UJIAN AKHIR SEMESTER
PSIKOLOGI INOVASI
Dosen Pengampu: Dr. Arundati Shinta, M. A
Bagus Kuncoro/21310410018
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Perlukah untuk berubah?
Kata ‘Persepsi’ seringkali digunakan atau kita dengar
dalam kehidupan sehari-hari. Namun, apa makna sebenarnya dari persepsi itu
sendiri?. Menurut Sarlito Wirawan Sarwono (1983:89), Persepsi adalah kemampuan
seseorang untuk mengorganisir suatu pengamatan, kemampuan tersebut antara lain:
kemampuan untuk membedakan, kemampuan untuk mengelompokan, dan kemampuan untuk
memfokuskan. Oleh karena itu seseorang bisa saja memiliki persepsi yang
berbeda, walaupun objeknya sama.
Hal tersebut dimungkinkan karena adanya perbedaan dalam
hal sistem nilai dan ciri kepribadian individu yang bersangkutan. Menurut
Robins (1999:124), persepsi adalah suatu proses dimana individu
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka untuk memberikan
makana terhadap lingkungannya.
Persepsi sering dihubungkan dengan suatu perilaku, Dimana
bahwa persepsi seseorang terhadap suatu objek akan mempengaruhi perilakunya.
Persepsi yang baik terhadap suatu objek akan mendorong seseorang untuk
bertindak sesuai dengan persepsinya tersebut. Menurut Skiner (1983), seorang
ahli psikologi dalam Soekidjo Notoatmodjo (2005), merumuskan bahwa perilaku
merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari
luar).
Perlu ditekankan dalam hal ini bahwa persepsi terhadap
perilaku cukup penting, sebagai salah satu dasar ketika mahasiswa melakukan
kegiatan perubahan diri melalui kegiatan olahraga secara teratur selama minimal
8 minggu dalam waktu durasi 1 jam/minggunya. Ketika dosen memberikan intruksi
maka akan muncul sebuah stimulus yang menggerakan baik itu terpaksa atau secara
sukerala ada tuntutan yang akhirnya memunculkan suatu persepsi untuk mengubah
perilaku yang lebih baik terhadap menjaga kesehatan melalui budaya olahraga
yang perlu dibangun.
Evaluasi terhadap kegiatan tersebut pertama kali bahwa
ada perasaaan terpaksa dan merasa tidak senang, dimana ketika sudah penat dalam
bekerja dan kuliah yang sudah lelah. Kebiasaan libur yang biasanya untuk
membersihkan kamar dan juga bersantai ataupun jalan keluar, untuk ini harus
menyempatkan atau membuat jadwal untuk melakukan kegiatan lari. Ketika sudah
berjalan 3 kali berturut tanpa sadar bahwa diri mulai sadar dan menikmati
manfaat dari kegiatan tersebut, terlebih saya memilih untuk melakukan kegiatan
lari yang saya lakukan di pagi hari yang membuat lebih nyaman karena adanya
udara segar.
Mulai memahami bahwa pentingnya berolahraga setidaknya
seminngu sekali agar tubuh senantiasa sehat, disamping itu saya merasa lebih
bugar ketika sudah selesai berolahraga. Olahraga secara rutin dapat
meningkatkan daya tahan tubuh sehingga tubuh tidak mudah terserang penyakit.
Disamping itu dampak yang telah dirasakan juga membuat mood menjadi lebih baik
dan juga menghilangkan stress, jadi saya rasa saya setelah berjalan yang saya
rasakan saya cukup menikmati kegiatan ini dan merasa bahwa kegiatan ini
tidaklah sia-sia dan sangat bermanfaat. Apalagi sebagai seorang mahasiswa
psikologi haruslah menjadi contoh gaya hidup yang positif dan menerapkan gaya
hidup sehat.
Martin Seligman, tokoh psikologi positif, menjelaskan
bahwa ada banyak hal yang bisa diajarkan kepada orang. Itu antara lain rasa
pesimis dan rasa optimis. Pada awalnya saya merasa pesimis dalam kegiatan ini
terasa berat dan apakah bisa, tetapi dengan melihat manfaat dari kegiatan ini
saya pun juga merasa optimisme dengan pandangan yang positif terhadap kegiatan
olahraga rutin ini. saya meyakinkan diri kegiatan yang baik berupa harapan
ataupun tekanan yang dapat diatasinya dengan percaya pada kemapuan diri dan
rasa optimis.
Apakah kegiatan tersebut dapat berkelanjutan?. Ada pertanyaan
yang juga dalam diri, apakah kedepannya perilaku rutin olahraga ini dapat
dilakukan terus menerus tanpa berhenti seperti saat kegiatan ini dilakukan.
Bisa, dan memang harus, karena ini juga adalah kewajiban sebagai seorang
manusia untuk berubah lebih baik serta sadar betul untuk menjaga kesehatan guna
tubuh agar tidak mudah sakit. Syarat dari berkelanjutan ini adalah membuat
kegiatan tersebut menyenangkan dan karena kita membutuhkannya.
Daftar Pustaka
Sarlito Sarwono Wirawan, Pengantar Umum Psikologi , (Jakarta : P T.
Bulan Bintang, 1983), hlm.89
Stephen P Robbins, Perilaku Organisai : Konsep, Kontroversi,
aplikasi, edisi Bahasa Indonesia, (Jakarta : PT. Prenhalindo, 1999), hlm.124
Soekidjo Notoatmodjo, “Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip
Dasar”, Rineka Cipta, Jakarta, 1997.
0 komentar:
Posting Komentar