29.12.23

ESSAY UJIAN AKHIR SEMESTER PSIKOLOGI INOVASI

Mata Kuliah: Psikologi Inovasi

Tugas: Essay 7 Ujian Akhir Smester (UAS)

Dosen Pengampu: Dr. Dra. Arundhati Shinta, MA

Disusun oleh: Faiza Cleary Flannery (21310410048)

Kelas: Psikologi Sabtu Pagi

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta


Setiap individu memiliki persepsi yang berbeda-beda dalam memaknai sebuah peristiwa. Persepsi sendiri merupakan proses pemahaman atau pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus. Sama halnya dengan mahasiswa UP45 yang memiliki persepsi berbeda dalam menyikapi stimulus yang diberikan oleh dosen berupa tugas melakukan perubahan diri melalui kegiatan olahraga secara teratur selama minimal 8 minggu. Dalam hal ini pasti ada mahasiswa yang memaknainya dengan senang hati dan berat hati. Mengapa? Karena jika individu tersebut ternyata dihadapkan pada situasi yang belum pernah dialaminya (misalnya melakukan olahraga secara teratur), maka individu mungkin akan mempersepsikan bahwa situasi baru itu berada di luar batas optimal dan sangat berat untuk dilakukan, dan bisa saja hal tersebut akan menimbulkan stress. Yang dapat dilakukan untuk mengatasi stres tersebut adalah dengan cara beradaptasi, menyesuaikan diri dengan hal baru tersebut dan melakukan perubahan secara perlahan serta disesuaikan dengan kemampuan. Dijelaskan oleh Sarwono (dalam Shinta, 2013) bahwasannya terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya persepsi yaitu usia, budaya, gender, agama, suku, status sosial dan ekonomi. Sama halnya dengan yang terjadi pada mahasiswa UP45, bahwa kebiasaan atau budaya memiliki peran penting dalam terbentuknya persepsi. Mahasiswa yang terbiasa melakukan olahraga secara rutin akan melaksanakan tugas tersebut dengan senang hati dan tidak merasa kesulitan, berbeda halnya dengan yang tidak terbiasa melakukan olahraga maka tugas tersebut dilakukan dengan berat hati, malas-malasan, beradaptasi dengan olahraga secara perlahan dan bisa juga tugas tersebut dianggapnya sebagai beban.

Menurut Seligman (2002) terdapat tiga dimensi kebahagiaan yaitu, kesenangan/kepuasan menjadi kekuatan/kebajikan dan akhirnya makna/tujuan. Pakar psikologi positif tersebut mengatakan bahwa “Kabar baiknya adalah ada cukup banyak keadaan internal […] yang berada di bawah kendali sukarela Anda. Jika Anda memutuskan untuk mengubahnya (dan berhati-hatilah bahwa semua perubahan ini tidak akan terjadi tanpa upaya nyata), tingkat kebahagiaan Anda kemungkinan besar akan meningkat dalam jangka panjang(Seligman, 2002). Dari ungkapan tersebut bermakna bahwa keputusan untuk berubah itu berada di bawah kendali setiap individu. Jika individu memutuskan untuk berubah maka kemungkinan besar kebahagiaan akan meningkat dalam waktu yang cukup lama. Dan kebahagiaan akan datang jika perubahan tersebut dilakukan secara nyata bukan hanya omong kosong belaka. Mengevaluasi kegiatan perubahan diri dengan berolahraga yang dilakukan oleh mahasiswa UP45. Pastinya kegiatan perubahan diri dengan berolahraga awalnya membuat beberapa mahasiswa merasa tertekan dan tidak senang. Tetapi karena adanya kewajiban untuk memenuhi tugas maka mahasiswa mau mengambil keputusan untuk merubah diri dengan berolahraga secara teratur. Dengan kemauan untuk merubah diri berolahraga secara teratur dan bertahap, mambawa individu menjadi terbiasa dengan perubahan tersebut. Sehingga kini olahraga tidak lagi menjadi beban bahkan sekarang melakukan olahraga sudah menjadi rutinitas setiap akhir pekan atau untuk mengisi waktu luang. Olahraga menjadi menyenangkan dan bermakna karena membawa banyak dampak positif untuk kesehatan tubuh (memperkuat jantung dan tulang, menurunkan risiko penyakit kronis dan tekanan darah, serta menjaga berat badan tetap terkendali) dan kesehatan mental (meningkatkan kepercayaan diri, suasana hati/mood menjadi lebih baik, serta mengurangi risiko stres dan depresi).

Meskipun tugas perubahan diri sudah tepenuhi tidak membuat saya berhenti berolahraga. Dengan merasakan berbagai dampak positif yang saya dapatkan membuat saya termotivasi untuk tetap melakukan olahraga meskipun hanya setiap weekend atau saat ada waktu luang saja. Syaratnya adalah dengan terus memaknai perubahan tersebut dengan positif sebagai suatu hal yang menyenangkan dan akan membawa kebahagiaan.


Referensi:


Irawan, F. W. E. (2018). Urgensi persepsi peserta didik dalam menilai kompetensi dosen. Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial dan Keagamaan, 07(01), 148-158

Seligman, M. (2002). Kebahagiaan otentik: menggunakan psikologi positif baru untuk menyadari potensi pemenuhan abadi anda. New York, NY: Pers Bebas. 

Shinta, A. (2013). Persepsi terhadap lingkungan. Kupasiana. Retrieved from:http://kupasiana.psikologiup45.com/2013/04/persepsi-terhadap-lingkungan.html


 



0 komentar:

Posting Komentar