Esai
5 – Partisipasi
Lomba
Mengembangkan Kemampuan Menulis melalui Lomba Menulis
Puisi dan Menulis Surat
Clarita
Savdurin
Nim:
21310410031
Kelas
Reguler A
Mata
Kuliah Psikologi Inovasi
Dosen
Pengampu: Dr. Dra. Arundati Shinta
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Mencoba hal baru bagi saya yang suka berada di zona
nyaman tanpa harus memikirkan hal-hal yang membuat saya harus banyak berpikir
adalah hal yang menurut saya sangat menantang. Karena saya adalah tipikal yang
tidak mau meribetkan diri jika hal tersebut saya rasa belum urgent, apalagi
untuk mengikuti berbagai macam lomba, karena saya cepat bosan sehingga saya
jarang mau mengikuti lomba. Namun, ketika mendapatkan tugas untuk menulis esai
ini, yang hal yang harus saya lakukan adalah mengikuti lomba terlebih dahulu
sebelum menuangkan proses dan hasilnya dalam bentuk esai jadi saya harus berani
keluar dari zona nyaman saya.
Saya mulai berpikir, lomba apa yang sebaiknya harus
saya ikuti yang kemungkinan paling besarnya tidak memiliki prosedur yang sulit
dan tentunya tidak berbayar alias gratis. Saya mencoba mencari informasi
terkait lomba tersebut melalui social media seperti instagram, ada berbagai
jenis lomba yang dapat diikuti baik secara gratis maupun berbayar. Mulai dari
lomba menulis puisi, surat, essay, makalah, ada juga lomba desain, reels
instagram dan lain sebagainya. Saya mulai menyaring, kira-kira lomba apa yang
cocok dan bisa saya ikut berpartisipasi. Akhirnya pilihan saya jatuh pada lomba
menulis puisi dan juga lomba menulis surat.
Pilihan saya jatuh pada lomba menulis puisi yang diadakan oleh akun
instagram @sastramediapustaka dengan ketentuan
penulisan puisi bertema ikhlas yang diadakan pada bulan Oktober lalu. Setelah
membaca syarat dan ketentuan yang tertera, saya memantapkan hati untuk mulai
menulis yang sekiranya sesuai dengan tema yang diminta. Saya berpikir ada
banyak momen yang harusnya tidak menjadi kendala bagi saya dalam menentukan isi
puisi yang akan saya tulis, namun ternyata benar menulis ini butuh dilatih baik
dilatih menulisnya maupun cara berpikirnya dalam menentukan ide-ide yang akan
dituangkan dalam coretan tinta nanti. Akhirnya setelah lama saya berpikir,
pilihan saya jatuh pada momen ikhlas paling bersejarah bagi saya. Saya pun
mulai menuangkan isi pikiran saya tentang makna ikhlas dalam coretan tinta,
yang akhirnya menghasilkan puisi 20 baris dengan isinya yang cukup menyampaikan
makna ikhlas menurut saya. Setelah tulisan itu selesai, saya pun mengirimkannya
melalui email sesuai ketentuan yang berlaku. Dan tak disangka walaupun tidak
keluar sebagai pemenang namun nama saya bisa ada sebagai 150 penulis terpilih,
bagi saya ini sudah sangat cukup.
Setelah itu, sebulan kemudian saya mencoba untuk
mengikuti lagi lomba menulis surat dalam rangka hari Ibu pada tanggal 22
Desember nanti. Sama halnya dengan menulis puisi ada beberapa ketentuan yang
harus saya ikuti sebagai peserta lomba, seperti format pengetikan dan tentu
isinya. Ketika menulis surat pada Ibu ini saya juga berusaha untuk menuangkan
isi pikiran saya dalam bentuk tulisan yang indah yang semoga mempunyai makna
yang dalam bagi setiap pembaca. Yang tak saya sangka adalah, surat yang saya
tulis juga terpilih sebagai salah satu surat yang akan dibukukan, walaupun
pemenangnya belum diumumkan namun saya bahagia bisa berpartisipasi dalam lomba
ini yang menghantarkan saya untuk mengembankan diri melalui tulisan.
0 komentar:
Posting Komentar