PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP INTRUKSI DOSEN UNTUK MELAKUKAN KEGIATAN PERUBAHAN DIRI MELALUI KEGIATAN OLAH RAGA
Oleh:
Qoyyimah Sofiati (21310410036)
Psikologi Inovasi
Dosen Pengampu:
Dra. Arundati Shinta, MA.
Perilaku merupakan manifestasi kehidupan psikis. Sebagaimana yang diketahui bahwa perilaku atau aktivitas yang ada pada individu atau organisme itu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dengan adanya stimulus dan rangsang yang mengenai indivdiu atau organisme itu (Bimo, W. 2005). Depdiknas (2005) mengatakan bahwa perilaku adalah tanggapan atau reaksi terhadap rangsangan atau lingkungan. Dari pengertian tersebut, mahasiswa banyak memunculkan perilaku yang didapatkan dari sebuah stimulus salah satunya adalah intrusksi dosen yang menugaskan untuk melakukan perubahan diri melalui kegiatan olah raga secara teratur selama 8 minggu, 1 jam/minggu.
Persoalan yang terjadi adalah banyaknya mahasiswa mengalami tekanan untuk melakukan perubahan diri dikarenakan ini adalah sebuah tugas yang diintruksikan oleh dosen. Mahasiswa tidak memiliki usaha dalam mengatasi tekanan tersebut. Hal penting pada sebuah persepsi terhadap lingkungan hidup adalah coping behavioratau sebuah usaha individu untuk mengatasi tekanan akibat intruksi dosen yang tidak menyenangkan. Mahasiswa tidak mampu berpikir alternatif ketika menghadapi kesuntukan akibat situasi ini. Hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap intruksi dosen untuk melakukan kegiatan perubahan diri melalui olahraga secara teratur merupakan salah satu situasi lingkungan hidup yang tidak menyenangkan. Sehingga bagaimana mahasiswa mampu memunculkan kreativitas perilaku untuk mengatasi situasi yang tidak nyaman ini dengan memperhatikan peraturan, tidak membahayakan, bahkan bisa menginpirasi.
Kesejahteraan pada Psikologi Positif yang dikembangkan oleh Martin Seligman dikenal dengan PERMA (positive emotion, engagement, relationship, meaningfulness dan accomplishment). Seligman (2002) juga mengatakan bahwa fungsi manusia yang positif dengan mencapai pemahaman ilmiah dan intervensi yang efektif untuk membangun individu dan masyarakat dengan tiga tujuan utama yaitu 1) menyembuhkan terkait dengan kesehatan mental, 2) mengidentifikasi dan memelihara bakat, potensi, dan mengembangkan strength, 3) membantu manusia untuk hidup lebih produktif dan bermakna. Dalam hal ini, mahasiswa perlu melakukan sebuah evaluasi untuk mengatasi tekanan tersebut yang bisa membuatnya stres. Apabila mahasiswa mengalami tekanan atau emosi negatif itu justru bisa mengganggu keseimbangan tubuh. Waktu 8 minggu berturut-turut untuk melakukan perubahan diri bukan waktu yang sebentar. Evaluasi yang dilakukan mahasiswa dalam kurun waktu itu adalah mengubah mindset bahwa proses perubahan diri yang dilakukan secara konsisten akan memiliki dampak yang baik untuk masa depan. mahasiswa memiliki masalah kesehatan mental yang bersumber pada faktor akademis maupun non-akademis baik dari faktor internal maupun eksternal (Poluakan, R. J., & Manampiring, A. E. 2020). Dengan aktivitas olah raga secara teratur ini baik untuk kebugaran dan menjadi salah satu cara terbaik untuk mengurangi stres dan meningkatkan produktifitas. Sehingga ketika mahasiswa rutin menjalani perubahan diri dengan olahraga, itu mengurangi insiden dan tingkat keparahan gangguan mood stres dan meningkatkan rasa senang dalam menjalani hari. Olahraga yang baik akan dapat mengurangi stres hal ini dikarenakan olahraga dapat merangsang feel good hormone yaitu endorphin. Hormon ini akan memberikan rasa tenang, melepaskan ketegangan, dan mengurasi rasa sakit (Andalasari, R. & Berbudi, BL, A. 2018).
Keberlanjutan (sustain) dalam melakukan perubahan diri melalui olahraga memerlukan komitmen dan konsistensi. Sebagai mahasiswa, kegiatan tersebut akan berkelanjutan. Hal ini didorong berdasarkan hasil evaluasi setelah melakukan olahraga selama 8 minggu yang memberikan dampak nyata pada mahasiswa. Selain komitmen dan konsistensi sebagai upaya untuk keberlanjutan kegiatan, mahasiswa juga membutuhkan:
1. Kesadaran diri: dengan kesadaran diri ini dapat membantu mahasiswa dalam menjaga konsistensi dalam melakukan olahraga.
2. Motivasi internal: motivasi yang berasal dari dalam diri mahasiswa seperti keinginan untuk meningkatkan kesehatan atau merasa lebih baik secara fisik dan mental dapat menjadi pendorong yang kuat untuk terus melakukan kegiatan olahraga.
3. Kegiatan olahraga yang bervariasi: dengan melakukan variasi dalam jenis olahraga atau kegiatan fisik dapat menjaga keberagaman, mencegah kebosanan, dan mengurangi risiko cedera berulang.
DAFTAR PUSTAKA:
Andalasari, R., & Berbudi BL, A. (2018). Kebiasaan Olah Raga Berpengaruh Terhadap Tingkat Stress Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Jakarta III. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kesehatan, 5(2), 179-191. https://doi.org/10.32668/jitek.v5i2.11
Poluakan, R. J., & Manampiring, A. E. (2020). Hubungan antara aktivitas olahraga dengan ritme sirkadian dan stres. Jurnal Biomedik: JBM, 12(2), 102-109.
Sapara, M. M., Lumintang, J., & Paat, C. J. (2020). Dampak Lingkungan Sosial Terhadap Perubahan Perilaku Remaja Perempuan Di Desa Ammat Kecamatan Tampan̢۪ Amma Kabupaten Kepulauan Talaud. HOLISTIK, Journal Of Social and Culture, 13(3), 1-16.
Seligman, M. (2002). Authentic happiness: Using the new positive psychology to realize your potential for lasting fulfillment. New York: Free Press.
Shinta, A. (2013). Persepsi terhadap lingkungan. Kupasiana. Retrieved from:http://kupasiana.psikologiup45.com/2013/04/persepsi-terhadap-lingkungan.html.
0 komentar:
Posting Komentar