1.11.23

Ujian Tengah Semester (UTS) Psikologi Inovasi

 

Ujian Tengah Semester (UTS) 

Septi Ambarwati

21310410117

Dosen Pengampu  Dr. Arundati Shinta, MA

Psikologi Inovasi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta


            Resiliensi berasal dari bahasa latin “re-silere” yang memiliki makna bangkit kembali (Connor & Davidson, 2003). Resiliensi adalah kemampuan seseorang dalam mengatasi, melalui, dan kembali kepada kondisi semula setelah mengalami kejadian yang menekan (Reivich & Shatte, 2002).   Mahasiswa jurusan Psikologi UP45 mendapatkan mata kuliah Psikologi Inovasi. Mahasiswa dituntut untuk memenuhi kewajiban sebagai mahasiswa salah satunya membuat tugas-tugas yang sangat banyak. Hal ini membutuhkan proses yang cukup berat agar bisa melakukan perubahan. Banyak kendala ditemui karena sebagai mahasiswa karyawan banyak tugas lain yang menunggu. Oleh sebab itu mahasiwa membutuhkan komitmen kuat. Jika tidak, kemungkinan mengalami ketidaknyamaan yang mengakibatkan mental menjadi terganggu sangat besar. Mahasiswa harus bisa bangkit dan mengatasi hal itu dengan meningkatkan self-acceptance. Menurut APA Dictionary Of Psychology, self-acceptance adalah pengakuan, penerimaan, dan menghargai kemampuan serta pencapaian diri sendiri termasuk dengan segala keterbatasan. Adapun tanggapan dari pertayaan adalah sebagai berikut :

1.  Apakah penolakan-penolakan dari para mahasiswa tersebut di atas ada hubungannya dengan teori-teori keengganan untuk berubah? Apa alasannya?  

Jawab : Ada, Saat mengerjakan tugas-tugas kuliah saya sendiri merasakan banyak penolakan-penolakan dari dalam diri sendiri. Rasanya enggan untuk melakukannya, alasannya lelah, banyak amanah, dan waktu sangat terbatas. Merujuk pada teori keengganan yang disampaikan oleh Coch & French (1960 :319-341) saya membutuhkan motivasi untuk bisa berubah bukan karena saya tidak punya keterampilan, tetapi karena rasa enggan berubahlah yang menghalangi. Jadi saya harus  belajar kembali (relearning) merubah kebiasaan buruk itu.

2.    Anda biasanya akan mengatakan setuju untuk mengubah diri, namun perilaku Anda tidak mencerminkan persetujuan itu. Agaknya, Anda memang harus ‘dipaksa’ untuk mengubah diri. Anda menjadi tidak nyaman dan kesehatan mentalnya terganggu. Apa hubungan antara resilience Anda pada organisasi pemaksa tersebut dengan film berikut?

Jawab : Keadaan yang memaksa seperti mengerjakan tugas dari kampus, saya pun merasa tertekan, bahkan berefek pada munculnya jerawat di wajah. Akan tetapi jika keadaan itu tidak segera diatasi tidak akan merubah apa-apa. Ketidaknyamanan dan tingkat stress yang mengganggu mental harus dihadapi. Saya harus bangkit dan segera melakukan sesuatu agar tugas segera selesai. Caranya mengatur waktu dan ngelist tugas mana yang harus diselesaikan segera. Biasanya justru kondisi yang memaksa justru menghantarkan kita pada solusi masalah yang tidak diduga. Seperti yang dialami keledai dalam film. Jika ia terus meratapi dan memilih menyerah maka tidak akan menemukan solusi.  

3.    Anda biasanya akan mengatakan setuju untuk mengubah diri, namun perilaku Anda tidak mencerminkan persetujuan itu. Buktinya adalah situasi yang ada di kelas Psikologi Inovasi. Apakah bukti tersebut? Jelaskan.

Jawab : Buktinya masih banyak tugas kuliah yang belum dikerjakan sebagian mahasiswa. Alasannya beragam, salah satunya karena beban kerja.  Seharusnya saat sudah memutuskan berkuliah harus siap menerima resiko tugas, jadi tidak ada alasan untuk tidak mengerjakannya.

4.   Mencermati film tersebut, Anda menjadi sadar dan kemudian melakukan perubahan diri. Persoalannya, ternyata tidak ada imbalan (reward) sedikit pun untuk perilaku mengubah diri tersebut, dari pimpinan tempat Anda bekerja. Padahal menurut hukum the law of effect, segala perilaku yang mendapatkan respon positif, maka akan diulang lagi. Bila responnya negatif maka perilaku itu tidak akan diulang lagi. Posisi Anda bagaimana? Menolak untuk berubah karena tidak ada reward, atau bersedia mengubah diri meskipun tidak ada reward? Apa alasannya?

Jawab : Meski tidak ada imbalan atau reward sedikitpun tetapi proses perubahan yang kita lakukan akan berimbas pada keadaan diri kita sendiri. Hal itu menguntungkan karena perubahan baik akan membuat diri kita juga lebih baik dari sebelumnya. Saya memilih pilihan kedua meski responnya negatif tapi saya dipaksa untuk mengulangi lagi, melakukan perubahan lebih baik demi terwujudnya perubahan diri yang berdampak besar untuk masa depan.

 

DAFTAR PUSTAKA

Amacon. Reivich, K., & Shatte, A. (2002). The Resilience Factor: 7 Keys To Finding Your Inner Strength And Overcome Life’s Hurdles. New York: Broadway Book

American Psychological Association. (2015). APA Dictionary of Psychology Second Edition. Washington DC: American Psychological Association.

Connor, K. M., & Davidson, J. R. T. (2003). Development of a new Resilience scale: The Connor-Davidson Resilience scale (CD-RISC). Depression and Anxiety, 18(2), 76–82. https://doi.org/10.1002/da.10113

Shinta, A. (2012). Enggan untuk berubah. Kupasiana.psikologiup45.com. Retrieved from: http://kupasiana.psikologiup45.com/2012/11/enggan-untuk-berubah.html

 

0 komentar:

Posting Komentar