UJIAN AKHIR SEMESTER
Nama / Nim : Sylvia Anggraeni ( 21310410027 )
Dosen Pengampu : Dr. Dra. Arundati Shinta., MA
Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi persepsi mahasiswa terhadap jenis pengajaran ini meliputi:
a.
Kesadaran Diri : mahasiswa dengan tingkat
kepercayaan diri yang tinggi mungkin lebih terbuka terhadap ide-ide perubahan
diri. Mereka mungkin lebih mampu menerima dan menghargai saran dari instruktur
yang positif.
b.
Motivasi Pribadi: mahasiswa yang secara
intrinsik termotivasi untuk tumbuh dan berkembang lebih mungkin merespons
secara positif instruksi untuk
transformasi diri. Meskipun motivasi ekstrinsik, seperti tekanan dari orang
lain, juga dapat mempunyai pengaruh, perubahan biasanya lebih tahan lama bila
motivasi datang dari dalam.
c.
Kematangan Emosi: Tingkat kematangan emosi dapat
mempengaruhi cara mahasiswa menyikapi perubahan pribadi. mahasiswa yang matang
secara emosional mungkin lebih mampu
mengatasi penolakan dan ketidaknyamanan yang mungkin timbul selama proses
perubahan.
d.
Pengalaman mengajar sebelumnya: Pengalaman
mengajar sebelumnya dapat mempengaruhi persepsi mahasiswa terhadap pengajaran
transformasi diri. Siswa yang telah mengalami pendekatan pembelajaran inklusif dan kolaboratif mungkin lebih siap
menghadapi perubahan.
e.
Gaya Belajar: Gaya belajar yang berbeda dapat
mempengaruhi cara mahasiswa merespons instruksi transformasi diri. Beberapa
siswa merasa lebih nyaman dengan pendekatan praktis, sementara yang lain lebih
merespons pendekatan teoritis atau
spekulatif.
f. Kondisi Lingkungan: Faktor lingkungan, seperti dukungan teman dan keluarga serta budaya organisasi kampus, dapat mempengaruhi cara mahasiswa merespons instruksi perubahan diri. Ketika membahas pengajaran transformasi diri, penting bagi dosesn untuk memahami keragaman mahasiswanya dan mempertimbangkan pendekatan yang memotivasi dan mendukung mahasiswa nya dalam perjalanan mereka menuju pengembangan pribadi. Selain itu, menciptakan lingkungan yang terbuka, inklusif, dan mendukung dapat membantu meningkatkan respons positif mahasiswa terhadap pelajaran Anda.
2. Saat menilai respons mahasiswa terhadap aktivitas perubahan diri, Anda dapat menggunakan pendekatan Martin Seligman yang mencakup unsur PERMA (Positive Emotions, Engagement, Relationships, Meaning, dan Achievement). Mari kita terapkan konsep ini dengan menggunakan contoh reaksi siswa terhadap suatu kegiatan olahraga:
a.
Emosi Positif:
-
Reaksi Positif: Mengenal Olahraga mahasiswa
dapat merasakan emosi positif seperti kegembiraan, kesenangan dan merasa puas. Hal
ini akan meningkatkan motivasi Anda untuk terus mengikuti kegiatan tersebut.
-
Reaksi negatif: mahasiswa yang tidak puas dengan olahraganya
mungkin mengalami emosi negatif seperti frustrasi dan ketakutan.
a.
Keterlibatan:
-
Respon positif: Ketika mahasiswa merasa terlibat
dan menikmati aktivitas fisik, mereka
merasakan keterlibatan aktif dan menganggapnya bermakna, yang mengarah
pada pengalaman.
-
Reaksi negatif: mahasiswa yang kesulitan atau tidak menyukai olahraga
mungkin kurang terlibat dan merasa
tertekan untuk berpartisipasi.
a.
Hubungan:
-
Reaksi Positif: Jika kegiatan mencakup interaksi
sosial, mahasiswa yang menikmati olahraga merasa terhubung dengan peserta lain
dan mengembangkan hubungan sosial yang positif.
-
Reaksi negatif: Bagi orang yang kurang
beruntung, kegiatan ini dapat menimbulkan perasaan terisolasi dan tidak nyaman
dalam interaksi sosial.
a.
Arti:
-
Respon positif: mahasiswa yang memandang olahraga sebagai
sesuatu yang bermakna, seperti kesehatan
atau kesuksesan pribadi, akan lebih termotivasi dan menganggap aktivitas
tersebut relevan dan mungkin merasa ada.
-
Reaksi negatif: Orang yang menganggap aktivitas
ini tidak ada gunanya mungkin merasa tidak melihat gunanya atau manfaat dari
berpartisipasi.
b.
