Melakukan Perubahan dengan Resilience
dan self-acceptance
Essay Ujian Tengah Semester
Psikologi Inovasi
Clarita Savdurin
NIM: 21310410031
Kelas Reguler/Semester 5
Dosen Pengampu: Dr. Dra. Arundati
Shinta
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Perubahan adalah sebuah proses yang dilewati oleh
setiap manusia dalam kehidupannya. Setiap perubahan akan menghasilkan sebab dan
akibat. Sebagai mahasiswa ketika terjadi perubahan mungkin akan menimbulkan
berbagai reaksi, baik adanya penerimaan atau penolakan terhadap perubahan itu.
Hal tersebut tentu akan memberikan ketidaknyamanan ketika perubahan itu tak
sesuai dengan kemauan dan kemampuan individu untuk mengelolanya. Dampaknya
sendiri selain menimbulkan ketidaknyamanan, kemungkinan juga akan berdampak
pada kesehatan mental individu. Untuk dapat menghadapi perubahan yang
menimbulkan ketidaknyamanannya tersebut maka kita harus mampu melakukan
resiliensi dan adanya self-acceptance. Resiliensi adalah kemampuan seseorang untuk beradaptasi dan pulih dengan cepat dari
tekanan, gangguan, atau perubahan yang tidak diinginkan. Resiliensi melibatkan kemampuan untuk
mengatasi kesulitan, menghadapi kegagalan, dan bangkit kembali setelah mengalami
tantangan atau kejadian negatif. Self acceptance dapat diartikan sebagai
proses atau sikap yang melibatkan penerimaan diri secara penuh dan tanpa
syarat.
Penolakan mahasiswa tentunya memiliki hubungan
dengan teori-teori keengganan. Petama, teori keengganan untuk berubah
menyatakan bahwa manusia cenderung memiliki resistensi terhadap perubahan
karena mereka merasa nyaman dengan keadaan yang sudah ada. Mahasiswa mungkin
merasa tidak nyaman dengan perubahan karena mereka sudah terbiasa dengan cara
mereka yang lama. Kedua, perubahan sering kali memerlukan usaha dan energi
tambahan. Mahasiswa mungkin tidak ingin mengorbankan waktu dan tenaga mereka
untuk beradaptasi dengan perubahan yang diusulkan. Selain itu, beberapa
mahasiswa mungkin merasa takut akan ketidakpastian yang terkait dengan
perubahan. Mereka mungkin khawatir tentang konsekuensi yang mungkin timbul dari
perubahan tersebut atau mereka tidak yakin apakah perubahan itu akan berhasil.
Perubahan yang terjadi biasanya dimulai ketika
individu menyatakan persetujuannya, namun terkadang persetujuan itu tidak
diwujudkan dengan perilaku atau tindakan. Ketika situasi tersebut terjadi dalam
sebuah organisasi, atasan biasanya akan sedikit memberikan paksaan pada
individu tersebut untuk melakukan perubahan diri. Jika menonton film How to
build Resilience? The story of the donkey, resiliensi yang kita lakukan
untuk menghadapi situasi di organisasi tersebut memiliki hubungan atau
persamaan. Tentang bagaimana kekuatan mental dan adaptasi dapat membantu kita
menghadapi tantangan dalam kehidupan. Kemampuan kita untuk mengubah diri dan
beradaptasi dengan perubahan adalah faktor penting dalam membangun ketahanan.
Ketika kita dipaksa untuk mengubah diri dan kita
merasa tidak nyaman dengan perubahan itu, hal itu dapat mempengaruhi kesehatan
mental kita. Namun, melalui kekuatan mental dan kemampuan untuk mengatasi
tekanan, kita dapat membangun ketahanan dan menjadi lebih kuat dalam menghadapi
situasi yang sulit. Dalam konteks organisasi pemaksa, jika kita merasa terjebak
dalam situasi yang memaksa kita untuk mengubah diri secara tidak sesuai dengan
keinginan kita, itu bisa menjadi tantangan yang mungkin akan membuat kita
memikirkan ide cemerlang agar bisa keluar dari situasi tersebut.
Dalam situasi di kelas Psikologi Inovasi, bukti
bahwa perilaku saya tidak mencerminkan persetujuan untuk mengubah diri adalah
ketika saya tetap melakukan hal-hal yang sama tanpa adanya perubahan atau upaya
untuk mengubah cara saya berperilaku. Misalnya, tidak berpartisipasi dalam
diskusi kelas, atau tidak aktif dalam mengerjakan proyek kelompok, itu
menunjukkan bahwa saya tidak benar-benar setuju untuk mengubah diri dan
memperbaiki perilaku saya. Sikap saya terhadap situasi ini akan didasarkan pada
pertimbangan beberapa faktor sebelum membuat keputusan. Pertama-tama, penting
bagi saya untuk memahami tujuan dan nilai-nilai pribadi saya. Jika saya percaya
bahwa perubahan yang diminta akan memberikan manfaat jangka panjang bagi diri
saya, baik secara profesional maupun pribadi, maka saya akan cenderung menerima
permintaan tersebut. Namun, saya juga akan mempertimbangkan apakah perubahan
yang diminta ini adil atau wajar. Jika saya merasa bahwa permintaan tersebut
tidak masuk akal atau tidak sejalan dengan nilai-nilai saya, saya mungkin akan
mengajukan pertanyaan atau mencari pertimbangan lebih lanjut sebelum membuat
keputusan.
Sumber Referensi:
SHOLICHAH, Ima Fitri; PAULANA, Andi Nadira; FITRIYA,
Putri. Harga Diri Dan Ketahanan Akademik Mahasiswa. Prosiding
Konferensi Nasional Psikologi UMG 2018 , [Sl], v.1, n. 1,
hal. 191-197, Juli 2019. < http://journal.umg.ac.id/index.php/proceeding/article/view/920 >. Tanggal
diakses: 01 November. 2023.
Salengke, T. H. (2022, July
13). Ini Alasan Orang Tak Ingin Menerima Perubahan. Kompasiana.com.
https://www.kompasiana.com/amp/thsalengke/62ce99f36fcfba3e6c433462/ini-alasan-oarng-tak-ingin-menerima-perubahan
0 komentar:
Posting Komentar