28.12.23

PENTINGNYA PERSEPSI DALAM PERUBAHAN PERILAKU - ESAII UAS

 

                                                    

UJIAN AKHIR SEMESTER

Nama / Nim : Sylvia Anggraeni ( 21310410027 )

Dosen Pengampu : Dr. Dra. Arundati Shinta., MA

1. Persepsi mahasiswa terhadap instruksi dosen dalam melaksanakan kegiatan perubahan diri dapat berbeda-beda tergantung pada beberapa faktor, seperti karakteristik pribadi, latar belakang pendidikan, dan pengalaman masa lalu.

 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi persepsi mahasiswa terhadap jenis pengajaran ini meliputi:

a.       Kesadaran Diri : mahasiswa dengan tingkat kepercayaan diri yang tinggi mungkin lebih terbuka terhadap ide-ide perubahan diri. Mereka mungkin lebih mampu menerima dan menghargai saran dari instruktur yang positif.

b.       Motivasi Pribadi: mahasiswa yang secara intrinsik termotivasi untuk tumbuh dan berkembang lebih mungkin merespons secara positif  instruksi untuk transformasi diri. Meskipun motivasi ekstrinsik, seperti tekanan dari orang lain, juga dapat mempunyai pengaruh, perubahan biasanya lebih tahan lama bila motivasi datang dari dalam.

c.       Kematangan Emosi: Tingkat kematangan emosi dapat mempengaruhi cara mahasiswa menyikapi perubahan pribadi. mahasiswa yang matang secara emosional  mungkin lebih mampu mengatasi penolakan dan ketidaknyamanan yang mungkin timbul selama proses perubahan.

d.       Pengalaman mengajar sebelumnya: Pengalaman mengajar sebelumnya dapat mempengaruhi persepsi mahasiswa terhadap pengajaran transformasi diri. Siswa yang telah mengalami pendekatan pembelajaran  inklusif dan kolaboratif mungkin lebih siap menghadapi perubahan.

e.       Gaya Belajar: Gaya belajar yang berbeda dapat mempengaruhi cara mahasiswa merespons instruksi transformasi diri. Beberapa siswa merasa lebih nyaman dengan pendekatan praktis, sementara yang lain lebih merespons  pendekatan teoritis atau spekulatif.

f.        Kondisi Lingkungan: Faktor lingkungan, seperti dukungan  teman  dan keluarga serta budaya organisasi  kampus, dapat mempengaruhi cara mahasiswa merespons instruksi perubahan diri. Ketika membahas pengajaran transformasi diri, penting bagi dosesn untuk memahami keragaman mahasiswanya dan mempertimbangkan pendekatan yang memotivasi dan mendukung mahasiswa nya dalam perjalanan mereka menuju pengembangan pribadi. Selain itu, menciptakan lingkungan yang terbuka, inklusif, dan mendukung dapat membantu meningkatkan respons positif mahasiswa terhadap pelajaran Anda.

2. Saat menilai respons mahasiswa terhadap aktivitas perubahan diri, Anda dapat menggunakan pendekatan Martin Seligman yang mencakup unsur PERMA (Positive Emotions, Engagement, Relationships, Meaning, dan Achievement). Mari kita terapkan konsep ini dengan menggunakan contoh reaksi siswa terhadap suatu kegiatan olahraga:

a.       Emosi Positif:

-          Reaksi Positif: Mengenal Olahraga mahasiswa dapat merasakan emosi positif seperti kegembiraan, kesenangan dan merasa puas. Hal ini akan meningkatkan motivasi Anda untuk terus mengikuti kegiatan tersebut.

-          Reaksi negatif:  mahasiswa yang tidak puas dengan olahraganya mungkin mengalami emosi negatif seperti frustrasi dan ketakutan.

a.       Keterlibatan:

-          Respon positif: Ketika mahasiswa merasa terlibat dan menikmati aktivitas fisik, mereka  merasakan keterlibatan aktif dan menganggapnya bermakna, yang mengarah pada pengalaman.

-          Reaksi negatif: mahasiswa yang  kesulitan atau tidak menyukai olahraga mungkin kurang terlibat dan  merasa tertekan untuk berpartisipasi.

a.       Hubungan:  

-          Reaksi Positif: Jika kegiatan mencakup interaksi sosial, mahasiswa yang menikmati olahraga merasa terhubung dengan peserta lain dan mengembangkan hubungan sosial yang positif.

-          Reaksi negatif: Bagi orang yang kurang beruntung, kegiatan ini dapat menimbulkan perasaan terisolasi dan tidak nyaman dalam interaksi sosial.

a.       Arti:

-          Respon positif:  mahasiswa yang memandang olahraga sebagai sesuatu yang bermakna, seperti  kesehatan atau kesuksesan pribadi, akan lebih termotivasi dan menganggap aktivitas tersebut relevan dan  mungkin merasa ada.

