2.11.23

UTS - Psikologi Inovasi - Satria Rahman Nasution

 


"Menyikapi Tantangan Perubahan: Resilience, Penerimaan Diri, dan Motivasi dalam Konteks Psikologi Inovasi"

Essay Ujian Tengah Semester Psikologi Inovasi

 

Satria Rahman Nasution

NIM : 21310410087

Kelas Reguler / Semester 5

Dosen Pengampu : Dr. Dra. Arundati Shinta

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

 


Tema utama mata kuliah Psikologi Inovasi adalah mengajak mahasiswa untuk bersedia mengubah diri, karena perubahan adalah hal yang tidak terelakkan dalam dunia yang terus berubah. Namun, seringkali mahasiswa menunjukkan penolakan terhadap perubahan, baik mahasiswa karyawan maupun mahasiswa reguler. Penolakan ini dapat dikaitkan dengan berbagai teori keengganan untuk berubah.

Menurut Kurt Lewin (1951), perubahan terjadi karena munculnya tekanan-tekanan terhadap organisasi, individu, atau kelompok. Lewin berkesimpulan bahwa kekuatan tekanan (driving forces) akan berhadapan dengan keengganan (resistances) untuk berubah. Oleh karena itu, perubahan hanya dapat terjadi jika kekuatan tekanan lebih besar daripada keengganan untuk berubah. Mahasiswa karyawan, sebagai contoh, cenderung menunjukkan resiliensi terhadap perubahan. Mereka telah menghadapi perubahan signifikan dalam hidup mereka dengan bekerja dan kuliah, dan mungkin melihat perubahan ini sebagai pencapaian besar dalam diri mereka. Ini mencerminkan teori resiliensi terhadap perubahan, di mana perubahan dianggap sebagai sesuatu yang sulit dan tidak diperlukan.

Namun, perubahan yang tidak nyaman juga dapat memicu kemampuan daya tahan (resilience) pada individu. Video yang diberikan, "How to build Resilience? The Story of the Donkey," menggambarkan pentingnya resilience dalam menghadapi perubahan dan tekanan hidup. Dalam konteks mahasiswa yang merasa terpaksa berubah, resilience menjadi penting untuk menghadapi tekanan dan stres yang muncul akibat perubahan yang dihadapi.

Kemajuan zaman dengan berbagai perubahan yang cepat seperti munculnya peraturan baru, masalah yang belum diketahui solusinya, dan peralatan baru, menunjukkan bahwa perubahan tidak menunggu kesiapan individu. Kondisi seperti ini dapat memengaruhi kesehatan mental individu jika tidak ada upaya untuk menghadapinya dengan resilience. Inti dari perubahan yang tidak nyaman adalah penerimaan diri (self-acceptance), yang penting dalam proses pengubahannya.

Dalam konteks mahasiswa, ini bisa menjadi permasalahan yang kompleks. Mahasiswa mungkin merasa bahwa mereka harus setuju dengan perubahan karena tekanan akademik atau sosial, meskipun sebenarnya mahasiswa merasa tidak nyaman atau tidak siap untuk mengubah diri. Oleh karena itu, pemahaman yang lebih mendalam tentang motivasi, nilai-nilai, dan kemampuan individu, serta dukungan sosial yang tepat, sangat penting dalam membantu mereka . Contoh situasi yang terjadi di kelas seperti, kerja kelompok, menjawab pertanyaan dosen, membagi tugas saat kerja kelompok, dan memimpin dalam pembagian kelompok.

Keputusan untuk berubah tanpa adanya imbalan (reward) eksternal dalam konteks lingkungan kerja adalah suatu perdebatan kompleks yang memunculkan pertanyaan mendalam mengenai motivasi, nilai-nilai pribadi, dan kebijaksanaan individu. Pada dasarnya, perilaku manusia sering kali diatur oleh konsep hukum psikologi yang dikenal sebagai "the law of effect," yang menyatakan bahwa perilaku yang mendapatkan respon positif cenderung diulang, sementara perilaku yang mendapatkan respon negatif cenderung dihindari. Namun, kehidupan nyata seringkali lebih kompleks daripada apa yang diajarkan oleh hukum ini.

Ada sejumlah faktor yang perlu dipertimbangkan dalam konteks ini. Pertama, nilai-nilai pribadi dan tujuan individu memainkan peran penting dalam keputusan untuk berubah. Seseorang yang memiliki nilai-nilai tinggi terkait pertumbuhan pribadi, kemajuan karier, atau pencapaian pribadi mungkin lebih mungkin bersedia untuk berubah meskipun tidak ada imbalan eksternal. Mereka mungkin melihat perubahan sebagai investasi dalam diri mereka sendiri dan masa depan mereka.

Menurut Astuti dkk. (2018), faktor konsistensi internal memengaruhi pemberian reward. Konsistensi internal ini berkaitan dengan konsistensi antara tujuan organisasi dan tujuan individu. Jika tujuan individu sejalan dengan tujuan organisasi, maka pemberian reward akan lebih efektif dalam meningkatkan kinerja karyawan

Dengan demikian, tema utama dari Psikologi Inovasi menggambarkan tantangan perubahan dalam konteks mahasiswa dan individu pada umumnya. Penolakan, resistensi, resilience, penerimaan diri, dan motivasi intrinsik semuanya menjadi bagian dari narasi yang kompleks tentang bagaimana individu merespon perubahan. Kesimpulannya, perubahan adalah proses yang melibatkan lebih dari sekadar reward eksternal; nilai-nilai, motivasi, dan konsistensi dengan tujuan pribadi dan organisasi memainkan peran penting dalam memotivasi individu untuk berubah.

 

Daftar Pustaka

 

Ayu, R. (2013, November). Teori Berubah Menurut Para Ahli. Retrieved from Word Press.

Wijaya, L. F. (2021). Sistem Reward dan Punishment sebagai Pemicu dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Trunojoyo Madura.

Pratiwi, S. A., & Yuliandri, B. S. (2022). Anteseden Dan Hasil Dari ResiliensiMotivasi: Jurnal Psikologi5(1), 8-15.

 

0 komentar:

Posting Komentar