Mata Kuliah: Psikologi Inovasi
Tugas: Essay
7 Ujian Akhir Smester (UAS)
Dosen Pengampu: Dr. Dra. Arundhati Shinta, MA
Disusun oleh: Faiza
Cleary Flannery (21310410048)
Kelas: Psikologi Sabtu Pagi
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Setiap individu memiliki persepsi yang berbeda-beda dalam memaknai sebuah
peristiwa. Persepsi sendiri
merupakan proses pemahaman atau pemberian makna atas suatu
informasi terhadap stimulus. Sama halnya dengan mahasiswa UP45 yang memiliki persepsi berbeda dalam
menyikapi stimulus yang diberikan oleh dosen berupa tugas melakukan perubahan
diri melalui kegiatan olahraga secara teratur selama minimal 8 minggu. Dalam
hal ini pasti ada mahasiswa yang memaknainya dengan senang hati dan berat hati.
Mengapa? Karena jika individu tersebut ternyata dihadapkan pada situasi yang
belum pernah dialaminya (misalnya melakukan olahraga secara teratur), maka individu mungkin akan
mempersepsikan bahwa situasi baru itu berada di luar batas optimal dan sangat berat untuk dilakukan, dan bisa saja hal
tersebut akan menimbulkan stress. Yang dapat dilakukan untuk mengatasi stres
tersebut adalah dengan cara beradaptasi, menyesuaikan diri dengan hal baru
tersebut dan melakukan perubahan secara perlahan serta disesuaikan dengan
kemampuan. Dijelaskan oleh Sarwono (dalam Shinta, 2013) bahwasannya terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi terbentuknya persepsi yaitu usia,
budaya, gender, agama, suku, status sosial dan ekonomi. Sama halnya dengan yang terjadi pada mahasiswa UP45,
bahwa kebiasaan atau budaya memiliki peran penting dalam terbentuknya persepsi.
Mahasiswa yang terbiasa melakukan olahraga secara rutin akan melaksanakan tugas
tersebut dengan senang hati dan tidak merasa kesulitan, berbeda halnya dengan
yang tidak terbiasa melakukan olahraga maka tugas tersebut dilakukan dengan
berat hati, malas-malasan, beradaptasi dengan olahraga secara perlahan dan bisa
juga tugas tersebut dianggapnya sebagai beban.
Menurut Seligman (2002) terdapat tiga dimensi kebahagiaan yaitu, kesenangan/kepuasan
menjadi kekuatan/kebajikan dan akhirnya makna/tujuan. Pakar psikologi positif tersebut mengatakan
bahwa “Kabar baiknya adalah ada cukup banyak keadaan
internal […] yang berada di bawah kendali sukarela Anda. Jika Anda
memutuskan untuk mengubahnya (dan berhati-hatilah bahwa semua perubahan ini
tidak akan terjadi tanpa upaya nyata), tingkat kebahagiaan Anda kemungkinan
besar akan meningkat dalam jangka panjang” (Seligman, 2002). Dari ungkapan tersebut bermakna bahwa keputusan
untuk berubah itu berada di bawah kendali setiap individu. Jika individu
memutuskan untuk berubah maka kemungkinan besar kebahagiaan akan meningkat
dalam waktu yang cukup lama. Dan kebahagiaan akan datang jika perubahan
tersebut dilakukan secara nyata bukan hanya omong kosong belaka. Mengevaluasi
kegiatan perubahan diri dengan berolahraga yang dilakukan oleh mahasiswa UP45.
Pastinya kegiatan perubahan diri dengan berolahraga awalnya membuat beberapa
mahasiswa merasa tertekan dan tidak senang. Tetapi karena adanya kewajiban
untuk memenuhi tugas maka mahasiswa mau mengambil keputusan untuk merubah diri
dengan berolahraga secara teratur. Dengan kemauan untuk merubah diri berolahraga
secara teratur dan bertahap, mambawa individu menjadi terbiasa dengan perubahan
tersebut. Sehingga kini olahraga tidak lagi menjadi beban bahkan sekarang
melakukan olahraga sudah menjadi rutinitas setiap akhir pekan atau untuk
mengisi waktu luang. Olahraga menjadi menyenangkan dan bermakna karena membawa
banyak dampak positif untuk kesehatan tubuh (memperkuat jantung dan tulang, menurunkan risiko penyakit kronis dan
tekanan darah, serta menjaga berat badan tetap terkendali) dan kesehatan mental (meningkatkan
kepercayaan diri, suasana hati/mood menjadi lebih baik, serta mengurangi risiko stres dan depresi).
Meskipun tugas perubahan diri sudah tepenuhi tidak membuat saya berhenti berolahraga. Dengan merasakan berbagai dampak positif yang saya dapatkan membuat saya termotivasi untuk tetap melakukan olahraga meskipun hanya setiap weekend atau saat ada waktu luang saja. Syaratnya adalah dengan terus memaknai perubahan tersebut dengan positif sebagai suatu hal yang menyenangkan dan akan membawa kebahagiaan.
Referensi:
Irawan, F. W. E. (2018). Urgensi persepsi peserta didik dalam menilai kompetensi dosen. Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial dan Keagamaan, 07(01), 148-158
Seligman, M. (2002). Kebahagiaan otentik: menggunakan psikologi positif baru untuk menyadari potensi pemenuhan abadi anda. New York, NY: Pers Bebas.
Shinta, A. (2013). Persepsi terhadap lingkungan. Kupasiana. Retrieved from:http://kupasiana.psikologiup45.com/2013/04/persepsi-terhadap-lingkungan.html
0 komentar:
Posting Komentar