2.11.23

UTS PSIKOLOGI INOVASI_IKE PRASETYANI_22310420127

 

UJIAN TENGAH SEMESTER PSIKOLOGI INOVASI NOVEMBER 2023

  IKE PRASETYANI

NIM : 22310420127

 

Pengampu : Dr.Dra. Arundati Shinta MA

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PROKLAMASI 45


1.    Menurut saya ada keengganan mahasiswa untuk berubah dikarenakan beberapa faktor, salah satunya faktor alasan perilaku yanga biasanya dapat dilihat dari cara mereka menanggapi perubahan misalnya dengan mengulur-ulur waktu perubahan, mencari alasan seperti tidak ada waktu, terlalu sibuk, sulit untuk mengumpulkan kelompok untuk mendiskusikan perubahan tersebut, selalu berargumentasi atau bertanya tentang hal-hal yang sepele tentang initiatif perubahan tersebut. Mereka seolah-olah mendukung perubahan, namun tidak mau atau selalu gagal melakukannya.Mereka merasa sudah dalam zona nyaman dengan pola hidupnya sekarang sehingga merasa malas untuk berubah diri menjadi lebih baik. Menurut Gwee (2009:14- 15) secara fisik, setiap orang yang ada di dalam organisasi/lembaga pendidikan, dapat melakukan perubahan. Tetapi kenapa mereka menolak, bukan karena tidak bisa tetapi karena tidak mau. Tidak mau antara lain, enggan untuk beralih dari zona nayaman, takut gagal, keengganan untuk mengadopsi sesuatu yang baru (Kasali, 2005:377); negative thinking, dan curiga yang berlebihan. Hal ini akhirnya orang enggan untuk menerima perubahan.

Refrensi :

-          Gwee, James. 2009. Setiap Manajer Harus Baca Buku Ini. Jakarta:Gramedia

-          Kasali, R. 2005. Change!. Jakarta: Gramedia

2.   Hubungan antara resilience dengan film How to build Resilience? The Story of the Donkey. From The Resilience Dynamic https://www.youtube.com/watch?v=ywSnLF_Mnhk adalah kita harus tangguh dan siap dalam menghadapi kenyataan kehidupan dalam situasi kondisi apapun, bisa kondisi baik atau buruk yang datang mendadak. Jika dihadapkan dengan kondisi kurang baik, kita harus bisa menerima dan segera berinovasi atau mencari jalan keluar solusi untuk menyelamatkan kita. Kita harus berubah mulai sekarang dari hal terkecil agar tidak terjebak daam kebodohan dan kemalasan yang akan merugikan kita sendiri. Kehidupan mungkin akan memberikan kejadian tidak menyenangkan yang membuat kita terganggu kesehatan mentalnya karena stress menghadapinya, tetapi dibalik kejadian tersebut kita bisa mengambil hikmah/manfaat hal-hal baik,yang mebuat mental kita menjadi lebih kuat, kita lebih inovatif dan kreatif, lebih tangguh dalam mencari jala keluar dari masalah yang sedang dihadapi. Menurut Lewin (1951), perubahan terjadi karena munculnya tekanan- tekanan terhadap organisasi, individu, atau kelompok. Teori ini memfokuskan pada pertanyaan “mengapa”, yaitu mengapa individu, kelompok, atau organisasi berubah. Dari situ Lewin mencari tahu bagaimana perubahan dapat dikelola dan menghasilkan sesuatu.

Refrensi :

https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Course-20379-7_0561_Modul%2010.pdf

3.   Menurut saya situasi yang ada dalam kelas pikologi inovasi terdiri dari berbagai karakter dan latar belakang mahasiswa yang berbeda, sehingga mungkin persepsi peruabahan inovatif berbeda juga setiap mahasiswa dalam menyikapinya. Tetapi kalau semua mahasiswa dalam kelas inovasi menyadari dan melakukan sepenuhnya perubahan diri secara sadar untuk kebaikan kualitas hidupnya, saya rasa situasi kelas akan membaik, tertib, potensial dan kondusif. Semua mahasiswa melakukan inovasi tanpa keterpaksaan demi kebaikan kehidupannya menyeluruh, tidak hanya karena mencari nilai baik saja. Kita sebenarnya bisa mulai melakukan perubahan diri dari hal terkecil dan sederhana, contoh berpola hidup sehat,olah raga, berdoa tepat waktu, mengerjakan tugas rutin, tidak menunda waktu pekerjaan,dll. Meichenbaum (dalam Oemarjadi, 2003), menjelaskan bahwa perubahan tingkah laku terjadi dalam beberapa tahap, yaitu melalui interaksi dengan diri sendiri, perubahan struktur kognitif, perubahan tingkah laku, dan efek bukti mengikuti terapi CBM untuk penanganan permasalahan. Dialog internal yang baru diharapkan dapat menghasilkan tingkah laku baru, dimana akan berdampak atau berefek terhadap struktur kognitif individu tersebut (Martin, G., Pear, J.)

REFRENSI :

-     Martin, G., Pear, J. (2012).Behavior Modification, What it Is and How To Do It. Canada : Pearson Education International

4.   Saya tetap berubah meskipun tidak ada reward, karena perubahan menjadi lebih baik itu menjadi kewajiban diri sendiri dan hasilnya kembali untuk kita sendiri juga. Jadi tidak ada reward dari siapapun tetap akan saya lakukan dengan sadar demi kepentingan saya sendiri. Misal mendapat reward itu bonus atas proses dan hasil yang saya lakukan, tetapi tidak menjadi prioritas utama saya, karena komitmen diri menjadi lebih baik itu hal yang lebih pentingnya. Menurut Purwanto (2011 : 182) reward adalah alat untuk mendidik anak, supaya anak merasa senang, karena peruabhannya atau pekerjaannya mendapat penghargaan.

Refrensi : Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

 

0 komentar:

Posting Komentar