29.12.23

Esaay UAS PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KEGIATAN PERUBAHAN DIRI MELALUI OLAHRAGA

 

Nama: Claris Fransiscus Ola Riantobi

NIM : 23310420093

Dosen Pengampu : Dr. Dra. Arundati Shinta, M.A.

Mata Kuliah: Ujian Akhir Semester Psikologi Inovasi

 

“ PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KEGIATAN PERUBAHAN DIRI MELALUI OLAHRAGA”



Persepsi terhadap suatu kejadian adalah cara-cara individu memahami dan menerima stimulus lingkungan yang dihadapinya. Pada tulisan Shinta (2013) telah dijelaskan bahwa apabila individu menghadapi situasi baru yang sangat berbeda dan diluar batas optimal maka individu tersebut akan mengatasi stress tersebut dengan cara coping behaviour. Coping behaviour adalah usaha-usaha individu untuk mengatasi stress akibat situasi lingkungan hidup yang tidak nyaman. Pengetahuan ini sangat penting karena dapat membuat kita mampu untuk berpikir alternatif ketika menghadapi kesuntukan akibat lingkungan hidup. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda bahkan berkebalikan oleh dua orang dalam waktu yang sama. Perbedaan persepsi seseorang terhadap suatu hal dapat menimbulkan perilaku yang berbeda juga. Persepsi yang berbeda ini pasti akan ada satu perilaku lebih ke arah pro sedangkan perilaku lainnya akan lebih ke arah kontra atau tidak setuju dengan hal tersebut (Shinta, 2013). Hal ini juga akan terjadi ketika mahasiswa mendapatkan instruksi dari dosen untuk melakukan kegiatan perubahan diri mellaui kegiatan olahraga secara teratur selama minimal 8 minggu, @1 jam/minggu. Persepsi yang akan dimunculkan mahasiswa adalah individu tersebut akan merasa senang dan tidak mengalami kesulitan karena sudah terbiasa untuk berolahraga. Namun, mahasiswa lain akan memiliki persepsi yang tidak setuju karena merasa tertekan dan kesulitan untuk melakukan instruksi ini. Perilaku mahasiswa yang lebih ke arah pro akan mempersepsikan bahwa olahraga adalah hal yang positif dan membuat badan menjadi lebih sehat dan bugar sehingga Ia tidak akan keberatan untuk melakukan instruksi ini, sedangkan perilaku lainnya tidak akan melakukan instruksi ini karena merasa sia-sia dan tidak mungkin memberikan hasil yang positif. Hubungan antara persepsi dan perilaku yang dimunculkan akan berbanding lurus dengan instruksi ini.

 

Pada tulisan Martin Seligman (2002), psikologi positif dikembangkan dengan adanya 5 komponen yaitu PERMA (Positive Emotion, Engagement, Relationship, Meaningfulness, dan Accomplishment). Menurut Seligman, apabila seseorang menerapkan PERMA dalam kegiatannya, maka tujuan utama dari psikologi positif dapat tercapai berupa menyembuhkan terkait dengan kesehatan mental, mengidentifikasi dan memeliharan bakat, potensi, dan mengembangkan kekuatan manusia, serta membantu manusia untuk hidup lebih produktif dan bermakna. Mahasiswa perlu melakukan evaluasi dengan mengubah pola pikir dari hal-hal yang negatif menjadi pola pikir yang positif. Pola pikir yang positif dapat membuat mahasiswa menjadi lebih bisa sehat secara mental, lebih berprestasi, dan dapat menerima hal-hal buruk yang dapat terjadi pada saat melakukan olahraga. Apabila mahasiswa konsisten dan optimis untuk melakukan instruksi ini, maka mahasiswa ini pasti akan mendapatkan hasil yang positif seperti tubuh yang semakin sehat dan bugar, mengurangi stress, dan meningkatkan produktivitas (Andalasari dan Berbudi, 2018). Mahasiswa yang memiliki pola pikir yang negatif akan pasrah atau akan menunjukkan rasa tidak berdaya atau learned helplessness yang akhirnya membentuk rasa pesimis pada individu tersebut dan tidak dapat move on dari kejadian buruk tersebut. Mahasiswa yang pesimis perlu diajarkan terkait cara berpindah atau keluar dari keadaan tersebut sehingga dapat menimbulkan rasa optimis untuk menjalankan kegiatan olahraga secara teratur dan menjadi sebuah kebiasaan.

 

Kegiatan ini dapat berkelanjutan (sustain) apabila mahasiswa dapat memiliki pola pikir yang positif untuk selalu berkomitmen, optimis, dan konsisten dalam melakukan kegiatan ini. Suatu aktivitas yang dilakukan secara terus-menerus atau kontiyue akan berubah menjadi suatu kebiasaan yang tidak akan menekan atau menyulitkan bagi individu tersebut. Seperti yang telah disampaikan oleh Seligman (2002), keberlanjutan ini dapat terjadi jika mahasiswa dapat memiliki emosi yang positif, memiliki rasa keterikatan dengan aktivitas olahraga ini, dan mahasiswa memiliki relasi hubungan dengan teman-teman yang juga suka dan teratur untuk berolahraga. Selain itu, mahasiswa harus memiliki pola pikir bahwa melakukan kegiatan olahraga adalah suatu kegiatan yang bermakna untuk menjadi lebih produktif serta mahasiswa mendapatkan pencapaian berupa tubuh yang sehat, kesehatan mental yang baik, tubuh yang bugar, stress yang berkurang, dan kebahagiaan. Penerapan PERMA menjadi syarat agar kegiatan olahraga secara teratur ini dapat berlanjut.

 

 

 

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka:

Andalasari, R., dan Berbudi BL, A. (2018). Kebiasaan Olahraga Berpengaruh Terhadap Tingkat Stress Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Jakarta III. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, 5(2), 179-191. https://doi.org/10.32668/jitek.v5i2.11

Seligman, M. (2002). Authentic happiness: Using the new positive psychology to realize your potential for lasting fulfillment. New York: Free Press.

Shinta, A. (2013). Persepsi terhadap lingkungan. Kupasiana. Retrieved from: http://kupasiana.psikologiup45.com/2013/04/persepsi-terhadap-lingkungan.html

 

 

0 komentar:

Posting Komentar