ESSAY UJIAN AKHIR SMESTER PSIKOLOGI INOVASI
Mata Kuliah: Psikologi Inovasi
Tugas: Ujian Akhir Smester (UAS)
Dosen Pengampu: Dr. Dra. Arundhati Shinta, MA
Di susun oleh: Ari Kurniawan, S.Pd, AIFO-P (21310410044)
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Hubungan antara
persepsi mahasiswa dengan perilaku perubahan diri sangat erat kaitannya. Persepsi akan
membuat mahasiswa memberikan penilaian yang berbeda terhadap setiap stimulus
yang muncul. Sarwono (dalam Shinta, 2013), menjelaskan bahwa dalam mempersepsikan
stimulus individu dipengaruhi lima faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan
persepsi yaitu budaya, status sosial ekonomi, usia, agama, dan interaksi antara
peran gender, desa/kota, dan suku. Apabila persepsi dalam batas optimal maka
akan mengakibatkan homeostatis yaitu individu akan berusaha untuk
mempertahankan situasi itu nyaman yang dia rasakan. Sedengkan, persepsi di luar
batas optimal maka akan menimbulkan stres dan individu akan mencoba melakukan
koping. Apabila koping berhasil berarti individu telah mampu beradaptasi dan
sebaliknya apabila individu gagal melakukan koping maka akan menghadapi stres
yang berkelanjutan. Hal ini selaras dengan mahasiswa yang mendapatkan tugas
perubahan diri dari dosen, apabila mahasiswa tersebut terbiasa melakukan
olahraga maka dia akan mempertahankan kebiasaannya tersebut karena telah
nyaman. Bagi yang tidak terbiasa olahraga maka mahasiswa akan mencoba melakukan
perubahan diri dengan berolahraga sedikit demi sedikit agar terbiasa dalam
rangka adaptasi. Sedangkan, bagi yang tidak berhasil beradaptasi dalam tugas
perubahan diri maka mahasiswa tersebut akan cenderung menghindar dan bahkan
tidak melakukannya.
Mahasiswa yang merasa
tertekan karena tidak senang dengan olah raga atau bahkan merasa kegiatan tersebut akan berakhir sia-sia dapat mengevaluasi kegiatan tersebut dengan menggunakan
metode PERMA dari Martin Seligman. Pertama, positive emotion yaitu
mempunyai pikiran positif terhadap kesulitan yang dihadapi dalam melaksanakan
perubahan diri melalui aktivitas olahraga. Kedua, engagement yaitu
berusaha berkomitmen melaksanakan tugas perubahan diri dengan melakukan
olahraga secara bertahap sehingga tubuh kita akan terbiasa. Meskipun, awalnya
terasa berat namun apabila sudah terbiasa akan terasa ringan dan menyenangkan.
Ketiga, relationship yaitu menjalin hubungan dengan rekan-rekan
mahasiswa lainnya yang melaksanakan tugas perubahan diri sehingga dapat saling
menguatkan dan memberikan dukungan terhadap setiap kesulitan yang dihadapi.
Keempat, meaning yaitu mencoba memahami makna dibalik dari tugas
perubahan diri dengan berolahraga mulai dari manfaat jangka pendek dan jangka
panjang yang akan didapatkan. Kelima, accomplishment yaitu meyakini
bahwa kita mampu berprestasi atau mendapatkan hasil terbaik dari tugas perubahan
diri tersebut sehingga apabila kita menghadapi kesulitan mampu mengubahnya
menjadi sebuah tantangan untuk berprestasi.
Kegiatan di atas masih bisa berlanjut meskipun tugas
perubahan diri dari dosen telah selesai. Perubahan diri yang dilakukan terus
menerus selama delapan minggu akan membuat sebuah kebiasaan baru, yang awalnya
terpaksa menjadi terbiasa lalu yang awalnya tidak suka berolahraga menjadi suka
berolahraga. Adapun syarat dalam meneruskan keberlanjutan kegiatan tersebut
adalah komitmen dalam rangka selalu berubah ke arah yang lebih baik. Glickman (dalam
Pratiwi & Sinta, 2022), menyatakan bahwa komitmen adalah tindakan yang
menunjukkan bahwa seseorang bersedia berusaha dengan sungguh-sungguh untuk
mencapai tujuan yang diinginkan dengan cara yang efektif dan efisien. Dengan
memiliki komitmen yang tinggi apapun hambatannya, misal capek, waktu terbatasa
ataupun yang lainnya tapi semuanya akan mampu di atasi dengan komitmen yang
kuat. Orang yang memiliki komitmen yang kuat tidak akan mudah meninggalkan
aktivitas yang diyakininya baik untuk dirinya. Sedangkan, secara eksternal juga
dibutuhkan dukungan sosial dari orang sekitarnya sehingga mampu menyukseskan
keberlanjutan aktivitas perubahan diri yang telah dilakukan selama ini. Menurut
Weiss (dalam Arindawanti & Izzati, 2021) dukungan sosial adalah
pola interaksi sumber daya dan hubungan yang akrab atau dekat dari individu
yang berada dalam lingkungan terdekat. Dukungan sosial yang positif akan
membuat individu lebih termotivasi untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan
mampu memperkut komitmen dari dalam dirinya dalam melaksanakan kegiatan
tersebut.
Referensi:
Shinta, A. (2013). Persepsi terhadap lingkungan. Kupasiana. Retrieved
from: http://kupasiana.psikologiup45.com/2013/04/persepsi-terhadap-lingkungan.html
Pratiwi & Sinta, N, P. (2022). Hubungan pengetahuan tentang anemia
dan tablet tambah darah dengan komitmen remaja putri mengkonsumsi tablet tambah
darah di SMK Kesehatan Bali Dewata Denpasar. Diploma
Thesis. Poltekkes Kemenkes Denpasar. Retrieved from: http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/9209/3/BAB%20II.pdf
Arindawanti,
R, A, D., & Izzati, U, A. (2021). Hubungan antara dukungan sosial dengan
subjective well-being pada karyawan bagian produksi. Jurnal Penelitian
Psikolog, 8(4), 1-15.
0 komentar:
Posting Komentar