28.12.23

Perilaku Keberlanjutan

ESSAY UJIAN AKHIR SEMESTER

PSIKOLOGI INOVASI

AGUNG SUTRISNO

21310410149

KELAS KARYAWAN

DOSEN PENGAMPU:

Dr. Arundati Shinta, M.A.

FAKULTAS PISKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

2023


Melalui karyanya, Martin Seligman telah memberikan kontribusi besar dalam mengembangkan pemahaman kita tentang potensi positif manusia dan bagaimana kita dapat meningkatkan kualitas hidup kita. Martin Seligman adalah seorang psikolog yang terkenal karena karyanya di bidang psikologi positif. Sebelum terjadinya revolusi psikologi positif, Seligman dikenal luas dalam konteks psikologi dalam kaitannya dengan teori pembelajaran, khususnya teori depresi. Namun, pada akhir tahun 1990an dan awal tahun 2000an, pendekatan mulai bergeser untuk menekankan kesejahteraan, kualitas hidup yang baik, dan potensi manusia.

Hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap dosennya dan perilakunya saat melakukan aktivitas olahraga secara rutin dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Sehubungan dengan hubungan tersebut, dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut:

1.  - Persepsi Siswa: Ketika siswa menganggap bahwa instruksi dosen penting dan memiliki manfaat yang jelas, mereka  akan lebih termotivasi untuk mengikuti instruksi tersebut. Kesadaran positif akan pentingnya olahraga bagi kesehatan fisik dan mental  juga  meningkatkan kemungkinan mahasiswa mengikuti instruksi.

2. - Motivasi Intrinsik: Selain instruksi instruktur, motivasi internal mahasiswa (misalnya kesadaran akan pentingnya kesehatan, keinginan untuk meningkatkan kualitas hidup, atau tujuan pribadi lainnya) juga dapat mempengaruhi perilaku. Mahasiswa yang sudah memiliki kesadaran pribadi dan komitmen  terhadap olahraga mungkin akan lebih mudah mengikuti petunjuknya.

3. - Ketersediaan sumber daya: Faktor lain yang mempengaruhi hubungan ini adalah ketersediaan sumber daya seperti peluang olahraga, waktu senggang, dan dukungan sosial. Jika mahasiswa memiliki akses mudah terhadap fasilitas olahraga dan dukungan dari teman dan keluarga, mereka cenderung mengikuti instruksi.

5.    Komunikasi dan dukungan dosen: Sikap dosen saat mengajar dan mendukung mahasiswa juga penting. Ketika instruktur memberikan motivasi, dukungan, dan sumber daya (seperti informasi tentang kesempatan berolahraga, saran  jenis olahraga yang sesuai, dan cara  mengatasi hambatan), mahasiswa cenderung lebih bersedia mengikuti instruksi.

6.  Pembentukan Kebiasaan: Olahraga teratur memerlukan pembentukan kebiasaan. Ketika mahasiswa berhasil mengembangkan kebiasaan berolahraga selama periode delapan minggu, mereka  akan melihat manfaatnya dan  lebih termotivasi untuk terus berolahraga.

Oleh karena itu, hubungan antara persepsi mahasiswa dan perilaku yang mereka tunjukkan ketika merespons instruksi dosen dalam melakukan aktivitas olahraga merupakan fungsi dari faktor internal (misalnya motivasi dan pengakuan) dan faktor eksternal (misalnya dukungan, sumber daya,  komunikasi). Penting bagi dosen untuk memahami faktor-faktor ini dan mencoba memberikan dukungan yang diperlukan untuk membantu mahasiswa berhasil menyelesaikan kegiatan olahraga tersebut.

Mengubah kebiasaan malas mahasiswa dalam melakukan olahraga bukan perkara yang mudah, dari rasa malas gerak diubah menjadi rajin bergerak (olahraga) memerlukan waktu dan juga transisi. Perubahan dari malas menjadi gerak, sama halnya dengan penyesuaian mahasiswa terhadap lingkungan baru. Shinta (2013) Jika lingkungan baru dianggap serupa dengan tempat kerja sebelumnya, transisi akan berlangsung cepat dan lancar. Sebab, lingkungan baru dirasa masih dalam batas optimal. Dampaknya adalah kondisi individu tetap konstan dan stabil yang disebut dengan homeostatis. Dalam situasi homeostatis, orang merasa nyaman dan berusaha  mempertahankan situasi tersebut. Pengalaman berulang kali berhasil mengatasi stres mengurangi toleransi individu terhadap kesalahan.

Untuk menjelaskan evaluasi mahasiswa terhadap kegiatan tersebut dengan menggunakan pendekatan psikologi positif Martin Seligman, kita dapat menghubungkannya dengan beberapa konsep utama yang dikembangkannya, antara lain: Penilaian kepribadian, optimisme, dan kualitas hidup yang baik.

1.       Penilaian Kepribadian:

-          Menurut Seligman, salah satu aspek penting dalam psikologi positif adalah pengembangan karakter dan kelebihan individu. Dalam konteks ini, evaluasi mahasiswa terhadap aktivitas olahraganya mungkin terkait dengan cara mereka mengevaluasi karakteristik dirinya sendiri seperti ketahanan, dedikasi, dan keberanian.

-          Mahasiswa yang mengalami kesulitan mungkin merasa kurang memiliki kualitas tertentu yang diperlukan untuk melakukan aktivitas olahraga secara rutin, sedangkan mahasiswa yang merasa bahagia adalah mereka yang mendapati dirinya terlibat dalam aktivitas tersebut. Mahasiswa mungkin menganggap dosen sebagai orang dengan kualitas positif yang meningkatkan dukungan.

