1.11.23

UTS PSIKOLOGI INOVASI

 

 




UTS PSIKOLOGI INOVASI

 

Semester Ganjil T.A 2023/2024

Oleh :

Alita Dwi Nur’Aini (21310410080)

Kelas A (Reguler)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

Dosen Pengampu:

Dr. Arundati Shinta, M.A.

Hurlock (1974) mendefinisikan self-acceptance sebagai kemampuan dan keinginan individu untuk hidup dengan karakteristik pribadinya. Aderson (dalam Sugiarti, 2008) menekankan bahwa penerimaan diri berarti menerima kelebihan dan kekurangan tanpa kehilangan kerendahan hati dan integritas. Resiliensi, seperti dijelaskan oleh Block (Klohnen, 1996), adalah kemampuan individu untuk tetap kokoh menghadapi tekanan dari dalam dan luar. Ego-resilience, menurut Block, melibatkan penyesuaian diri tinggi dan fleksibel terhadap tekanan, termasuk kemampuan untuk memodifikasi karakter dan ekspresi pengendalian ego.Wolff (dalam Chandra, 2009) melihat resiliensi sebagai trait kepribadian yang melibatkan kecerdasan, adaptabilitas, temperamen sosial, dan kontribusi pada penghargaan diri, kompetensi, dan perasaan keberuntungan. Resiliensi sendiri sebagai proses interaksi antara faktor individual dan lingkungan, di mana faktor individual memainkan peran dalam konstruksi diri positif, sementara faktor lingkungan melindungi dan meredakan kesulitan hidup. resiliensi diidentifikasi sebagai ketrampilan coping, yaitu kemampuan individu untuk menghadapi tantangan hidup, menjaga kesehatan, dan melakukan perbaikan diri. Jadi, resiliensi dapat diartikan sebagai kemampuan individu untuk tetap kokoh, menyesuaikan diri, dan melawan tekanan hidup, melibatkan interaksi antara faktor-faktor individual dan lingkungan.

1.       Penolakan yang ditunjukkan oleh mahasiswa tersebut dapat dihubungkan dengan teori-teori tentang keengganan terhadap perubahan. Salah satu teori yang relevan adalah Teori Keengganan untuk Berubah (Theory of Change Resistance) Menurut teori ini, seseorang cenderung menolak perubahan karena merasa aman dan nyaman dengan keadaan yang sudah biasa dilakukan. Mahasiswa karyawan mungkin merasa telah mengalami perubahan yang signifikan dengan menghadiri perkuliahan, sehingga mereka enggan menghadapi perubahan tambahan. Di sisi lain, mahasiswa reguler mungkin menolak perubahan karena menganggap tugas dari mata kuliah Psikologi Inovasi sebagai beban tambahan yang tidak relevan.

 

2.       Keterkaitan antara ketahanan dalam organisasi yang terpaksa menghadapi tekanan dan film "How to build Resilience? The Story of the Donkey" adalah bahwa keduanya menyoroti pentingnya ketahanan dalam menghadapi tekanan dan perubahan. Dalam film tersebut, keledai menunjukkan ketahanan dengan tetap berdiri meskipun diberi beban yang berat, mencerminkan pentingnya tetap kokoh dan mampu mengatasi tekanan dalam situasi sulit. Hal serupa terjadi dalam organisasi, di mana kemampuan untuk tetap tangguh dalam menghadapi perubahan yang dipaksakan dapat memengaruhi kesejahteraan mental.

3.       Bukti dari situasi di kelas Psikologi Inovasi menunjukkan bahwa meskipun mahasiswa menyatakan setuju untuk mengubah diri, perilaku mereka tidak mencerminkan persetujuan tersebut. Mereka enggan aktif terlibat dalam kegiatan perubahan dan berpikir kreatif karena menganggapnya sebagai beban tambahan yang tidak relevan.

4.       Dalam konteks the low of effect, di mana perilaku yang mendapat tanggapan positif cenderung diulang, posisi individu sangat tergantung pada motivasinya. Jika individu melihat nilai positif dalam mengubah diri, seperti peningkatan keterampilan, pemahaman, atau kepuasan pribadi, mereka mungkin bersedia mengubah diri meskipun tanpa reward eksternal. Namun, jika motivasinya hanya eksternal, misalnya imbalan dari pimpinan, maka individu mungkin menolak berubah tanpa adanya reward.

Referensi

Tentama, F. (2014). Hubungan positive thinking dengan self-acceptance pada difabel (bawaan lahir) di SLB negeri 3 Yogyakarta. Jurnal Psikologi Integratif2(2), 1-7.

Uyun, Z. (2012). Resiliensi dalam pendidikan karakter.

0 komentar:

Posting Komentar