Tingkat Prestasi:
-
Respon Positif: mahasiswa yang mengatasi
kesulitan atau mencapai tujuan atletik mungkin merasakan pencapaian yang
meningkatkan harga diri dan motivasi
mereka.
- Reaksi negatif: Orang yang merasa tidak mungkin memperoleh efek mungkin menganggap kegiatan ini tidak membawa banyak hasil.
Penting bagi dosen untuk menanggapi reaksi mahasiswa secara positif, mendukung siswa untuk mengatasi kesulitan, dan membantu mahasiswa menemukan makna pribadi dalam kegiatan. Menciptakan lingkungan inklusif dan memberikan dukungan dapat membantu meningkatkan kesadaran siswa terhadap kegiatan transformasi diri.
3. Ya, kegiatan transformasi diri dalam olahraga dikatakan berkelanjutan apabila memenuhi beberapa syarat yang mendukung keberlanjutan. Berikut adalah beberapa kondisi yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kegiatan transformasi diri yang berkelanjutan dalam konteks olahraga:
a.
Relevansi dan motivasi: Kegiatan olahraga
dikaitkan dengan tujuan pribadi siswa dan nilai-nilai harus dikaitkan
dengannya. Motivasi yang kuat untuk berolahraga dapat menjadi alasan utama
untuk tetap melanjutkan aktivitas tersebut.
b.
Tujuan yang Dapat Dicapai: Menetapkan tujuan
realistis yang dicapai secara bertahap akan memberikan siswa rasa kemajuan. Sasaran
yang terukur dan dapat dicapai dapat
membuat Anda tetap termotivasi.
c.
Dukungan Sosial: Dukungan dari rekan kerja,
keluarga, dan komunitas olahraga dapat memberikan dorongan positif. Bergabung
dengan grup atau tim olahraga
menciptakan rasa keterhubungan dan dukungan sosial yang membantu kita
tetap aktif.
d.
Variasi
dan Fleksibilitas: Variasi olahraga dan aktivitas fisik serta fleksibilitas
rencana latihan menjadikan aktivitas lebih menarik dan menghindari kebosanan. Fleksibilitas
juga membantu siswa mengatasi kendala seperti jadwal yang padat.
e.
Pengalaman Positif: Menciptakan pengalaman
positif selama aktivitas olahraga
meningkatkan motivasi untuk melanjutkan. Pengalaman positif mencakup
rasa pencapaian, kepuasan, dan kegembiraan selama atau setelah suatu aktivitas.
f.
Pembelajaran dan Perkembangan: Fokus pada
pembelajaran dan pengembangan pribadi melalui olahraga dapat meningkatkan daya
tarik dan keberlanjutan. Siswa yang memandang aktivitas olahraga sebagai
peluang untuk berkembang dan maju cenderung lebih terlibat.
g.
Integrasi
ke dalam Gaya Hidup: Kegiatan olahraga harus
diintegrasikan ke dalam kehidupan sehari-hari siswa. Ketika olahraga
menjadi kebiasaan positif yang terintegrasi secara alami, maka kemungkinan
besar olahraga tersebut akan berkelanjutan.
h. Manajemen
yang benar: Manajemen waktu dan tenaga yang bijaksana dalam merencanakan dan
melaksanakan kegiatan olahraga akan membantu siswa mengatasi hambatan praktis. Rencana
yang realistis dan terstruktur akan membantu Anda menjaga konsistensi.
i. Mengatasi Hambatan dan Kendala :
Mengidentifikasi dan mengatasi kendala dan hambatan yang mungkin terjadi pada saat melakukan
kegiatan olah raga. Ini mungkin termasuk kelelahan, rasa tidak enak badan, atau
hambatan lain yang mungkin menghalangi Anda untuk melanjutkan.
Kesinambungan dalam kegiatan perubahan diri untuk olahraga
melibatkan pendekatan holistik yang memperhatikan aspek fisik, psikologis, dan
sosial. Dengan memperhitungkan dan memenuhi syarat-syarat tersebut, kegiatan
olahraga dapat menjadi bagian integral dari gaya hidup mahasiswa yang
berkelanjutan.
Daftar Pustaka
Juneman, J., & Takwin,
B. (2013). Kesadaran perubahan diri dan persepsi terhadap perubahan sosial pada
mahasiswa. Jurnal Psikologi, 5(1).
Budiani, M. S., Mulyana, O.
P., & Puspitadewi, N. W. S. (2020). Peran Kepercayaan Diri dan Kemampuan
Multitasking terhadap Readiness to Change pada Mahasiswa. Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, 10(2), 150.
0 komentar:
Posting Komentar