ESSAY
UJIAN AKHIR SEMESTER
PSIKOLOGI
INOVASI
AGUNG
SUTRISNO
21310410149
KELAS
KARYAWAN
DOSEN
PENGAMPU:
Dr.
Arundati Shinta, M.A.
FAKULTAS
PISKOLOGI
UNIVERSITAS
PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA
2023
Melalui karyanya, Martin Seligman
telah memberikan kontribusi besar dalam mengembangkan pemahaman kita tentang
potensi positif manusia dan bagaimana kita dapat meningkatkan kualitas hidup
kita. Martin Seligman adalah seorang psikolog yang terkenal karena karyanya di
bidang psikologi positif. Sebelum terjadinya revolusi psikologi positif,
Seligman dikenal luas dalam konteks psikologi dalam kaitannya dengan teori
pembelajaran, khususnya teori depresi. Namun, pada akhir tahun 1990an dan awal
tahun 2000an, pendekatan mulai bergeser untuk menekankan kesejahteraan,
kualitas hidup yang baik, dan potensi manusia.
Hubungan antara persepsi mahasiswa
terhadap dosennya dan perilakunya saat melakukan aktivitas olahraga secara
rutin dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Sehubungan dengan hubungan
tersebut, dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut:
1. - Persepsi
Siswa: Ketika siswa menganggap bahwa instruksi dosen penting dan memiliki
manfaat yang jelas, mereka akan lebih
termotivasi untuk mengikuti instruksi tersebut. Kesadaran positif akan
pentingnya olahraga bagi kesehatan fisik dan mental juga
meningkatkan kemungkinan mahasiswa mengikuti instruksi.
2. - Motivasi
Intrinsik: Selain instruksi instruktur, motivasi internal mahasiswa (misalnya
kesadaran akan pentingnya kesehatan, keinginan untuk meningkatkan kualitas
hidup, atau tujuan pribadi lainnya) juga dapat mempengaruhi perilaku. Mahasiswa
yang sudah memiliki kesadaran pribadi dan komitmen terhadap olahraga mungkin akan lebih mudah
mengikuti petunjuknya.
3. - Ketersediaan sumber daya: Faktor lain yang mempengaruhi hubungan ini adalah ketersediaan sumber daya seperti peluang olahraga, waktu senggang, dan dukungan sosial. Jika mahasiswa memiliki akses mudah terhadap fasilitas olahraga dan dukungan dari teman dan keluarga, mereka cenderung mengikuti instruksi.
5. Komunikasi
dan dukungan dosen: Sikap dosen saat mengajar dan mendukung mahasiswa juga
penting. Ketika instruktur memberikan motivasi, dukungan, dan sumber daya
(seperti informasi tentang kesempatan berolahraga, saran jenis olahraga yang sesuai, dan cara mengatasi hambatan), mahasiswa cenderung
lebih bersedia mengikuti instruksi.
6. Pembentukan Kebiasaan: Olahraga teratur
memerlukan pembentukan kebiasaan. Ketika mahasiswa berhasil mengembangkan
kebiasaan berolahraga selama periode delapan minggu, mereka akan melihat manfaatnya dan lebih termotivasi untuk terus berolahraga.
Oleh karena itu, hubungan antara
persepsi mahasiswa dan perilaku yang mereka tunjukkan ketika merespons
instruksi dosen dalam melakukan aktivitas olahraga merupakan fungsi dari faktor
internal (misalnya motivasi dan pengakuan) dan faktor eksternal (misalnya
dukungan, sumber daya, komunikasi).
Penting bagi dosen untuk memahami faktor-faktor ini dan mencoba memberikan
dukungan yang diperlukan untuk membantu mahasiswa berhasil menyelesaikan
kegiatan olahraga tersebut.
Mengubah kebiasaan malas mahasiswa
dalam melakukan olahraga bukan perkara yang mudah, dari rasa malas gerak diubah
menjadi rajin bergerak (olahraga) memerlukan waktu dan juga transisi. Perubahan
dari malas menjadi gerak, sama halnya dengan penyesuaian mahasiswa terhadap
lingkungan baru. Shinta (2013) Jika lingkungan baru dianggap serupa dengan
tempat kerja sebelumnya, transisi akan berlangsung cepat dan lancar. Sebab,
lingkungan baru dirasa masih dalam batas optimal. Dampaknya adalah kondisi
individu tetap konstan dan stabil yang disebut dengan homeostatis. Dalam
situasi homeostatis, orang merasa nyaman dan berusaha mempertahankan situasi tersebut. Pengalaman
berulang kali berhasil mengatasi stres mengurangi toleransi individu terhadap
kesalahan.
Untuk menjelaskan evaluasi mahasiswa
terhadap kegiatan tersebut dengan menggunakan pendekatan psikologi positif
Martin Seligman, kita dapat menghubungkannya dengan beberapa konsep utama yang
dikembangkannya, antara lain: Penilaian kepribadian, optimisme, dan kualitas
hidup yang baik.
1.
Penilaian
Kepribadian:
-
Menurut
Seligman, salah satu aspek penting dalam psikologi positif adalah pengembangan
karakter dan kelebihan individu. Dalam konteks ini, evaluasi mahasiswa terhadap
aktivitas olahraganya mungkin terkait dengan cara mereka mengevaluasi
karakteristik dirinya sendiri seperti ketahanan, dedikasi, dan keberanian.
-
Mahasiswa
yang mengalami kesulitan mungkin merasa kurang memiliki kualitas tertentu yang
diperlukan untuk melakukan aktivitas olahraga secara rutin, sedangkan mahasiswa
yang merasa bahagia adalah mereka yang mendapati dirinya terlibat dalam
aktivitas tersebut. Mahasiswa mungkin menganggap dosen sebagai orang dengan
kualitas positif yang meningkatkan dukungan.
