Nama: Faiza Cleary Flannery
Nim: 21310410048
Kelas: Psikologi SP
Mata Kuliah: Psikologi Inovasi
Dosen Pengampu: Dr.
Arundati Shinta, MA
Universitas Proklamasi 45
Carl Jung pernah
berkata “We Can’t Changes anything unless We Accept it” artinya
kita tidak dapat mengubah
sesuatu jika kita tidak menerima sesuatu tersebut. Maka dari itu hal paling utama yang harus kita lakukan
untuk memulai suatu perubahan adalah penerimaan diri atau self-acceptance. Self-Acceptance
merupakan penerimaan diri atas semua kekurangan yang ada dalam diri dan
menyadari akan ketidaksempurnaan yang di miliki. Dengan begitu,
kita akan berusaha untuk mengubah apa yang perlu kita ubah, memperbaiki semua
kekurangan yang ada dalam diri menjadi lebih baik dari sebelumnya. Menurut Kubler Ross (dalam Ni’mah, 2021) self-acceptance yaitu ketika seseorang mampu memahami keadaan
dirinya dan memiliki harapan serta tujuan dalam hidupnya. Sedangkan menurut Nur
Chasanah (2020) self-acceptance merupakan suatu kondisi dan sikap psositif
seseorang dalam bentuk penghargaan terhadap diri sendiri, menerima semua
kekurangan dan kelebihan yang dimiliki, mengetahui kemampuan dan kelemahan
dalam dirinya, tidak menyalahkan diri sendiri ataupun orang lain dan berusaha
dengan sebaik mungkin untuk dapat berubah menjadai lebih baik dari diri yang
sebelumnya. Namun perlu
diketahui bahwa adanya suatu perubahan akan membawa kita untuk bertahan hidup
atau resiliance. Desmita
(2005) menyatakan resiliensi adalah keadaan individu yang memungkinkannya untuk
dapat menghadapi, mencegah, meminimalkan dan bahkan menghilangkan dampak-dampak
yang merugikan dari kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan
atau bahkan mengubah kondisi kehidupan yang menyengsarakan menjadi suatu yang wajar
untuk diatasi. Setiap individu membutuhkan resiliensi untuk memperoleh
kebahagiaan atas peristiwa buruk yang dialami.
Fenomena penolakan dari para
mahasiswa berhubungan dengan teori keengganan untuk berubah yang di paparkan
oleh Coch & French (1960) bahwasannya belajar kembali (relearning)
membutuhkan waktu lebih lama dari pada belajar untuk pertama kalinya.
Keengganan untuk berubah ternyata terletak pada besarnya motivasi setiap orang untuk
membangun kembali produktivitas seperti sediakala. Ada beberapa hal yang
membuat seseorang enggan untuk berubah contohnya adalah ada seseorang yang senang
bekerja dengan cara lama dan begitu seterusnya, ia tidak mau melakukan
perubahan dengan mengerjakan pekerjaanya dengan cara yang lebih baru. Karena
kerja dengan cara lama menjadi lebih mudah dan kerja dengan cara baru membuat
kerja menjadi lebih sulit.
Perubahan biasanya terjadi ketika
berada dalam situasi tertekan, terpojok, atau saat mengalami suatu musibah dan
hal-hal yang tidak menyenangkan lainnya maka, biasanya seseorang yang tidak
memiliki keinginnan untuk berubah seketika mau melakukan perubahan karena
terpojok oleh keadaan. Dari film How to build
Resilience? The Story of the Donkey. From The Resilience Dynamic kita dapat melihat bahwa
dalam keadaan terpojok si keledai tidak kehilangan akal untuk melakukan
perubahan dengan cara tanah yang di masukkan ke dalam sumur untuk menimbunnya
justru di jadikan sebagai pijakan untuk si keledai sehingga keldedai tersebut
bisa keluar dari sumur. Film diatas memberikan kita pemahaman bahwasannya
apapun permasalahan yang kita hadapi jangan pernah menyerah dan jadikanlah
masalah tersebut sebagai pecut untuk merubah diri menjadi lebih baik dan
membuktikan kemampuan kita kepada orang-orang sekitar.
Saya
mengakui bahwa dalam melakukan perubahan memang tidak mudah butuh yang namanya
niat, action, serta konsistensi. Saya sendiri masih harus banyak belajar
untuk melakukan perubahan secara konsisten. Contohnya dimana saya menyampaikan
setuju untuk tidak menunda-nunda mengerjakan tugas tetapi, pada kenyataanya
sikap saya masih tetap sama menunda mengerjakan tugas dan berakhir dengan
berbagai macam alasan padahal hal tersebut terjadi karena rasa malas, tidak
bisa mengatur waktu dengan baik, dll.
The law of effect merupakan hukum ada dan tidaknya timbal balik,
imbalan, atau reward yang di dapat
setelah seseorang melakukan perubahan. Saya memutuskan untuk melihat terlebih
dahulu perintah atasan untuk berubah tersebut condong ke sisi positif atau
negatif sesuai dengan nilai-nilai yang tertanam pada diri saya. Jika perubahan
yang di perintahkan adalah perubahan positif maka akan saya lakukan meskipun
tidak ada imbalan atau reward yang
saya dapatkan. Terlebih lagi apabila hal positif tersebut akan membawa dampak
baik dan memberi banyak manfaat bagi saya maka akan saya lakukan dengan
sungguh-sungguh. Namun sebaliknya jika perubahan yang di perintahkan merupakan
perubahan yang bersifat negatif maka saya akan dengan sopan dan tegas untuk
menolaknya.
Desmita. (2005). Psikologi Perkembangan, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Ni’mah, S. A. (2021). Self acceptance: awal dari perubahan dalam diri
individu ke arah yang lebih baik. Love Yourself Indonesia. https://www.loveyourselfindonesia.com/2021/06/self-acceptance-awal-dari-perubahan.html
Dumaris, S., & Rahayu, A.
(2019). Penerimaan diri dan resiliensi hubungan dengan kebermaknaan hidup
remaja yang tinggal di panti asuhan. IKRAITH-HUMANIOR,
3(1), 71-77. file:///C:/Users/ABC/Downloads/454-Article%20Text-638-1-10-20181119.pdf
Des
0 komentar:
Posting Komentar