2.       Optimisme:

- Seligman berpendapat bahwa optimisme adalah kunci  mencapai kemakmuran. Mahasiswa yang bersemangat untuk terjun dalam olahraga cenderung optimis terhadap kemampuan mereka untuk beradaptasi dan berkembang melalui pengalaman atletik mereka.

- Sebaliknya, siswa yang merasa stres atau menganggap kegiatan tersebut tidak ada gunanya mungkin akan mengembangkan sikap kurang optimis atau  pesimis. Menurut Seligman, penting untuk mengatasi pola pikir pesimistis dan menumbuhkan optimisme untuk meningkatkan kualitas hidup.   

Kualitas Hidup:

- Salah satu fokus utama Seligman adalah meningkatkan kualitas hidup melalui psikologi positif. Evaluasi mahasiswa terhadap aktivitas olahraga  sangat dipengaruhi oleh bagaimana mereka memandang aktivitas tersebut berdampak pada kualitas hidup mereka.

- Mahasiswa yang meyakini kegiatan ini bermanfaat dan akan meningkatkan kualitas hidup mereka kemungkinan besar akan lebih termotivasi untuk melanjutkannya.

Sebaliknya, jika Mahasiswa merasa aktivitas tersebut tidak bermanfaat dan tidak merugikan, mahasiswa mungkin tidak melihat adanya nilai positif apa pun di dalamnya. Oleh karena itu, untuk memahami evaluasi mahasiswa terhadap kegiatan olahraga berdasarkan pendekatan Martin Seligman, perlu dipahami bahwa pandangan mahasiswa tentang karakteristik, optimisme, dan bagaimana kegiatan tersebut mempengaruhi kualitas hidup.  Melalui pemahaman ini, kita dapat menemukan cara untuk mendukung mahasiswa dalam mengatasi hambatan dan mengembangkan sikap yang lebih positif terhadap aktivitas fisik dan kesehatan secara keseluruhan. Suatu kegiatan olahraga yang berkelanjutan, atau suatu kegiatan olahraga yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama, memerlukan beberapa syarat dan unsur. Berikut  beberapa pertimbangan yang dapat mempengaruhi  kegiatan olahraga berkelanjutan:

1.    Motivasi yang konsisten: Kegiatan olahraga  berkelanjutan memerlukan motivasi yang konsisten dari individu tersebut. Motivasi datang dari berbagai sumber, termasuk kesadaran akan manfaat kesehatan, peningkatan kualitas hidup, dan tujuan pribadi yang ingin dicapai melalui olahraga.

2.   Tujuan yang Jelas dan Terukur:  Menetapkan tujuan yang spesifik, terukur, dan realistis  membantu individu tetap fokus dan termotivasi. Memiliki tujuan yang jelas memungkinkan seseorang untuk melacak kemajuannya dan memotivasi mereka untuk terus bergerak maju.

3.  Rutinitas Bawaan:  Menjadikan olahraga sebagai bagian dari rutinitas harian atau mingguan akan membantu Anda menjaga konsistensi. Jika mahasiswa dapat memasukkan kebiasaan berolahraga ke dalam jadwal harian atau mingguan, kemungkinan besar mahasiswa akan terus melakukannya dalam jangka panjang.

4.    Dukungan Sosial:  Dukungan dari teman, keluarga, dan komunitas dapat menjadi motivator yang kuat untuk pelatihan lebih lanjut. Dukungan tersebut dapat berupa dukungan emosional, kegiatan olahraga bersama, atau  menjadi bagian dari komunitas olahraga yang saling menginspirasi.

6.  Penyesuaian dengan preferensi dan kebutuhan pribadi: Penting untuk menemukan  olahraga atau aktivitas fisik yang sesuai dengan preferensi, kebutuhan, dan kemampuan pribadi Anda. Orang-orang yang menyukai suatu aktivitas dan merasa aktivitas tersebut cocok dengan gaya hidup mereka, lebih cenderung untuk berolahraga secara teratur.

7.  Ketersediaan dan aksesibilitas fasilitas: Faktor lain yang mempengaruhi keberlangsungan kegiatan olahraga adalah tersedianya fasilitas olahraga yang mudah dijangkau. Jika seseorang memiliki akses yang mudah dan nyaman terhadap fasilitas olahraga, hal itu dapat membantunya untuk terus berlatih.

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas, keberlanjutan kegiatan olahraga sangat mungkin dicapai dengan pendekatan  dan dukungan yang tepat. Penting untuk menyadari bahwa setiap individu memiliki kebutuhan, preferensi, dan tantangan yang unik. Oleh karena itu, pendekatan yang terinformasi dan pribadi adalah kunci untuk menjaga konsistensi

REFERENSI :

Effendy, N. (2016). Konsep flourishing dalam psikologi positif: Subjective well-being atau berbeda. In Seminar Asean Psychology & Humanity (Vol. 2004, pp. 326-333).

Effendy, N. (2016). PSIKOLOGI POSITIF: Teori dan Terapan untuk Perubahan. Asosiasi Psikologi Positif Indonesia (AP2I).

Shinta, A. (2013). Persepsi terhadap lingkungan. Kupasiana. Retrieved from:

http://kupasiana.psikologiup45.com/2013/04/persepsi-terhadap-lingkungan.html

 

 

 

 

 

  

0 komentar:

Posting Komentar