"Menyikapi Tantangan Perubahan: Resilience, Penerimaan Diri, dan Motivasi
dalam Konteks Psikologi Inovasi"
Essay Ujian Tengah Semester Psikologi Inovasi
Satria
Rahman Nasution
NIM : 21310410087
Kelas Reguler / Semester 5
Dosen Pengampu : Dr. Dra. Arundati Shinta
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Tema
utama mata kuliah Psikologi Inovasi adalah mengajak mahasiswa untuk bersedia
mengubah diri, karena perubahan adalah hal yang tidak terelakkan dalam dunia
yang terus berubah. Namun, seringkali mahasiswa menunjukkan penolakan terhadap
perubahan, baik mahasiswa karyawan maupun mahasiswa reguler. Penolakan ini
dapat dikaitkan dengan berbagai teori keengganan untuk berubah.
Menurut
Kurt Lewin (1951), perubahan terjadi karena munculnya tekanan-tekanan terhadap
organisasi, individu, atau kelompok. Lewin berkesimpulan bahwa kekuatan tekanan
(driving forces) akan berhadapan dengan keengganan (resistances)
untuk berubah. Oleh karena itu, perubahan hanya dapat terjadi jika kekuatan tekanan
lebih besar daripada keengganan untuk berubah. Mahasiswa karyawan, sebagai
contoh, cenderung menunjukkan resiliensi terhadap perubahan. Mereka telah
menghadapi perubahan signifikan dalam hidup mereka dengan bekerja dan kuliah,
dan mungkin melihat perubahan ini sebagai pencapaian besar dalam diri mereka.
Ini mencerminkan teori resiliensi terhadap perubahan, di mana perubahan
dianggap sebagai sesuatu yang sulit dan tidak diperlukan.
Namun,
perubahan yang tidak nyaman juga dapat memicu kemampuan daya tahan (resilience)
pada individu. Video yang diberikan, "How to build Resilience? The
Story of the Donkey," menggambarkan pentingnya resilience dalam
menghadapi perubahan dan tekanan hidup. Dalam konteks mahasiswa yang merasa
terpaksa berubah, resilience menjadi penting untuk menghadapi tekanan dan stres
yang muncul akibat perubahan yang dihadapi.
Kemajuan
zaman dengan berbagai perubahan yang cepat seperti munculnya peraturan baru,
masalah yang belum diketahui solusinya, dan peralatan baru, menunjukkan bahwa
perubahan tidak menunggu kesiapan individu. Kondisi seperti ini dapat memengaruhi
kesehatan mental individu jika tidak ada upaya untuk menghadapinya dengan
resilience. Inti dari perubahan yang tidak nyaman adalah penerimaan diri (self-acceptance),
yang penting dalam proses pengubahannya.
Dalam
konteks mahasiswa, ini bisa menjadi permasalahan yang kompleks. Mahasiswa
mungkin merasa bahwa mereka harus setuju dengan perubahan karena tekanan
akademik atau sosial, meskipun sebenarnya mahasiswa merasa tidak nyaman atau
tidak siap untuk mengubah diri. Oleh karena itu, pemahaman yang lebih mendalam
tentang motivasi, nilai-nilai, dan kemampuan individu, serta dukungan sosial
yang tepat, sangat penting dalam membantu mereka . Contoh situasi yang terjadi
di kelas seperti, kerja kelompok, menjawab pertanyaan dosen, membagi tugas saat
kerja kelompok, dan memimpin dalam pembagian kelompok.
Keputusan
untuk berubah tanpa adanya imbalan (reward) eksternal dalam konteks lingkungan
kerja adalah suatu perdebatan kompleks yang memunculkan pertanyaan mendalam
mengenai motivasi, nilai-nilai pribadi, dan kebijaksanaan individu. Pada
dasarnya, perilaku manusia sering kali diatur oleh konsep hukum psikologi yang
dikenal sebagai "the law of effect," yang menyatakan bahwa perilaku
yang mendapatkan respon positif cenderung diulang, sementara perilaku yang
mendapatkan respon negatif cenderung dihindari. Namun, kehidupan nyata
seringkali lebih kompleks daripada apa yang diajarkan oleh hukum ini.
Ada
sejumlah faktor yang perlu dipertimbangkan dalam konteks ini. Pertama,
nilai-nilai pribadi dan tujuan individu memainkan peran penting dalam keputusan
untuk berubah. Seseorang yang memiliki nilai-nilai tinggi terkait pertumbuhan
pribadi, kemajuan karier, atau pencapaian pribadi mungkin lebih mungkin
bersedia untuk berubah meskipun tidak ada imbalan eksternal. Mereka mungkin
melihat perubahan sebagai investasi dalam diri mereka sendiri dan masa depan
mereka.
Menurut
Astuti dkk. (2018), faktor konsistensi internal memengaruhi pemberian reward. Konsistensi
internal ini berkaitan dengan konsistensi antara tujuan organisasi dan tujuan
individu. Jika tujuan individu sejalan dengan tujuan organisasi, maka pemberian
reward akan lebih efektif dalam meningkatkan kinerja karyawan
Dengan
demikian, tema utama dari Psikologi Inovasi menggambarkan tantangan perubahan
dalam konteks mahasiswa dan individu pada umumnya. Penolakan, resistensi,
resilience, penerimaan diri, dan motivasi intrinsik semuanya menjadi bagian
dari narasi yang kompleks tentang bagaimana individu merespon perubahan.
Kesimpulannya, perubahan adalah proses yang melibatkan lebih dari sekadar
reward eksternal; nilai-nilai, motivasi, dan konsistensi dengan tujuan pribadi
dan organisasi memainkan peran penting dalam memotivasi individu untuk berubah.
Daftar
Pustaka
Ayu, R. (2013, November). Teori Berubah Menurut
Para Ahli. Retrieved from Word Press.
Wijaya, L. F.
(2021). Sistem Reward dan Punishment sebagai Pemicu dalam Meningkatkan
Kinerja Karyawan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Trunojoyo Madura.
Pratiwi, S. A., & Yuliandri, B. S. (2022). Anteseden
Dan Hasil Dari Resiliensi. Motivasi:
Jurnal Psikologi, 5(1), 8-15.
0 komentar:
Posting Komentar