29.12.23

 

ESSAY UJIAN AKHIR SMESTER PSIKOLOGI INOVASI

Mata Kuliah: Psikologi Inovasi

Tugas: Ujian Akhir Smester (UAS)

Dosen Pengampu: Dr. Dra. Arundhati Shinta, MA

Di susun oleh: Ari Kurniawan, S.Pd, AIFO-P (21310410044)

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta

Hubungan antara persepsi mahasiswa dengan perilaku perubahan diri sangat erat kaitannya. Persepsi akan membuat mahasiswa memberikan penilaian yang berbeda terhadap setiap stimulus yang muncul. Sarwono (dalam Shinta, 2013), menjelaskan bahwa dalam mempersepsikan stimulus individu dipengaruhi lima faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan persepsi yaitu budaya, status sosial ekonomi, usia, agama, dan interaksi antara peran gender, desa/kota, dan suku. Apabila persepsi dalam batas optimal maka akan mengakibatkan homeostatis yaitu individu akan berusaha untuk mempertahankan situasi itu nyaman yang dia rasakan. Sedengkan, persepsi di luar batas optimal maka akan menimbulkan stres dan individu akan mencoba melakukan koping. Apabila koping berhasil berarti individu telah mampu beradaptasi dan sebaliknya apabila individu gagal melakukan koping maka akan menghadapi stres yang berkelanjutan. Hal ini selaras dengan mahasiswa yang mendapatkan tugas perubahan diri dari dosen, apabila mahasiswa tersebut terbiasa melakukan olahraga maka dia akan mempertahankan kebiasaannya tersebut karena telah nyaman. Bagi yang tidak terbiasa olahraga maka mahasiswa akan mencoba melakukan perubahan diri dengan berolahraga sedikit demi sedikit agar terbiasa dalam rangka adaptasi. Sedangkan, bagi yang tidak berhasil beradaptasi dalam tugas perubahan diri maka mahasiswa tersebut akan cenderung menghindar dan bahkan tidak melakukannya.

Mahasiswa yang merasa tertekan karena tidak senang dengan olah raga atau bahkan merasa kegiatan tersebut akan berakhir sia-sia dapat mengevaluasi kegiatan tersebut dengan menggunakan metode PERMA dari Martin Seligman. Pertama, positive emotion yaitu mempunyai pikiran positif terhadap kesulitan yang dihadapi dalam melaksanakan perubahan diri melalui aktivitas olahraga. Kedua, engagement yaitu berusaha berkomitmen melaksanakan tugas perubahan diri dengan melakukan olahraga secara bertahap sehingga tubuh kita akan terbiasa. Meskipun, awalnya terasa berat namun apabila sudah terbiasa akan terasa ringan dan menyenangkan. Ketiga, relationship yaitu menjalin hubungan dengan rekan-rekan mahasiswa lainnya yang melaksanakan tugas perubahan diri sehingga dapat saling menguatkan dan memberikan dukungan terhadap setiap kesulitan yang dihadapi. Keempat, meaning yaitu mencoba memahami makna dibalik dari tugas perubahan diri dengan berolahraga mulai dari manfaat jangka pendek dan jangka panjang yang akan didapatkan. Kelima, accomplishment yaitu meyakini bahwa kita mampu berprestasi atau mendapatkan hasil terbaik dari tugas perubahan diri tersebut sehingga apabila kita menghadapi kesulitan mampu mengubahnya menjadi sebuah tantangan untuk berprestasi.

Kegiatan di atas masih bisa berlanjut meskipun tugas perubahan diri dari dosen telah selesai. Perubahan diri yang dilakukan terus menerus selama delapan minggu akan membuat sebuah kebiasaan baru, yang awalnya terpaksa menjadi terbiasa lalu yang awalnya tidak suka berolahraga menjadi suka berolahraga. Adapun syarat dalam meneruskan keberlanjutan kegiatan tersebut adalah komitmen dalam rangka selalu berubah ke arah yang lebih baik. Glickman (dalam Pratiwi & Sinta, 2022), menyatakan bahwa komitmen adalah tindakan yang menunjukkan bahwa seseorang bersedia berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan cara yang efektif dan efisien. Dengan memiliki komitmen yang tinggi apapun hambatannya, misal capek, waktu terbatasa ataupun yang lainnya tapi semuanya akan mampu di atasi dengan komitmen yang kuat. Orang yang memiliki komitmen yang kuat tidak akan mudah meninggalkan aktivitas yang diyakininya baik untuk dirinya. Sedangkan, secara eksternal juga dibutuhkan dukungan sosial dari orang sekitarnya sehingga mampu menyukseskan keberlanjutan aktivitas perubahan diri yang telah dilakukan selama ini. Menurut Weiss (dalam Arindawanti & Izzati, 2021) dukungan sosial adalah pola interaksi sumber daya dan hubungan yang akrab atau dekat dari individu yang berada dalam lingkungan terdekat. Dukungan sosial yang positif akan membuat individu lebih termotivasi untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan mampu memperkut komitmen dari dalam dirinya dalam melaksanakan kegiatan tersebut.

Referensi:

Shinta, A. (2013). Persepsi terhadap lingkungan. Kupasiana. Retrieved from: http://kupasiana.psikologiup45.com/2013/04/persepsi-terhadap-lingkungan.html

Pratiwi & Sinta, N, P. (2022). Hubungan pengetahuan tentang anemia dan tablet tambah darah dengan komitmen remaja putri mengkonsumsi tablet tambah darah di SMK Kesehatan Bali Dewata Denpasar. Diploma Thesis. Poltekkes Kemenkes Denpasar. Retrieved from: http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/9209/3/BAB%20II.pdf

Arindawanti, R, A, D., & Izzati, U, A. (2021). Hubungan antara dukungan sosial dengan subjective well-being pada karyawan bagian produksi. Jurnal Penelitian Psikolog, 8(4), 1-15.

 

 

0 komentar:

Posting Komentar