29.12.23

Essay UAS Psikologi Inovasi

PERUBAHAN RASA PESIMIS MENJADI OPTIMIS

 

PSIKOLOGI INOVASI ESSAY UAS

Oleh :

Dea Khairun Nisa

21310410082

Psikologi (Reguler)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

Dosen Pengampu :

Dr. Arundati Shinta, M.A





Seligman  (2008)  mengatakan  optimisme  merupakan  cara  seseorang  memandang  peristiwa  dalam  hidup.  Suatu  pandangan  secara  menyeluruh,  melihat  hal  yang  baik,  berpikir  positif  dan memberikan makna bagi  diri. Orang  optimis  adalah  mereka  yang selalu  mengaitkan  masalah  dalam  hidup  mereka dengan  penyebab  sementara,  spesifik,  dan  eksternal.  Optimisme  juga  dikaitkan  dengan  tingkat motivasi,  prestasi,  dan  kesejahteraan  yang  lebih  tinggi  dan  tingkat  gejala  depresi  yang  lebih  rendah.

Menurut  Seligman  (2008)    mengemukakan  optimisme  dalam  3  dimensi,  yaitu  :(a) permanent,yaitu Orang-orang yang mudah menyerah (pesimis) percaya bahwa penyebab kejadian-kejadian buruk yang menimpa   mereka  bersifat  pemanen  atau  kejadian   itu  akan  terus  berlangsung   dan  selalu  hadir mempengaruhi hidup mereka. Orang-orang yang melawan ketidakberdayaan (optimis) percaya bahwa penyebab  kejadian  buruk  tesebut  bersifat  sementara  atautemporary. (b)Pervasive  (specific  vc universal) yaitu orang  yang pesimis  akan  mengungkap pola pikir dalam  mengahadapi peristiwa yang tidak  menyenangkan  dengan  cara universal,  sedangkan  orang  yang  optimisme  dengan  cara  spesifik, dalam mengahdapi peristiwa-peristiwa yang menyenangkan disebabkan oleh faktor-faktor tertentu. (c) Personalization yaitu  Orang  yang  optimis  memandang  masalah-masalah  yang  menekan  dari  sisi lingkungan  (eksternal)  dan  memandang  peristiwa  yang  menyenangkan  berasal  dari  dalam  dirinya (internal).  Sebalikanya  orang  yang  pesimis  memandang  masalah-masalah  yang  menekan  bersumber dari dalam  dirinya (internal) dan  menganggap keberhasilan sebagai akibat dari situasi di  luar dirinya (eksternal).

1.      Hubungan antara persepsi mahasiswa dan perilaku mereka terkait instruksi dosen untuk melakukan kegiatan perubahan diri melalui olahraga dapat bervariasi. Persepsi positif terhadap manfaat kesehatan dan kesejahteraan fisik mungkin mendorong mahasiswa untuk mengadopsi perilaku tersebut. Sebaliknya, persepsi negatif atau ketidakjelasan mengenai manfaat dapat menghambat keterlibatan aktif. Faktor-faktor individu dan lingkungan juga dapat memengaruhi sejauh mana mahasiswa merespons instruksi tersebut. Adanya persepsi terhadap lingkungan hidup adalah cara-cara individu memahami dan menerima stimulus lingkungan yang dihadapinya. Proses pemahaman tersebut menjadi lebih mudah karena individu mengaitkan objek yang diamatinya dengan pengalaman tertentu, dengan fungsi objek, dan dengan menciptakan makna-makna yang terkandung dalam objek itu.

2.      Dengan adanya tugas tersebut mendorong kita untuk semakin optimis bahkan dalam melakukan hal lainnya karena dengan adanya tugas ini maka ada juga akibat yang akan kita rasakan. Berfikit ke arah manfaat atau sisi positifnya sehingga kita dapat lebih menyukai dan mempelajari hal tersebut. Mungkin pada awalkan akan sedikit berat namun kita memang butuh stressor untuk melakukan lebih.

3.      Kegiatan ini dapat dilakukan secara berkelanjutan dan konstan Ketika itu berasal dari keingginan diri sendiri, Ketika kita sudah tau manfaatnya dan sudah tebiasa melakukan hal itu maka untuk melakuakan secara berkenlajutan bukannya suatu hal yang sulit. Ketika kita telah berfikir positif dan mencari titik manfaatnya maka kita akan cenderung lebih bersemangat untuk melakukan hal tersebut secara terus menerus. Syaratnya tentu saja keinginan dari dalam diri sendiri.

 

 

 

 

REFERENSI

 

 

Seliman, Martin. 2008. Menginstal Optimisme.Bandung: PT Karya Kita

 

 


0 komentar:

Posting Komentar