-          Reaksi negatif: Orang yang menganggap aktivitas ini tidak ada gunanya mungkin merasa tidak melihat gunanya atau manfaat dari berpartisipasi.

b.       Tingkat Prestasi:

-          Respon Positif: mahasiswa yang mengatasi kesulitan atau mencapai tujuan atletik mungkin merasakan pencapaian yang meningkatkan  harga diri dan motivasi mereka.

-          Reaksi negatif: Orang yang merasa tidak mungkin memperoleh efek mungkin menganggap kegiatan ini tidak membawa banyak hasil.

Penting bagi dosen untuk menanggapi reaksi mahasiswa secara positif, mendukung siswa untuk mengatasi kesulitan, dan membantu mahasiswa menemukan makna pribadi dalam kegiatan. Menciptakan lingkungan  inklusif dan memberikan dukungan dapat membantu meningkatkan kesadaran siswa terhadap kegiatan transformasi diri.

3. Ya, kegiatan transformasi diri dalam olahraga dikatakan berkelanjutan apabila memenuhi beberapa syarat yang mendukung keberlanjutan.  Berikut adalah beberapa kondisi yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kegiatan transformasi diri yang berkelanjutan  dalam konteks olahraga:

a.       Relevansi dan motivasi: Kegiatan olahraga dikaitkan dengan tujuan pribadi siswa dan nilai-nilai harus dikaitkan dengannya. Motivasi yang kuat untuk berolahraga dapat menjadi alasan utama untuk tetap melanjutkan aktivitas tersebut.

b.       Tujuan yang Dapat Dicapai: Menetapkan tujuan realistis yang dicapai secara bertahap akan memberikan siswa rasa kemajuan. Sasaran yang terukur dan  dapat dicapai dapat membuat Anda tetap termotivasi.

c.       Dukungan Sosial: Dukungan dari rekan kerja, keluarga, dan komunitas olahraga dapat memberikan dorongan positif. Bergabung dengan grup atau tim olahraga  menciptakan rasa keterhubungan dan dukungan sosial yang membantu kita tetap aktif.

d.        Variasi dan Fleksibilitas: Variasi olahraga dan aktivitas fisik serta fleksibilitas rencana latihan menjadikan aktivitas lebih menarik dan menghindari kebosanan. Fleksibilitas juga membantu siswa mengatasi kendala seperti jadwal yang padat.

e.       Pengalaman Positif: Menciptakan pengalaman positif selama aktivitas olahraga  meningkatkan motivasi untuk melanjutkan. Pengalaman positif mencakup rasa pencapaian, kepuasan, dan kegembiraan selama atau setelah suatu aktivitas.

f.        Pembelajaran dan Perkembangan: Fokus pada pembelajaran dan pengembangan pribadi melalui olahraga dapat meningkatkan daya tarik dan keberlanjutan. Siswa yang memandang aktivitas olahraga sebagai peluang untuk berkembang dan maju cenderung lebih terlibat.

g.        Integrasi ke dalam Gaya Hidup: Kegiatan olahraga harus  diintegrasikan ke dalam kehidupan sehari-hari siswa. Ketika olahraga menjadi kebiasaan positif yang terintegrasi secara alami, maka kemungkinan besar olahraga tersebut akan berkelanjutan.

h.     Manajemen yang benar: Manajemen waktu dan tenaga yang bijaksana dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan olahraga akan membantu siswa mengatasi hambatan praktis. Rencana yang realistis dan terstruktur akan membantu Anda menjaga konsistensi.

i.       Mengatasi Hambatan dan Kendala : Mengidentifikasi dan mengatasi kendala dan hambatan  yang mungkin terjadi pada saat melakukan kegiatan olah raga. Ini mungkin termasuk kelelahan, rasa tidak enak badan, atau hambatan lain yang mungkin menghalangi Anda untuk melanjutkan.

Kesinambungan dalam kegiatan perubahan diri untuk olahraga melibatkan pendekatan holistik yang memperhatikan aspek fisik, psikologis, dan sosial. Dengan memperhitungkan dan memenuhi syarat-syarat tersebut, kegiatan olahraga dapat menjadi bagian integral dari gaya hidup mahasiswa yang berkelanjutan.


Daftar Pustaka

Juneman, J., & Takwin, B. (2013). Kesadaran perubahan diri dan persepsi terhadap perubahan sosial pada mahasiswa. Jurnal Psikologi5(1).

Budiani, M. S., Mulyana, O. P., & Puspitadewi, N. W. S. (2020). Peran Kepercayaan Diri dan Kemampuan Multitasking terhadap Readiness to Change pada Mahasiswa. Jurnal Psikologi Teori dan Terapan10(2), 150.


0 komentar:

Posting Komentar