PERUBAHAN RASA PESIMIS MENJADI OPTIMIS
PSIKOLOGI INOVASI ESSAY UAS
Oleh :
Dea Khairun Nisa
21310410082
Psikologi (Reguler)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA
Dosen Pengampu :
Dr. Arundati Shinta, M.A
Seligman
(2008) mengatakan optimisme
merupakan cara seseorang
memandang peristiwa dalam
hidup. Suatu pandangan
secara menyeluruh, melihat
hal yang baik,
berpikir positif dan memberikan makna bagi diri. Orang
optimis adalah mereka
yang selalu mengaitkan masalah
dalam hidup mereka dengan
penyebab sementara, spesifik,
dan eksternal. Optimisme
juga dikaitkan dengan
tingkat motivasi, prestasi, dan
kesejahteraan yang lebih
tinggi dan tingkat
gejala depresi yang
lebih rendah.
Menurut Seligman (2008)
mengemukakan optimisme dalam
3 dimensi, yaitu
:(a) permanent,yaitu Orang-orang yang mudah menyerah (pesimis) percaya
bahwa penyebab kejadian-kejadian buruk yang menimpa mereka
bersifat pemanen atau
kejadian itu akan
terus berlangsung dan
selalu hadir mempengaruhi hidup
mereka. Orang-orang yang melawan ketidakberdayaan (optimis) percaya bahwa
penyebab kejadian buruk
tesebut bersifat sementara
atautemporary. (b)Pervasive
(specific vc universal) yaitu
orang yang pesimis akan
mengungkap pola pikir dalam
mengahadapi peristiwa yang tidak
menyenangkan dengan cara universal, sedangkan
orang yang optimisme
dengan cara spesifik, dalam mengahdapi
peristiwa-peristiwa yang menyenangkan disebabkan oleh faktor-faktor tertentu.
(c) Personalization yaitu Orang yang
optimis memandang masalah-masalah yang
menekan dari sisi lingkungan (eksternal)
dan memandang peristiwa
yang menyenangkan berasal
dari dalam dirinya (internal). Sebalikanya
orang yang pesimis
memandang masalah-masalah yang
menekan bersumber dari dalam dirinya (internal) dan menganggap keberhasilan sebagai akibat dari
situasi di luar dirinya (eksternal).
1.
Hubungan
antara persepsi mahasiswa dan perilaku mereka terkait instruksi dosen untuk
melakukan kegiatan perubahan diri melalui olahraga dapat bervariasi. Persepsi
positif terhadap manfaat kesehatan dan kesejahteraan fisik mungkin mendorong
mahasiswa untuk mengadopsi perilaku tersebut. Sebaliknya, persepsi negatif atau
ketidakjelasan mengenai manfaat dapat menghambat keterlibatan aktif.
Faktor-faktor individu dan lingkungan juga dapat memengaruhi sejauh mana
mahasiswa merespons instruksi tersebut. Adanya persepsi terhadap lingkungan
hidup adalah cara-cara individu memahami dan menerima stimulus lingkungan yang
dihadapinya. Proses pemahaman tersebut menjadi lebih mudah karena individu
mengaitkan objek yang diamatinya dengan pengalaman tertentu, dengan fungsi
objek, dan dengan menciptakan makna-makna yang terkandung dalam objek itu.
2.
Dengan
adanya tugas tersebut mendorong kita untuk semakin optimis bahkan dalam
melakukan hal lainnya karena dengan adanya tugas ini maka ada juga akibat yang
akan kita rasakan. Berfikit ke arah manfaat atau sisi positifnya sehingga kita
dapat lebih menyukai dan mempelajari hal tersebut. Mungkin pada awalkan akan
sedikit berat namun kita memang butuh stressor untuk melakukan lebih.
3.
Kegiatan
ini dapat dilakukan secara berkelanjutan dan konstan Ketika itu berasal dari
keingginan diri sendiri, Ketika kita sudah tau manfaatnya dan sudah tebiasa
melakukan hal itu maka untuk melakuakan secara berkenlajutan bukannya suatu hal
yang sulit. Ketika kita telah berfikir positif dan mencari titik manfaatnya
maka kita akan cenderung lebih bersemangat untuk melakukan hal tersebut secara
terus menerus. Syaratnya tentu saja keinginan dari dalam diri sendiri.
REFERENSI
Seliman, Martin. 2008. Menginstal Optimisme.Bandung:
PT Karya Kita
0 komentar:
Posting Komentar