1.11.23

Ujian Tengah Semester- psikologi inovasi - Clarita savdurin

 

Melakukan Perubahan dengan Resilience dan self-acceptance

Essay Ujian Tengah Semester

Psikologi Inovasi

Clarita Savdurin

NIM: 21310410031

Kelas Reguler/Semester 5

Dosen Pengampu: Dr. Dra. Arundati Shinta

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta



Perubahan adalah sebuah proses yang dilewati oleh setiap manusia dalam kehidupannya. Setiap perubahan akan menghasilkan sebab dan akibat. Sebagai mahasiswa ketika terjadi perubahan mungkin akan menimbulkan berbagai reaksi, baik adanya penerimaan atau penolakan terhadap perubahan itu. Hal tersebut tentu akan memberikan ketidaknyamanan ketika perubahan itu tak sesuai dengan kemauan dan kemampuan individu untuk mengelolanya. Dampaknya sendiri selain menimbulkan ketidaknyamanan, kemungkinan juga akan berdampak pada kesehatan mental individu. Untuk dapat menghadapi perubahan yang menimbulkan ketidaknyamanannya tersebut maka kita harus mampu melakukan resiliensi dan adanya self-acceptance.  Resiliensi adalah kemampuan seseorang  untuk beradaptasi dan pulih dengan cepat dari tekanan, gangguan, atau perubahan yang tidak diinginkan.  Resiliensi melibatkan kemampuan untuk mengatasi kesulitan, menghadapi kegagalan, dan bangkit kembali setelah mengalami tantangan atau kejadian negatif. Self acceptance dapat diartikan sebagai proses atau sikap yang melibatkan penerimaan diri secara penuh dan tanpa syarat.

Penolakan mahasiswa tentunya memiliki hubungan dengan teori-teori keengganan. Petama, teori keengganan untuk berubah menyatakan bahwa manusia cenderung memiliki resistensi terhadap perubahan karena mereka merasa nyaman dengan keadaan yang sudah ada. Mahasiswa mungkin merasa tidak nyaman dengan perubahan karena mereka sudah terbiasa dengan cara mereka yang lama. Kedua, perubahan sering kali memerlukan usaha dan energi tambahan. Mahasiswa mungkin tidak ingin mengorbankan waktu dan tenaga mereka untuk beradaptasi dengan perubahan yang diusulkan. Selain itu, beberapa mahasiswa mungkin merasa takut akan ketidakpastian yang terkait dengan perubahan. Mereka mungkin khawatir tentang konsekuensi yang mungkin timbul dari perubahan tersebut atau mereka tidak yakin apakah perubahan itu akan berhasil.

Perubahan yang terjadi biasanya dimulai ketika individu menyatakan persetujuannya, namun terkadang persetujuan itu tidak diwujudkan dengan perilaku atau tindakan. Ketika situasi tersebut terjadi dalam sebuah organisasi, atasan biasanya akan sedikit memberikan paksaan pada individu tersebut untuk melakukan perubahan diri. Jika menonton film How to build Resilience? The story of the donkey, resiliensi yang kita lakukan untuk menghadapi situasi di organisasi tersebut memiliki hubungan atau persamaan. Tentang bagaimana kekuatan mental dan adaptasi dapat membantu kita menghadapi tantangan dalam kehidupan. Kemampuan kita untuk mengubah diri dan beradaptasi dengan perubahan adalah faktor penting dalam membangun ketahanan.

Ketika kita dipaksa untuk mengubah diri dan kita merasa tidak nyaman dengan perubahan itu, hal itu dapat mempengaruhi kesehatan mental kita. Namun, melalui kekuatan mental dan kemampuan untuk mengatasi tekanan, kita dapat membangun ketahanan dan menjadi lebih kuat dalam menghadapi situasi yang sulit. Dalam konteks organisasi pemaksa, jika kita merasa terjebak dalam situasi yang memaksa kita untuk mengubah diri secara tidak sesuai dengan keinginan kita, itu bisa menjadi tantangan yang mungkin akan membuat kita memikirkan ide cemerlang agar bisa keluar dari situasi tersebut.

Dalam situasi di kelas Psikologi Inovasi, bukti bahwa perilaku saya tidak mencerminkan persetujuan untuk mengubah diri adalah ketika saya tetap melakukan hal-hal yang sama tanpa adanya perubahan atau upaya untuk mengubah cara saya berperilaku. Misalnya, tidak berpartisipasi dalam diskusi kelas, atau tidak aktif dalam mengerjakan proyek kelompok, itu menunjukkan bahwa saya tidak benar-benar setuju untuk mengubah diri dan memperbaiki perilaku saya. Sikap saya terhadap situasi ini akan didasarkan pada pertimbangan beberapa faktor sebelum membuat keputusan. Pertama-tama, penting bagi saya untuk memahami tujuan dan nilai-nilai pribadi saya. Jika saya percaya bahwa perubahan yang diminta akan memberikan manfaat jangka panjang bagi diri saya, baik secara profesional maupun pribadi, maka saya akan cenderung menerima permintaan tersebut. Namun, saya juga akan mempertimbangkan apakah perubahan yang diminta ini adil atau wajar. Jika saya merasa bahwa permintaan tersebut tidak masuk akal atau tidak sejalan dengan nilai-nilai saya, saya mungkin akan mengajukan pertanyaan atau mencari pertimbangan lebih lanjut sebelum membuat keputusan.

 

 

Sumber Referensi:

SHOLICHAH, Ima Fitri; PAULANA, Andi Nadira; FITRIYA, Putri. Harga Diri Dan Ketahanan Akademik Mahasiswa. Prosiding Konferensi Nasional Psikologi UMG 2018 , [Sl], v.1, n. 1, hal. 191-197, Juli 2019.  http://journal.umg.ac.id/index.php/proceeding/article/view/920 ​​>. Tanggal diakses: 01 November. 2023.

Salengke, T. H. (2022, July 13). Ini Alasan Orang Tak Ingin Menerima Perubahan. Kompasiana.com. https://www.kompasiana.com/amp/thsalengke/62ce99f36fcfba3e6c433462/ini-alasan-oarng-tak-ingin-menerima-perubahan

 

0 komentar:

Posting Komentar