ESSAY UJIAN AKHIR SEMESTER PSIKOLOGI INOVASI
Dosen Pengampu:
Dr. Arundati Shinta, M.A.
Oleh:
Brhyllianda Ridwan Susila
21310410115
FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45
- Menurut Shinta (2013), faktor yang mempengaruhi perilaku mahasiswa
pada saat diberikan perintah untuk melaksanakan kegiatan olah raga secara teratur selama minimal 8 minggu, @ 1 jam /
minggu adalah presepsi dari masing-masing mahasiswa itu sendiri. Presepsi tersebut antara lain adalah cara
mahasiswa memandang kejadian, perintah dan stimlus. Hasil dari presepsi yang
mereka dapat pada saat menerima perintah tentu berdeba beda. Pandangan positif
tentu akan menimbulkan presepsi yang baik, antara lain mereka akan memandang
perintah tersebut dengan pemikiran bahwa olahaga adalah suatu kegiatan
positif yang berdampak baik pada tubuh. Jika dilakukan secara konisten
tentunya menjadi sebuah investasi pada masa depan individu. Perintah dari
dosen akan dilaksanakan secara senang hati tanpa ada keterpaksaan,
tentunya mahasiswa akan pro dengan dengan perintah dosen tersebut. Sebaliknya, jika presepsi yang ditimbulkan negatif,
pandangan mahasiswa adalah bahwa kegitan kegiatan olah raga secara teratur
selama minimal 8 minggu, @ 1 jam / minggu adalah kegiatan yang membuang-buang
waktu tenaga maupun kesenangan individu. Maka
hal tersebut akan dilakukan oleh mahasiswa secara terpaksa. Mahasiswa akan
kontra dengan perintah dan tidak akan maksimal saat melaksanakannnya.
- Evaluasi mahasiswa
terhadap kegiatan olahraga selama delapan minggu, sesuai instruksi dosen,
dapat dipahami melalui lensa Psikologi Positif Martin Seligman. Persepsi
mahasiswa terhadap olahraga bervariasi, dengan penekanan pada pentingnya
melihatnya sebagai tantangan yang dapat diatasi. Usman (2017) menyatakan
bahwa emosi positif dapat timbul dari kegembiraan dan kenikmatan. Sikap
mahasiswa terhadap olahraga bervariasi antara senang dan tidak senang,
dengan perluasan perhatian untuk membantu mahasiswa yang memiliki sikap
negatif agar dapat mengubah persepsi mereka. Pentingnya memahami sikap ini
terkait dengan faktor-faktor psikologis, di mana beberapa mahasiswa merasa
senang dan termotivasi berolahraga, sementara yang lain mungkin menghadapi
kesulitan dalam melihat manfaatnya. Untuk merubah sikap negatif,
pendekatan holistik yang melibatkan motivasi intrinsik, kesadaran akan
manfaat kesehatan, dan dukungan sosial diperlukan. Analisis yang lebih
mendalam terhadap sikap mahasiswa terhadap olahraga dapat membantu
mengembangkan strategi yang lebih spesifik untuk meningkatkan partisipasi
dan pengalaman positif dalam kegiatan tersebut Evaluasi perilaku setelah
delapan minggu mencerminkan sejauh mana mahasiswa menerapkan perubahan,
dan penting untuk mencocokkan sikap positif dengan tindakan nyata.
Beberapa mahasiswa mungkin merasa kegiatan sia-sia, dan Seligman
menyarankan pendekatan holistik untuk membantu mereka menetapkan tujuan
yang realistis. Dengan demikian, pendekatan Seligman memberikan wawasan
psikologis untuk mendukung mahasiswa dalam mengembangkan sikap dan
perilaku positif terkait olahraga.
- Dalam konteks instruksi dosen agar mahasiswa terlibat
dalam kegiatan perubahan diri melalui olahraga selama minimal 8 minggu
dengan durasi 1 jam per minggu, muncul pertanyaan krusial mengenai
berkelanjutan (sustainabilitas) dari kegiatan tersebut. Keberlanjutan
aktivitas ini tergantung pada sejumlah faktor esensial. Pertama, mahasiswa
harus memiliki motivasi internal yang kuat untuk secara teratur mengikuti
kegiatan olahraga tersebut. Dukungan sosial dan lingkungan yang mendukung
juga memegang peran kunci dalam memelihara kebiasaan positif ini. Selain
itu, pemilihan kegiatan olahraga harus disesuaikan dengan minat dan
kemampuan mahasiswa agar dapat dijalankan secara konsisten. Pemahaman yang
mendalam tentang manfaat olahraga teratur juga menjadi kunci untuk
meningkatkan keberlanjutan, karena mahasiswa cenderung lebih mungkin
melanjutkan aktivitas yang mereka nilai bermanfaat untuk perkembangan
pribadi mereka. Oleh karena itu, keberlanjutan kegiatan perubahan diri
melalui olahraga memerlukan motivasi internal yang tinggi, dukungan sosial
yang berkelanjutan, kesesuaian dengan minat dan kemampuan, serta pemahaman
yang mendalam mengenai manfaat yang dapat diperoleh.
Referensi :
Effendy, N. (2016). Konsep flourishing dalam
psikologi positif: Subjective well-being atau berbeda. In Seminar Asean Psychology & Humanity (Vol. 2004, pp. 326-333).
Usman, J. (2017). Konsep Kebahagian Martin Seligman. Rausyan Fikr: Jurnal Ilmu Studi Ushuluddin dan Filsafat, 13(2), 359-374.
0 komentar:
Posting Komentar