UJIAN AKHIR SEMESTER
PSIKOLOGI INOVASI
Dosen Pengampu : Dr. Dra.
Arundati Shinta, MA
Nama : Venia Astika Yahya
NIM : 21310410059
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Sebagai seorang mahasiswa memiliki
berbagai kegiatan yang dilakukan, seperti ada mahasiswa yang bekerja sambil
kuliah atau juga melakukan kegiatan diluar perkuliahan. Namun ketika menuntut
ilmu disuatu Perguruan Tinggi, sebagai mahasiswa tidak lepas dari kewajiban
mengerjakan tugas-tugas akademik. Beberapa penyelesaian tugas tersebut antara
lain adalah membuat macam-macam tugas akademik maupun ujian itu merupakan suatu bentuk evaluasi bagi
mahasiswa yang dilaksanakan secara rutin, serta kegiatan non akademis lainnya.
Dalam memberikan tugas,dosen akan menentukan batas waktu (deadline) tertentu
untuk dikumpulkan. Idealnya mahasiswa yaitu bisa berperan aktif dan rajin dalam
mengikuti perkuliahan sampai dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan
oleh dosen, tetapi yang perlu kita ketahui bahwa masalah pengaturan waktu
seringkali menjadi kendala dalam membagi waktu dengan baik. Sehingga
menyebabkan kegiatan untuk menyelesaikan tugas menjadi tertunda. Seperti halnya
ketika dosen memberikan tugas agar mahasiswa melakukan kegiatan perubahan diri
melalui kegiatan olahraga secara rutin selama 8 minggu per 1 jam /minngu.
Sebenarnya kegiatan tersebut bisa saja dilaksanakan secara rutin. Tetapi karena
ada beberapa faktor internal yaitu dari dalam diri mahasiswa yang menjadi suatu
hambatan, seperti kecemasan, persepsi terhadap dosen dan ketidakmampuan dalam
untuk mengatur waktu.
Seperti halnya diatas yaitu mengenai
kegiatan berolahraga selama 8 minggu dengan rutin. Dangan melakukan olahraga
tersebut memang membuat perubahan pada diri jika dilakukan dengam rutin dan
senang. Tetapi kembali lagi pada persepsi setiap individu yaitu bagamiana cara
memandang kegiatan tersebut. Persepsi terhadap perubahan diri dapat sangat
bervariasi antar individu. Beberapa orang mungkin menganggap perubahan sebagai
sesuatu yang positif dan bermanfaat, sementara orang lain mungkin mengalami
perubahan sebagai tantangan atau bahkan sebagai ancaman.
Faktor-faktor seperti pengalaman hidup,
nilai-nilai pribadi, dukungan sosial, dan tingkat keterbukaan terhadap
perubahan dapat memengaruhi bagaimana seseorang mempersepsikan perubahan diri.
Penting untuk diingat bahwa persepsi ini bersifat subjektif dan dapat
berkembang seiring waktu.
Perubahan diri bisa mencakup berbagai
aspek, seperti perubahan dalam karir, hubungan interpersonal, kesehatan fisik
atau mental, dan aspek-aspek lain dari kehidupan. Proses pemahaman dan
penyesuaian terhadap perubahan ini dapat membentuk bagaimana seseorang melihat
dan merespons perubahan dalam kehidupannya.
Seperti yang dikatakan Martin Seligman
yaitu beliau mengatakan bahwa ada banyak hal yang bisa diajarkan kepada orang
seperti rasa pesimis dan rasa optimis. Rasa pesimis merupakan hasil belajar
yang menyebabkan terjadinya learned helplessness. Ketika kita mengalami pesimis
untuk melakukan kegiatan tersebut karena suatu hal seperti kita merasa sia sia
dan tidak mungkin menjadi lebih baik. Mungkin kita bisa mencari dukungan entah itu dari keluarga,
teman atau yang lainnya agar kita bisa lebih optimis bukan pesimis. Karena
menurut Marin Seligman rasa optimis bisa diajarkan kepada orang yang semula
pesimis, dengan adanya adanya dukungan sehingga individu bisa move on, bangkit
dan menjadi percaya diri. Untuk membangun rasa optimis tidak hanya sebatas
dukungan tetapi juga pendampingan, pelatihan dan juga konseling.
Setelah kita memiliki rasa optimis,
untuk melakukan perubahan diri akan terasa senang dan mudah sehingga kegiatan
tersebut bisa berkelanjutan dengan syarat semua faktor diatas bisa saling
melengkapi.
Sumber
: Mayasari, M. D., Mustami'ah, D., & Warni,
W. E. (2012). Hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran
dosen dengan kecenderungan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas
Psikologi Universitas Hang Tuah Surabaya. Jurnal Insan Media Psikologi, 12(2).
0 komentar:
Posting Komentar