2.
Optimisme:
- Seligman berpendapat bahwa optimisme adalah kunci mencapai kemakmuran. Mahasiswa yang bersemangat untuk terjun dalam olahraga cenderung optimis terhadap kemampuan mereka untuk beradaptasi dan berkembang melalui pengalaman atletik mereka.
- Sebaliknya, siswa yang merasa stres atau menganggap kegiatan tersebut tidak ada gunanya mungkin akan mengembangkan sikap kurang optimis atau pesimis. Menurut Seligman, penting untuk mengatasi pola pikir pesimistis dan menumbuhkan optimisme untuk meningkatkan kualitas hidup.
Kualitas Hidup:
- Salah
satu fokus utama Seligman adalah meningkatkan kualitas hidup melalui psikologi
positif. Evaluasi mahasiswa terhadap aktivitas olahraga sangat dipengaruhi oleh bagaimana mereka
memandang aktivitas tersebut berdampak pada kualitas hidup mereka.
- Mahasiswa
yang meyakini kegiatan ini bermanfaat dan akan meningkatkan kualitas hidup
mereka kemungkinan besar akan lebih termotivasi untuk melanjutkannya.
Sebaliknya, jika Mahasiswa merasa
aktivitas tersebut tidak bermanfaat dan tidak merugikan, mahasiswa mungkin
tidak melihat adanya nilai positif apa pun di dalamnya. Oleh karena itu, untuk
memahami evaluasi mahasiswa terhadap kegiatan olahraga berdasarkan pendekatan
Martin Seligman, perlu dipahami bahwa pandangan mahasiswa tentang
karakteristik, optimisme, dan bagaimana kegiatan tersebut mempengaruhi kualitas
hidup. Melalui pemahaman ini, kita dapat
menemukan cara untuk mendukung mahasiswa dalam mengatasi hambatan dan
mengembangkan sikap yang lebih positif terhadap aktivitas fisik dan kesehatan
secara keseluruhan. Suatu kegiatan olahraga yang berkelanjutan, atau suatu
kegiatan olahraga yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama, memerlukan
beberapa syarat dan unsur. Berikut
beberapa pertimbangan yang dapat mempengaruhi kegiatan olahraga berkelanjutan:
1. Motivasi
yang konsisten: Kegiatan olahraga
berkelanjutan memerlukan motivasi yang konsisten dari individu tersebut.
Motivasi datang dari berbagai sumber, termasuk kesadaran akan manfaat
kesehatan, peningkatan kualitas hidup, dan tujuan pribadi yang ingin dicapai
melalui olahraga.
2. Tujuan
yang Jelas dan Terukur: Menetapkan
tujuan yang spesifik, terukur, dan realistis
membantu individu tetap fokus dan termotivasi. Memiliki tujuan yang
jelas memungkinkan seseorang untuk melacak kemajuannya dan memotivasi mereka
untuk terus bergerak maju.
3. Rutinitas
Bawaan: Menjadikan olahraga sebagai
bagian dari rutinitas harian atau mingguan akan membantu Anda menjaga
konsistensi. Jika mahasiswa dapat memasukkan kebiasaan berolahraga ke dalam
jadwal harian atau mingguan, kemungkinan besar mahasiswa akan terus
melakukannya dalam jangka panjang.
4. Dukungan Sosial: Dukungan dari teman, keluarga, dan komunitas dapat menjadi motivator yang kuat untuk pelatihan lebih lanjut. Dukungan tersebut dapat berupa dukungan emosional, kegiatan olahraga bersama, atau menjadi bagian dari komunitas olahraga yang saling menginspirasi.
6. Penyesuaian
dengan preferensi dan kebutuhan pribadi: Penting untuk menemukan olahraga atau aktivitas fisik yang sesuai
dengan preferensi, kebutuhan, dan kemampuan pribadi Anda. Orang-orang yang
menyukai suatu aktivitas dan merasa aktivitas tersebut cocok dengan gaya hidup
mereka, lebih cenderung untuk berolahraga secara teratur.
7. Ketersediaan
dan aksesibilitas fasilitas: Faktor lain yang mempengaruhi keberlangsungan
kegiatan olahraga adalah tersedianya fasilitas olahraga yang mudah dijangkau. Jika
seseorang memiliki akses yang mudah dan nyaman terhadap fasilitas olahraga, hal
itu dapat membantunya untuk terus berlatih.
Dengan mempertimbangkan
faktor-faktor di atas, keberlanjutan kegiatan olahraga sangat mungkin dicapai
dengan pendekatan dan dukungan yang
tepat. Penting untuk menyadari bahwa setiap individu memiliki kebutuhan,
preferensi, dan tantangan yang unik. Oleh karena itu, pendekatan yang
terinformasi dan pribadi adalah kunci untuk menjaga konsistensi
REFERENSI :
Effendy, N. (2016). Konsep flourishing dalam psikologi
positif: Subjective well-being atau berbeda. In Seminar Asean Psychology & Humanity (Vol. 2004, pp. 326-333).
Effendy, N. (2016). PSIKOLOGI POSITIF: Teori dan Terapan
untuk Perubahan. Asosiasi Psikologi Positif Indonesia (AP2I).
Shinta, A. (2013). Persepsi
terhadap lingkungan. Kupasiana.
Retrieved from:
http://kupasiana.psikologiup45.com/2013/04/persepsi-terhadap-lingkungan.html
0 komentar:
Posting Komentar