Ujian Tengah
Semester (UTS)
Septi Ambarwati
21310410117
Dosen Pengampu Dr. Arundati Shinta, MA
Psikologi
Inovasi
Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta
Resiliensi berasal dari bahasa latin “re-silere” yang
memiliki makna bangkit kembali (Connor & Davidson, 2003). Resiliensi adalah
kemampuan seseorang dalam mengatasi, melalui, dan kembali kepada kondisi semula
setelah mengalami kejadian yang menekan (Reivich & Shatte, 2002). Mahasiswa
jurusan Psikologi UP45 mendapatkan mata kuliah Psikologi Inovasi. Mahasiswa dituntut
untuk memenuhi kewajiban sebagai mahasiswa salah satunya membuat tugas-tugas yang
sangat banyak. Hal ini membutuhkan proses yang cukup berat agar bisa melakukan
perubahan. Banyak kendala ditemui karena sebagai mahasiswa karyawan banyak
tugas lain yang menunggu. Oleh sebab itu mahasiwa membutuhkan komitmen kuat. Jika
tidak, kemungkinan mengalami ketidaknyamaan yang mengakibatkan mental menjadi terganggu
sangat besar. Mahasiswa harus bisa bangkit dan mengatasi hal itu dengan
meningkatkan self-acceptance. Menurut APA Dictionary Of Psychology,
self-acceptance adalah pengakuan, penerimaan, dan menghargai kemampuan serta
pencapaian diri sendiri termasuk dengan segala keterbatasan. Adapun tanggapan
dari pertayaan adalah sebagai berikut :
1. Apakah penolakan-penolakan dari para
mahasiswa tersebut di atas ada hubungannya dengan teori-teori keengganan untuk
berubah? Apa alasannya?
Jawab : Ada, Saat mengerjakan
tugas-tugas kuliah saya sendiri merasakan banyak penolakan-penolakan dari dalam
diri sendiri. Rasanya enggan untuk melakukannya, alasannya lelah, banyak amanah,
dan waktu sangat terbatas. Merujuk pada teori keengganan yang disampaikan oleh
Coch & French (1960 :319-341) saya membutuhkan motivasi untuk bisa berubah
bukan karena saya tidak punya keterampilan, tetapi karena rasa enggan
berubahlah yang menghalangi. Jadi saya harus
belajar kembali (relearning) merubah kebiasaan buruk itu.
2.
Anda
biasanya akan mengatakan setuju untuk mengubah diri, namun perilaku Anda tidak
mencerminkan persetujuan itu. Agaknya, Anda memang harus ‘dipaksa’ untuk
mengubah diri. Anda menjadi tidak nyaman dan kesehatan mentalnya terganggu. Apa
hubungan antara resilience Anda pada organisasi pemaksa tersebut dengan
film berikut?
Jawab : Keadaan
yang memaksa seperti mengerjakan tugas dari kampus, saya pun merasa tertekan,
bahkan berefek pada munculnya jerawat di wajah. Akan tetapi jika keadaan itu tidak
segera diatasi tidak akan merubah apa-apa. Ketidaknyamanan dan tingkat stress
yang mengganggu mental harus dihadapi. Saya harus bangkit dan segera melakukan
sesuatu agar tugas segera selesai. Caranya mengatur waktu dan ngelist
tugas mana yang harus diselesaikan segera. Biasanya justru kondisi yang memaksa
justru menghantarkan kita pada solusi masalah yang tidak diduga. Seperti yang
dialami keledai dalam film. Jika ia terus meratapi dan memilih menyerah maka
tidak akan menemukan solusi.
3.
Anda biasanya akan mengatakan setuju
untuk mengubah diri, namun perilaku Anda tidak mencerminkan persetujuan itu.
Buktinya adalah situasi yang ada di kelas Psikologi Inovasi. Apakah bukti
tersebut? Jelaskan.
Jawab : Buktinya masih banyak tugas kuliah yang belum
dikerjakan sebagian mahasiswa. Alasannya beragam, salah satunya karena beban
kerja. Seharusnya saat sudah memutuskan
berkuliah harus siap menerima resiko tugas, jadi tidak ada alasan untuk tidak
mengerjakannya.
4. Mencermati film tersebut, Anda menjadi
sadar dan kemudian melakukan perubahan diri. Persoalannya, ternyata tidak ada
imbalan (reward) sedikit pun untuk perilaku mengubah diri tersebut, dari
pimpinan tempat Anda bekerja. Padahal menurut hukum the law of effect, segala perilaku yang mendapatkan respon positif,
maka akan diulang lagi. Bila responnya negatif maka perilaku itu tidak akan
diulang lagi. Posisi Anda bagaimana? Menolak untuk berubah karena tidak ada reward, atau bersedia mengubah diri
meskipun tidak ada reward? Apa
alasannya?
Jawab : Meski tidak ada imbalan atau reward sedikitpun
tetapi proses perubahan yang kita lakukan akan berimbas pada keadaan diri kita
sendiri. Hal itu menguntungkan karena perubahan baik akan membuat diri kita
juga lebih baik dari sebelumnya. Saya memilih pilihan kedua meski responnya negatif
tapi saya dipaksa untuk mengulangi lagi, melakukan perubahan lebih baik demi
terwujudnya perubahan diri yang berdampak besar untuk masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
Amacon. Reivich, K., & Shatte,
A. (2002). The Resilience Factor: 7 Keys To Finding Your Inner Strength And
Overcome Life’s Hurdles. New York: Broadway Book
American Psychological
Association. (2015). APA Dictionary of Psychology Second Edition. Washington
DC: American Psychological Association.
Connor, K. M., &
Davidson, J. R. T. (2003). Development of a new Resilience scale: The
Connor-Davidson Resilience scale (CD-RISC). Depression and Anxiety,
18(2), 76–82. https://doi.org/10.1002/da.10113
Shinta, A. (2012). Enggan
untuk berubah. Kupasiana.psikologiup45.com. Retrieved from:
http://kupasiana.psikologiup45.com/2012/11/enggan-untuk-berubah.html
0 komentar:
Posting Komentar