Ahmad Helmy Fauzan
Perubahan berarti sama saja dengan mempelajari hal baru kembali. Mempelajari kembali suatu hal ternyata lebih susah dilakukan ketimbang memulai belajar hal baru. Hal tersebut menandakan keengganan untuk berubah dan lambatnya proses belajar kembali desebabkan oleh faktor motivasi yang ada pada diri individu (Coch & Prancis, 1948). Mahasiswa dalam konteks perubahan yang diterapkan karena mata kuliah psikologi inovasi tergantung pada masing-masing motivasi dirinya sendiri. Ada yang terpaksa melakukan karena tidak sesuai dengan motivasi nya, ada juga yang melakukan perubahan dengan niat karena sejalan dengan motivasi yang ada pada dirinya.
Di dalam film How to build Resilience? The Story of the Donkey. From The Resilience Dynamic
https://www.youtube.com/watch?v=ywSnLF_Mnhk, walapun pada awalnya keledai terperangkap dalam sumur dan petani berencana membunuhnya dengan mengubur dengan tanah, namun keledai beripikir kreatif untuk melakukan sebuah cara menyelamatkan dirinya, yakni dengan membuat tanah yang semula mau buat menguburnya dia kumpulkan agar sumur semakin dangkal dan dia bisa keluar. Walapun dia dalam. Tekanan namun masih tetap bisa berinovasi untuk keselamatan dirinya. Dalam kehidupan dengan organisasi pemaksa resiliensi saya adalah bagaimana saya untuk mencapai titik nyaman saya dan menyelamatkan saya sendiri berbagai ancaman, misalnya tugas. Tapi tugas inovasi yang diberikan membuat saya lebih berinovasi untuk membuat tugas lebih menarik dan mudah dilakukan. Sama hal nya dengan film keledai dan petani.
Berbicara untuk melakukan perubahan diri adalah hal yang mudah, namun pada kenyataannya prakteknya untuk berubah membutuhkan niat dan tekad yang kuat. Uji coba yang dilakukan dosen tentang perilaku perubahan diri pada mahasiswa di kelas terlihat gambarannya bahwa perubahan pada prakteknya susah. Pas diawal ketika dosen meminta untuk mengubah posisi sepatu semua siswa mau melakukan, ada yang emang niat ada yang karena paksaan. Setelah beberapa lama waktu, ada berberapa yang sudah memindahkan posisi sepatu pada semula disitulah terjadi perilaku konformitas, dimana individu cenderung mengikuti perilaku pada kelompoknya. Faktor eksternal sangat berpengaruh pada tindakan individu selanjutnya.
Dalam perubahan dalam diri, reward bisa saja jadi penyemangat dalam melakukan perubahan. Menurut hukum the law of effect, segala perilaku yang mendapatkan respon positif, maka akan diulang lagi. Tetapi ada orang yang tidak diberikan reward tapi dia bisa untuk berubah. Karena reward tidak harus dalam bentuk barang, bersyukur juga termasuk reward yang diberikan dan diterima untuk diri sendiri. Semua perubahan tergantung pada motivasi pada masing-masing individu.
Coch, L., & Prancis Jr, JR (1948). Mengatasi resistensi terhadap perubahan. Hubungan Manusia , 1 (4), 512-532.
0 komentar:
Posting Komentar