereka terhadap perubahan diri melalui olahraga.
Yang terakhir, aspek makna berhubungan dengan nilai atau relevansi yang diberikan oleh mahasiswa terhadap kegiatan olahraga untuk perubahan diri mereka. Mahasiswa yang melihat nilai positif dalam olahraga, seperti peningkatan kesehatan fisik dan mental, merasa pencapaian, atau meningkatkan hubungan sosial, mungkin lebih cenderung menganggap kegiatan tersebut bermanfaat dan berarti bagi mereka. Namun, jika mahasiswa tidak melihat nilai atau manfaat signifikan dari olahraga, mereka mungkin merasa bahwa kegiatan tersebut tidak berarti atau tidak mampu membuat mereka menjadi lebih baik.
Dalam konteks evaluasi mahasiswa terhadap perubahan diri melalui olah raga, penting bagi pendidik atau fasilitator untuk memahami dan menyesuaikan kegiatan sesuai dengan dimensi yang disebutkan di atas. Hal ini dapat membantu membangun motivasi, keterlibatan, dan arti yang lebih positif bagi mahasiswa dalam melakukan perubahan diri melalui olah raga.
Perubahan diri melalui olahraga pada mahasiswa dapat berlangsung secara berkelanjutan jika memiliki motivasi yang kuat, kesadaran tentang pentingnya kesehatan, kemampuan menyesuaikan jadwal yang padat, dukungan sosial, serta komitmen dan disiplin yang tinggi. Mahasiswa perlu tetap konsisten dan memiliki motivasi yang tinggi dalam menjalankan olahraga secara teratur. Mereka juga harus sadar bahwa olahraga tidak hanya berdampak pada fisik, tetapi juga kesehatan mental dan emosional. Meskipun memiliki jadwal yang padat, mahasiswa harus mampu menyisihkan waktu untuk berolahraga tanpa mengesampingkan tugas kuliah dan aktivitas lainnya. Dukungan sosial dari teman, keluarga, dan komunitas olahraga juga penting dalam menjaga motivasi dan komitmen. Terakhir, mahasiswa harus memiliki komitmen dan disiplin yang tinggi untuk menjaga konsistensi dalam berolahraga, serta mengatasi segala hambatan yang mungkin muncul.
GULTOM, A. F. (2021). Makna Perubahan Dalam Identitas Diri: Perspektif Filsafat Eksistensi Soren Kierkegaard dan Relevansinya Bagi Revolusi Mental Warga Indonesia (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).
Widjaja, I., & Sihombing, I. N. I. (2020). Karakter Manusia Dilihat Dari Etika Terapan terhadap Perubahan Diri Seseorang. Didache: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen, 2(1), 37-49.
0 komentar:
Posting Komentar