“ PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KEGIATAN PERUBAHAN DIRI MELALUI
OLAHRAGA”
Persepsi
terhadap suatu kejadian adalah cara-cara individu memahami dan menerima
stimulus lingkungan yang dihadapinya. Pada tulisan Shinta (2013) telah
dijelaskan bahwa apabila individu menghadapi situasi baru yang sangat berbeda
dan diluar batas optimal maka individu tersebut akan mengatasi stress tersebut
dengan cara coping behaviour. Coping behaviour adalah usaha-usaha
individu untuk mengatasi stress akibat situasi lingkungan hidup yang tidak
nyaman. Pengetahuan ini sangat penting karena dapat membuat kita mampu untuk
berpikir alternatif ketika menghadapi kesuntukan akibat lingkungan hidup.
Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda bahkan berkebalikan oleh dua orang
dalam waktu yang sama. Perbedaan persepsi seseorang terhadap suatu hal dapat
menimbulkan perilaku yang berbeda juga. Persepsi yang berbeda ini pasti akan
ada satu perilaku lebih ke arah pro sedangkan perilaku lainnya akan lebih ke
arah kontra atau tidak setuju dengan hal tersebut (Shinta, 2013). Hal ini juga
akan terjadi ketika mahasiswa mendapatkan instruksi dari dosen untuk melakukan
kegiatan perubahan diri mellaui kegiatan olahraga secara teratur selama minimal
8 minggu, @1 jam/minggu. Persepsi yang akan dimunculkan mahasiswa adalah
individu tersebut akan merasa senang dan tidak mengalami kesulitan karena sudah
terbiasa untuk berolahraga. Namun, mahasiswa lain akan memiliki persepsi yang
tidak setuju karena merasa tertekan dan kesulitan untuk melakukan instruksi
ini. Perilaku mahasiswa yang lebih ke arah pro akan mempersepsikan bahwa olahraga
adalah hal yang positif dan membuat badan menjadi lebih sehat dan bugar
sehingga Ia tidak akan keberatan untuk melakukan instruksi ini, sedangkan
perilaku lainnya tidak akan melakukan instruksi ini karena merasa sia-sia dan
tidak mungkin memberikan hasil yang positif. Hubungan antara persepsi dan
perilaku yang dimunculkan akan berbanding lurus dengan instruksi ini.
Pada
tulisan Martin Seligman (2002), psikologi positif dikembangkan dengan adanya 5
komponen yaitu PERMA (Positive Emotion,
Engagement, Relationship, Meaningfulness, dan Accomplishment). Menurut Seligman, apabila seseorang menerapkan
PERMA dalam kegiatannya, maka tujuan utama dari psikologi positif dapat
tercapai berupa menyembuhkan terkait dengan kesehatan mental, mengidentifikasi
dan memeliharan bakat, potensi, dan mengembangkan kekuatan manusia, serta
membantu manusia untuk hidup lebih produktif dan bermakna. Mahasiswa perlu
melakukan evaluasi dengan mengubah pola pikir dari hal-hal yang negatif menjadi
pola pikir yang positif. Pola pikir yang positif dapat membuat mahasiswa
menjadi lebih bisa sehat secara mental, lebih berprestasi, dan dapat menerima hal-hal
buruk yang dapat terjadi pada saat melakukan olahraga. Apabila mahasiswa
konsisten dan optimis untuk melakukan instruksi ini, maka mahasiswa ini pasti
akan mendapatkan hasil yang positif seperti tubuh yang semakin sehat dan bugar,
mengurangi stress, dan meningkatkan produktivitas (Andalasari dan Berbudi,
2018). Mahasiswa yang memiliki pola pikir yang negatif akan pasrah atau akan
menunjukkan rasa tidak berdaya atau learned
helplessness yang akhirnya membentuk rasa pesimis pada individu tersebut
dan tidak dapat move on dari kejadian
buruk tersebut. Mahasiswa yang pesimis perlu diajarkan terkait cara berpindah
atau keluar dari keadaan tersebut sehingga dapat menimbulkan rasa optimis untuk
menjalankan kegiatan olahraga secara teratur dan menjadi sebuah kebiasaan.
Kegiatan
ini dapat berkelanjutan (sustain)
apabila mahasiswa dapat memiliki pola pikir yang positif untuk selalu
berkomitmen, optimis, dan konsisten dalam melakukan kegiatan ini. Suatu
aktivitas yang dilakukan secara terus-menerus atau kontiyue akan berubah
menjadi suatu kebiasaan yang tidak akan menekan atau menyulitkan bagi individu
tersebut. Seperti yang telah disampaikan oleh Seligman (2002), keberlanjutan
ini dapat terjadi jika mahasiswa dapat memiliki emosi yang positif, memiliki
rasa keterikatan dengan aktivitas olahraga ini, dan mahasiswa memiliki relasi
hubungan dengan teman-teman yang juga suka dan teratur untuk berolahraga.
Selain itu, mahasiswa harus memiliki pola pikir bahwa melakukan kegiatan
olahraga adalah suatu kegiatan yang bermakna untuk menjadi lebih produktif
serta mahasiswa mendapatkan pencapaian berupa tubuh yang sehat, kesehatan
mental yang baik, tubuh yang bugar, stress yang berkurang, dan kebahagiaan.
Penerapan PERMA menjadi syarat agar kegiatan olahraga secara teratur ini dapat berlanjut.
Daftar Pustaka:
Andalasari, R., dan Berbudi BL, A. (2018). Kebiasaan Olahraga Berpengaruh
Terhadap Tingkat Stress Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Jakarta III. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan,
5(2), 179-191. https://doi.org/10.32668/jitek.v5i2.11
Seligman, M. (2002). Authentic happiness: Using the new positive
psychology to realize your potential for lasting fulfillment. New York: Free
Press.
Shinta, A. (2013). Persepsi terhadap
lingkungan. Kupasiana. Retrieved
from: http://kupasiana.psikologiup45.com/2013/04/persepsi-terhadap-lingkungan.html
0 komentar:
Posting Komentar