UTS PSIKOLOGI INOVASI
Semester Ganjil T.A 2023/2024
Oleh :
Alita Dwi Nur’Aini (21310410080)
Kelas A (Reguler)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45
YOGYAKARTA
Dosen Pengampu:
Dr.
Arundati Shinta, M.A.
Hurlock (1974) mendefinisikan
self-acceptance sebagai kemampuan dan keinginan individu untuk hidup dengan
karakteristik pribadinya. Aderson (dalam Sugiarti, 2008) menekankan bahwa
penerimaan diri berarti menerima kelebihan dan kekurangan tanpa kehilangan kerendahan
hati dan integritas. Resiliensi, seperti dijelaskan oleh Block (Klohnen, 1996),
adalah kemampuan individu untuk tetap kokoh menghadapi tekanan dari dalam dan
luar. Ego-resilience, menurut Block, melibatkan penyesuaian diri tinggi dan
fleksibel terhadap tekanan, termasuk kemampuan untuk memodifikasi karakter dan
ekspresi pengendalian ego.Wolff (dalam Chandra, 2009) melihat resiliensi
sebagai trait kepribadian yang melibatkan kecerdasan, adaptabilitas, temperamen
sosial, dan kontribusi pada penghargaan diri, kompetensi, dan perasaan
keberuntungan. Resiliensi sendiri sebagai proses interaksi antara faktor
individual dan lingkungan, di mana faktor individual memainkan peran dalam
konstruksi diri positif, sementara faktor lingkungan melindungi dan meredakan
kesulitan hidup. resiliensi diidentifikasi sebagai ketrampilan coping, yaitu
kemampuan individu untuk menghadapi tantangan hidup, menjaga kesehatan, dan
melakukan perbaikan diri. Jadi, resiliensi dapat diartikan sebagai kemampuan
individu untuk tetap kokoh, menyesuaikan diri, dan melawan tekanan hidup,
melibatkan interaksi antara faktor-faktor individual dan lingkungan.
1.
Penolakan
yang ditunjukkan oleh mahasiswa tersebut dapat dihubungkan dengan teori-teori
tentang keengganan terhadap perubahan. Salah satu teori yang relevan adalah
Teori Keengganan untuk Berubah (Theory of Change Resistance) Menurut teori ini,
seseorang cenderung menolak perubahan karena merasa aman dan nyaman dengan
keadaan yang sudah biasa dilakukan. Mahasiswa karyawan mungkin merasa telah
mengalami perubahan yang signifikan dengan menghadiri perkuliahan, sehingga
mereka enggan menghadapi perubahan tambahan. Di sisi lain, mahasiswa reguler
mungkin menolak perubahan karena menganggap tugas dari mata kuliah Psikologi
Inovasi sebagai beban tambahan yang tidak relevan.
2.
Keterkaitan
antara ketahanan dalam organisasi yang terpaksa menghadapi tekanan dan film
"How to build Resilience? The Story of the Donkey" adalah bahwa
keduanya menyoroti pentingnya ketahanan dalam menghadapi tekanan dan perubahan.
Dalam film tersebut, keledai menunjukkan ketahanan dengan tetap berdiri
meskipun diberi beban yang berat, mencerminkan pentingnya tetap kokoh dan mampu
mengatasi tekanan dalam situasi sulit. Hal serupa terjadi dalam organisasi, di
mana kemampuan untuk tetap tangguh dalam menghadapi perubahan yang dipaksakan
dapat memengaruhi kesejahteraan mental.
3.
Bukti
dari situasi di kelas Psikologi Inovasi menunjukkan bahwa meskipun mahasiswa
menyatakan setuju untuk mengubah diri, perilaku mereka tidak mencerminkan
persetujuan tersebut. Mereka enggan aktif terlibat dalam kegiatan perubahan dan
berpikir kreatif karena menganggapnya sebagai beban tambahan yang tidak
relevan.
4.
Dalam
konteks the low of effect, di mana perilaku yang mendapat tanggapan positif
cenderung diulang, posisi individu sangat tergantung pada motivasinya. Jika individu
melihat nilai positif dalam mengubah diri, seperti peningkatan keterampilan,
pemahaman, atau kepuasan pribadi, mereka mungkin bersedia mengubah diri
meskipun tanpa reward eksternal. Namun, jika motivasinya hanya eksternal,
misalnya imbalan dari pimpinan, maka individu mungkin menolak berubah tanpa
adanya reward.
Referensi
Tentama,
F. (2014). Hubungan positive thinking dengan self-acceptance pada difabel
(bawaan lahir) di SLB negeri 3 Yogyakarta. Jurnal Psikologi Integratif, 2(2),
1-7.
Uyun,
Z. (2012). Resiliensi dalam pendidikan karakter.
0 komentar:
Posting Komentar