29.12.23

Essay Ujian Akhir Semester

Psikologi Inovasi

Persepsi Mahasiswa Terhadap Kegiatan Perubahan Diri

oleh

Nama : Mustika febriani

Nim : 21310410004

Kelas : Psikologi SJ

Dosen Pengampu : Dr. Dra. Arundati Shinta

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta



 

 

 Dalam tulisan Shinta (2013), perubahan diri dengan melakukan olahraga yang teratur.   yang Dimana Ketika mahasiswa menerima intruksi dari dosen untuk melakukan perubahan diri melalui olahraga secara teratur salah satu faktor yang mempengaruhi ialah persepsi mereka terhadap intruksi yang diberikan. Persepsi sendiri merupakan proses mengamati situasi dengan proses perhatian, pemahaman, dan pengenalan terhadap objek atau pariwisata, dan stimulus yang diterima sangat kompleks, stimulus masuk ke dalam otak kemudian diartikan/ditafsirkan serta diberi makna melalui proses yang rumit yang selanjutnya dihasilkan persepsi. Pieter dalam Janiwarti dan Saragih (2011).

Dalam hal ini, mahasiswa akan memiliki pandangan positif terhadap intruksi yang diberikan yaitu perubahan diri melalui olahraga secara teratur.

Karena dengan melakukan kegitan tersebut kita akan tersadar dengan berjalannya waktu tentang betapa pentingnya melakukan olahraga dalam Kesehatan serta kualitas hidup. Meskipun saya sendiri mengalami kendala dalam melakukan tantangan olahraga dalam waktu 8 minggu ini, tantangan terbesar saya adalah rasa malas dan konsisten dalam kegiatan ini sehingga dapat terus berlanjut meskipun tugas ini sudah saya selesaikan.

Namun tekat dalam diri saya untuk melakukan perubahan diri lebih kuat, dan hal tersebut saya berfikir bahwa persepsi mempengaruhi perubahan diri yang saya lakukan.

Persepsi posisif akan membawa mahasiswa mengikuti intruksi yang diberikan dosen sehingga terciptanya perubahan diri, namun sebaliknya dengan persepsi negative akan membawa mahasiswa tidak melakukan perubahan sesuai intruksi yang diberikan.

 

Evaluasi mahasiswa terhadap kegiatan tersebut menurut Martin Seligman.

Dalam kegiatan ini banyak sekali menumbuhkan sifat optimisme tidak hanya penting untuk kepuasan hidup kita secara keseluruhan namun juga membuat kita sehat secara fisik.

Meskipun diawal sulit untuk melakukan kegiatan tersebut karena kendala malas dan menyerah untuk terus konsisten melakukannya Hal ini berkontribusi pada keadaan psikologis pesimisme yang Seligman peringatkan kepada kita.

 ‘’ perhatikan polanya. Pola kesalahan adalah panggilan untuk merubah hidup. Sisa dari permadani tersebut tidak ditentukan oleh apa yang telah ditenun sebelumnya’’.

Komponen kunci dari kebahagiaan kita adalah memanfaatkan kekuatan kita dan menerapkannya dengan cara yang memiliki tujuan seperti perubahan diri yang dilakukan dalam 8 minggu ini dengan berolahraga secara teratur.

Kegiatan ini bukanlah merupakan kegiatan yang sia-sia karena banyak sekali hal dapat diperoleh dari kegiatan ini, karena merupakan hal baik yang diperoleh dari perubahan diri tersebut, hal ini akan terus berlanjut melihat dari manfaat yang diperoleh.


Kegiatan ini akan terus Sustain atau berkelanjutan dengan syarat memiliki strategi seperti :

1.       Dilakukan secara konsisten

2.       Dilakukan dengan cara sederhana

3.       Tidak membutuhkan biaya tinggi, dengan melakukan jogging di sekitar lingkungan rumah

4.       Sebisa mungkin menghindari rasa malas

5.       Memiliki motivasi

 

Kegiatan ini tidak perlu dilakukan ditempat-tempat mahal seperti harus menyewa tempat gym yang memerlukan biaya mahal, karena bisa dilakukan dengan cara lain seperti memilih jogging yang kegiatannya bisa dilakukan setiap saat sehingga akan Sustain atau berkelanjutan.

Namun sesekali jika ingin melakukan hal baru bisa saja memulai dengan yang lain seperti gym atau bulu tangkis namun mencari tempat yang sekiranya tidak memerlukan biaya yang cukup menguras agar bisa tetap konsisten.

 

Daftar Pustaka :

Shinta, A. (2013). Persepsi terhadap lingkungan. Kupasiana. Retrieved From :

http://kupasiana.psikologiup45.com/2013/04/persepsi-terhadap-lingkungan.html

Seligman, M. E. (2002). Positive psychology, positive prevention, and positive therapy. Handbook of positive psychology2(2002), 3-12.

 

 

 

 

 

0 komentar:

Posting Komentar